Thanks Dim

256 20 0
                                    

Author Point Of View

Univers-EXO

Lelaki dengan tubuh jangkung itu mengusap bibirnya perlahan. Perih, itu ia rasakan saat tangannya menyentuh  ujung bibirnya yang terluka akibat pukulan sahabatnya sendiri. Tapi perih di bibirnya tak seperih hatinya saat ini.

Ia menghela nafas lalu membuka pelan knop pintu ruang UKS, berniat untuk mengobati lukanya dengan Alkohol. Saat masih berada di  ambang pintu, matanya membulat terkejut melihat seorang gadis yang sedang terbaring di bangakar UKS sambil memainkan ponselnya. Matanya menatap gadis itu tajam. Dengan geraman, lelaki jangkung itu berjalan cepat menghampiri gadis itu dan menarik tangannya, agar gadis itu duduk dari tidurnya.

"Erikaa!"

"Aww" Pekik Erika terkejut saat dirinya ditarik tiba-tiba untuk bangun. Ingin marah tapi amarahnya meluap begitu saja digantikan rasa waswas saat matanya menatap Daffi yang berada tepat di hadapannya. Pria itu terlihat sangat marah.

"Lo Brengsek!" Daffi langsung saja mengumpat di depan wajah cantik Erika, membuat gadis itu sedikit terperangah. Tidak percaya Daffi bisa bicara seperti itu padanya.

"Ga punya hati! Apa tujuan lo ngelakuin semua ini sama gue hah?!" Daffi mencengkram bahu Erika kasar, dan itu berhasil membuat Erika mengaduh kesakitan, dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Daffi dari bahunya.

"Lepasin gue!" Erika memberontak, dalam hati ia merutuki kemana perginya Ruby saat ini. Gadis itu pergi untuk membeli cemilan tapi tak juga kembali dalam waktu lebih dari 30 menit.

"Lo mau bikin persahabatan gue hancur?! Lo kaya gini supaya lo bisa sama Resxi? Iyakan?!" Daffi melepaskan cengkramannya. Ia menatap Erika geram lalu membuang muka, ia tak tahan melihat wajah gadis ini, bisa-bisa ia hilang kontrol dan memukul wajah Erika habis-habisan. Tapi itu tidak boleh terjadi karna bagaimanapun Erika seorang perempuan.

"Gue minta maaf" Daffi menoleh cepat saat mendengar kalimat yang Erika lontarkan.

"Apa?!"

"Gue minta maaf budeg!"

Daffi menatap Erika dengan wajah poker nya lalu dia terkekeh geli dan tak lama wajahnya kembali ke ekspresi semula.

"Lo minta maaf apa mau ngatain gue?! Lo pikir gue mau maafin lo?!, gue bahkan lupa kalo kita pernah berteman!" Ucapan Daffi terdengar datar tapi mengerikan. Erika terdiam mendengarnya, ia tak percaya Daffi memiliki mulut tajam seperti itu.

"Kenapa lo ada disini?!" Erika melirik Daffi yang berjalan untuk mengambil kotak P3K saat mendengar suara pertanyaan pria itu padanya. Tanpa sadar Erika tersenyum meremehkan saat kembali mengingat Alea dan Lily yang mungkin kini sedang di hukum oleh Bu Cara. Dasar dua gadis bodoh  pikirnya.

"Harusnya gue yg tanya, kenapa lo disini? Ga nemenin pujaan hati lo yang mungkin lagi nungguin dua temennya yang di hukum Bu Cara?" Tanya Erika disertai senyum geli meremehkannya membuat Daffi kembali menaruh kotak P3K nya dan menatap Erika datar.

"Jangan bilang sama gue kalo permainan lo belum selesai! Brengek Erika! apalagi yang lo perbuat hah?!" Erika terkekeh setan mendengarnya, ia mengendikan bahunya lalu menatap Daffi geli.

"Lo gatau seberapa pinternya gue?, lo pikir gue ngapain disini kalau seharusnya gue yang dihukum Bu Cara?, Oh ya gue terimakasih sama Lily dan Alea yang dengan senang hati menggantikan posisi gue sebagai tersangka" Senyum sinis tersungging di bibirnya saat melihat kedua tangan Daffi yang mengepal menahan amarah.

"LO!"

BRAAAAKKK.

Erika menoleh terkejut saat pintu ruang UKS di buka kasar oleh seseorang. Matanya membulat saat melihat Dimas berdiri dengan wajah datar menatapanya. Bukan hanya Erika yang terkejut. Daffi pun sama halnya, dia menatap Dimas yang kini berjalan menghampiri Erika dan menarik tangan gadis itu kasar, sampai Erika berdiri dari duduknya.

Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang