New Life

216 18 2
                                    

Author Point Of View

Seven Years Later.

Suara hentakan sepatu hak yang dipakai gadis bersetelan kantor itu menggema di sepanjang jalannya menuju lift. Gadis itu lalu masuk ke dalam lift dan menekan tombol yang akan membawanya ke lantai dasar. Sebelum lift tertutup, secepat kilat seseorang masuk ke dalam dan terengah-engah, karna pria itu berlari sekuat tenaga untuk mengejar lift yang hampir tertutup.  Wajahnya memancarkan kelegaan. Pria itu lalu memandang gadis di sampingnya yang memandangnya dengan bingung.

"Lo cari bahaya aja tau gak! Kalo tadi tubuh lo terjepit gimana!" Gadis itu berkata memarahi teman seprofesinya.

Pria itu menyandarkan tubuhnya pada dinding lift. Lalu menatap gadis yg kini masih menatapnya kesal. "Hei, bunga! Gimana kalo kita pergi makan siang bersama?" Pria itu bertanya mengabaikan perkataan gadis di sampingnya.

Gadis itu mendengkus mendengar ucapan lelaki itu. "Stop manggil gue bunga, ok?"

Lelaki itu tertawa lalu mengangguk. "Ok, Lily. So?"

Gadis yang ternyata adalah Lily itu menggeleng. "Gak bisa, Zel."

Danzel, pria itu memanyunkan bibirnya lalu bersedekap dada. "Kenapa? Ada pertemuan sama client lo? Atau persiapan sidang?" Lily menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga lalu menggeleng.

"Gue mau ke tempatnya Kenzi, nanti malem gue terbang ke London."

Danzel terlihat mengangguk. "Tadi gue liat sekretaris lo bawa berkas baru, di taruh di meja lo pas gue dateng.  Ada kasus lagi?"

Lily tersenyum. "Gitu deh, client yang kemarin ketemu sama gue. Dia serius mau pake jasa gue katanyaa."

"Masalah apa?" Danzel bertanya penasaran.

"Kasus perceraian." Lily menjawab seadanya.

Danzel tertawa mendengarnya. Lelaki berlesung di pipi itu menepuk bahu Lily. "Gue harap lo gak takut nikah karna sering dapet kasus kayak gini." Lily berdecak mendengarnya.

"Semoga aja, oh ya. Gimana sama kasus yang lagi lo tanganin?" Lily ikut bertanya pada Danzel. Pria itu memasukan tangannya pada saku celana lalu mengangguk.

"Lancar." singkat, Danzel lalu merapatkan dirinya pada Lily membuat gadis itu meninju bahunya.

"Aw!"

Ting!

Pintu lift terbuka, Lily keluar lebih dulu disusul Danzel yang berusaha menyamai langkahnya.

"Beneran gak mau makan siang sama gue?" Lelaki berumur duapuluh lima tahun itu masih berusaha membujuk.

Lily menggeleng pasti. "Gue mau ketemu temen gue, lo sendiri aja sana!" Lily berbalik pada Danzel dan melihat wajah cemberut pria itu. Sangat lucu.

"Lo kan bisa pergi sama Siena? Gue duluan ya, see you!" Lily tersenyum melambaikan tangannya lalu bergegas meninggalkan gedung Lembaga Bantuan Hukum yang menjadi tempatnya bekerja saat ini.

Tujuh tahun berlalu. Lily tumbuh dengan baik, gadis itu kini berprofesi sebagai Pengacara. Tetapi ada yang berubah dari Lily. Rambut yang dulunya mencolok itu kini berubah menjadi gelap, Lily mengubah warna rambutnya seperti asalnya. Yaitu berwarna hitam kecoklatan. Mungkin karna sekarang dirinya sudah menginjak usia duapuluh empat tahun dan sudah bekerja sebagai Pengacara. Rambut pink nya terlihat kekanakan dan tidak sesuai dengan umur. Yeah, intinya gadis yang memiliki nama serupa dengan bunga ini tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik.

**********

"Makan siang dulu, sayang."

Gadis yang sibuk berkutat dengan gaun rancangannya itu terhenti saat suara lelaki yang kini berstatus sebagai tunangannya itu mengintrupsi kegiatannya. Ia menoleh tersenyum lalu menatap sang pegawai yang sedari tadi menemaninya.

Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang