Sadness

204 16 5
                                    

Author Point Of View

Dimas menatap sendu Ibunya yang kini sedang memeluk Leticia disertai isakan yang terdengar menyayat hatinya. Matanya melirik sekilas kepada Alexis yang juga sedang menangis di pelukan Audrey. Wanita yang ia ketahui sebagai bibinya sekaligus ibu dari Alexis. Matanya terpejam, Dimas masih sangat mengingat ucapan ibunya beberapa saat lalu. Sebuah fakta yang mampu membuatnya terdiam tak percaya. Memang takdir seseorang tidak ada yang tahu, begitu juga dengan dirinya. Tidak pernah terlintas sekalipun di otaknya kenyataan yang mengatakan bahwa dirinya merupakan seorang cucu dari keluarga Cloroza. Dan itu diakui sendiri oleh ibunya. Dansley Cloroza.

Dansley bingung kenapa ia harus datang ke tempat ini, ini bukanlah apartment tempat putranya tinggal. Tapi kenapa Dimas menyuruhnya untuk datang kemari?. Rasa bingung yang melanda hati dan pikirannya perlahan digantikan dengan rasa tak percaya saat dirinya di hadapkan dengan seseorang yang sudah lama tak dilihatnya tapi otaknya masih berfungsi dengan baik untuk mengenali siapa wanita lansia yang duduk di sofa bersama dengan putra bungsunya.

"Ibu?" Suaranya tercekat di tenggorokan. Wanita dewasa berwajah kebaratan itu melangkah perlahan mendekati semua orang yang tengah berkumpul di sebuah sofa, ruang keluarga di rumah keluarga Cloroza. Ya, Leticia memang sudah memberitahu semuanya mengenai hal ini dan tentu saja itu membuat seluruh penghuni rumah merasa terkejut. Semuanya berkumpul kecuali Laura yang memang sedang tidak ada di rumah.

"Dansley." Leticia bangkit dari duduknya. Tubuh rapuhnya berjalan mendekati Dansley dan menyongsong tubuh anaknya untuk dapat dipeluknya.

"Ibu, kau kah ini? Aku kira aku tak akan pernah lagi bertemu denganmu." Dansley menangis di pelukan Leticia, begitu pula dengan Leticia yang terus menggumamkan kalimat. "Putriku, kau masih hidup."membuat Dimas yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara ibu dan anak itu akhirnya membuka suara.

"Mamii... " Dansley melepaskan pelukan Leticia, matanya beralih pada putra bungsunya yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dansley berjalan mendekati Dimas.

"Mami tolong jelakan sesuatu," gumaman Dimas terdengar lirih dan Dansley pun tersenyum, berusaha menenagkan putranya yang pastinya masih merasa terkejut.

Lima menit berlalu. Kini Dansley sudah duduk diantara Leticia dan juga Demian, pria lansia itu telah selesai melepas rindu dengan putrinya, dan kini giliran Dimas untuk mendapatkan penjelasan dari ibunya.

"Dimas." Dansley mulai membuka suara, matamya masih bergelombang haru. Dia bertemu kembali dengan orangtuanya dan itu diluar dugaannya.

"Dulu sekali, saat Mami masih duduk di bangku sekolah dasar. Terjadi kecelakaan pada mobil bus yang selalu mengantar dan menjemput muridnya ke sekolah. Termasuk Mami berada di dalamnya."Dansley menjeda ucpannya, senyum lembut terukir di bibirnya saat melihat putra bungsunya yang serius mendengarkan.

"Nenek mengira ibumu meninggal pada kejadian naas itu, karena semua hangus terbakar. Dan semua dinyatakan tidak ada yang selamat." Leticia menambahkan. Wanita lansia itu kembali menangis dan Dansley pun mengelus punggung ibunya dengan penuh kasih sayang. Matanya kembali terfokus pada putranya yang masih terdiam.

"Saat itu posisi Mami berdiri di samping pintu masuk karena bus berhenti saat teman Mami menghentikan bus tersebut. Bus berhenti, pintu terbuka. Tetapi sebelum teman Mami naik, sebuah truk menabrak bus sekolah Mami dengan sangat keras. Mami terpental keluar dari bus. Bus itu berguling lalu... terbakar." Dansley memejamkan matanya mengingat kejadian mengerikan yang dulu pernah dialaminya. Ia kehilangan semua teman sekolahnya yang berada dalam bus itu.

"Seseorang membawa tubuh Mami yang terluka untuk menjauh dari bus yang terbakar. Kau tahu siapa orang itu sayang?" Dimas tahu itu pertanyaan untuknya, ia menggeleng dengan perasaan tak karuan. Hatinya bergetar sedih mendengar cerita ibunya.

Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang