Don't Worries

236 21 26
                                    


Author Point Of View

Jangan terlalu banyak bicara, jika semua yang keluar dari mulutmu hanyalah kebohongan semata.

Jika itu maumu, baiklah… aku akan berpura-pura tidak tahu saja, sampai kau memberi tahu ku sesuatu.

Semuanya…

Tentang kebohonganmu.

*

Alessa?

Tiwi terdiam mematung di tempatnya, ia menatap punggung kekasihnya dengan pandangan yang sulit di artikan, matanya menatap Resxi yang sedang memasukan kembali ponselnya ke dalam saku seragam sekolahnya. Pria itu sudah selesai bertelepon.

Tiwi mengulas senyumnya, lalu berjalan mendekati Resxi dan menepuk bahu pria itu, membuat Resxi sedikit terkejut dan segera membalikan tubuhnya.

"Tiwi?" Mata Resxi membulat saat mendapati kekasihnya tersenyum padanya, Resxi bisa melihat jika senyum Tiwi kali ini terlihat berbeda, tapi ia berusaha menyingkirkan pikiran itu, walaupun dia sebenarnya takut jika Tiwi mendengar percakapannya tadi dengan seseorang di telpon.

"Ka-kkamu sejak kapan disini?" Resxi bertanya gugup, ia mengalihkan pandangannya pada suasana di koridor sekolah, enggan menatap mata Tiwi.

Tiwi tersenyum kecut melihatnya, tapi tak lama gadis itu tersenyum sangat manis saat Resxi kembali meliriknya.

"Aku baru kok, pas kamu udah selesai telponnya, Oh ya sayang kita pulang sekarang ya? Yang lain udah pada pulang lho" Ucapan Tiwi membuat Resxi menatap matanya dalam, melihat Tiwi yang terlihat tak tahu apa-apa membuat Resxi menghembuskan nafasnya lega. Pria itu berjalan mendekati Tiwi, lalu menggandeng tangan kekasihnya.

"Kita pulang" Resxi tersenyum lalu mengacak rambut Tiwi, dan menarik lengan gadisnya untuk pergi dari sana. Tiwi menatap tangannya yang di genggam oleh Resxi lalu menatap wajah Prianya dari samping, ia tersenyum kecil lalu kembali memandang ke depan.

《《《《《《《《》》》》》》》》

Alea mengeratkan kaitan tangannya pada lengan Lily saat gadis berambut ombre Pink itu terus saja merengek minta di lepaskan, Lily bilang dia bisa berjalan sendiri tanpa harus di gandeng seperti orang jompo, tapi Alea, Kenzi dan Arin sama sekali tak melepaskan tangan mereka dari lengan Lily, mereka bilang wajah Lily masih sangat pucat dan badannya pun masih terlihat lemas.

"Please girls, gue ga bisa nafas kalo kalian mepetin gue terus! Jalan duluan sana!" Lily melepas paksa lengan Alea dan yang lainnya, ia menggeram kesal saat melihat cengiran tak berdosa dari teman-temannya. Ia memutar bola matanya, tapi pandangannya terhenti saat melihat sosok Pria jangkung yang berjalan melewatinya menuju parkiran.

"Daffi!"

Daffi menoleh dan mengernyitkan dahinya saat tau yang memanggil namanya ternyata Lily. Kerutan di dahinya semakin dalam saat melihat gadis itu berjalan mendekatinya.

"What happened? Muka lo masih pucet, lo mau kemana deh? Dimas mana?" Pertanyaan beruntun Daffi membuat Lily kembali memutar matanya, dan ia merasa sangat aneh saat Daffi bertanya tentang Dimas, memang apa hubungannya dengan Dimas?.

"Gue mau bilang terimakasih, lo udah nolongin gue, makasih banyak ya" Lily tersenyum, wajah pucatnya terlihat bersinar karna terkena panas matahari.

Daffi terkekeh mendengarnya, ia lalu menggelengkan kepalanya geli. "Harusnya lo terimakasih sama Dimas, jangan sama gue, udah sana balik sama temen-temen lo, disini panas" Daffi menunjuk Alea, Arin, dan Kenzi yang berdiri di bawah pohon dengan dagunya.

Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang