Candlelight Dinner

258 16 45
                                    

Author Point Of View

Alexis memandang wajah Dimas sembari tersenyum, lalu tak lama berkata. "Apa itu kurang, Dimas? Aku bisa membelikanmu banyak makanan manis lagi jika kau mau."

"Aa…a tidak perlu, aku bukan perempuan yang suka sekali makan makanan manis" Dimas Berkata tak enak.

Alexis mengernyit. "Lalu bagaimana dengan Cotton Candy ini? " Alexis menunjukan permen kapas yang berada di tangannya.

Dimas berdecak sebal. "Aku membelinya karna permen kapas itu mengingatkan ku pada seseorang"

"Siapa?"

Dimas menatap Alexis datar, gadis ini terlihat polos tapi mengesalkan. "Kekasihku"

"Dan jangan bertanya apapun lagi" Dimas kembali bicara saat melihat Alexis hendak membuka mulutnya.

Dimas menghela nafasnya lalu berbalik dan berjalan menuju London Eye, Alexis menatap punggungnya heran.

"Dia sepertinya bukan orang Inggris" Alexis bergumam.

"Ah sudahlah, aku harus cepat menemui Sara" Ucap Alexis lalu berjalan cepat menuju tempat dimana saudaranya berada.
.
.
.
.
.
.
Petang Hari memang hal yang ditunggu banyak orang, pergantian dari siang ke malam hari, orang-orang yang bekerja dengan keras di siang hari akan sangat merindukan malam, waktu dimana dirinya bisa bersantai, mengistirahatkan tubuh lelahnya, tapi sebelum malam itu datang, ada moment yang tidak bisa di lewatkan oleh sebagian banyak orang , yaitu mereka yang ingin menyaksikan tenggelamnya sang surya ke ufuk barat, atau kita biasa menyebutnya sunset.

Seperti saat ini, seorang pria sedang berada di pesisir pantai, ia menatap matahari yang mulai tenggelam itu dengan wajah terpukau, ia menoleh sebentar ke restaurant yang terletak di pinggir pantai, tempat dimana candlelight dinner yang sudah disiapkan Renaldi untuk Arin, tetapi semuanya berubah hanya karna selembar surat, makan malam istimewa itu untuk Wisnu dan juga Alea.

Ia kembali memandang lautan, saat sang matahari sudah benar-benar kembali ke peraduannya setelah bertugas menyinari bumi, pria itu berjalan menjauhi bibir pantai dan berjalan menuju Restaurant, ia berpapasan dengan salah satu pelayan yang mengurus makan malam special yang disiapkan oleh Renaldi.

"Mas, si Wisnu sama Alea udah dateng?"

Pelayan itu menghentikan langkahnya lalu menggeleng. "Mba Alea sudah datang tapi Mas Wisnu belum Mas Farhan, mungkin sebentar lagi" Farhan berdecak mendengarnya.

"Kemana lagi si Wisnu, jangan sampe gue yang makan malem sama Alea " Farhan bergumam lalu kembali menatap sang pelayan saat teringat sesuatu.

"Oh iya lo jangan lupa puterin lagu Marry You're Daughter ya pas mereka makan malem" perintah Farhan lalu berjalan mendekati panggung diikuti sang Pelayan dibelakangnya.

Oh iya jangan heran kalau Farhan bertingkah bebas disini, karna Restaurant ini sudah di booking oleh Renaldi.

"Engga lagu yang lain aja Mas? Itu lagunya lebih cocok buat lamaran" Sang pelayan menberikan usul, Farhan berbalik menatap pelayan tersebut.

"Iya juga ya, tapi menurut gue itu lagu paling romantis" Farhan mengetuk dagunya berfikir.

"Tapi itu lebih cocok untuk lamaran Mas, apalagi kalau lamarannya di depan orangtua perempuannya, itu cocok banget" Farhan menatap Pelayan tersebut tak percaya, lalu senyumnya mengembang, ia menepuk bahu pelayan itu.

"Wohooo! Pinter juga lo brother, terus menurut lo lagu apa yang cocok?"

Pelayan itu terlihat berfikir, ia lalu menjentikan jarinya. "Gimana kalo lagu Perfect aja Mas? Itu cocok banget! "Pelayan itu terlihat senang saat berhasil menemukan lagu yang cocok untuk Dinner Wisnu dan Alea.

Couple!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang