Author Point If View
Dimas menatap datar pintu megah bercat putih gading di hadapannya. Bibirnya sedikit menyunggingkan senyum saat pintu itu terbuka dan menampilkan sosok ibu muda yang kini menatapnya dan juga gadis di sampingnya dengan pandangan heran.
"Ibu!"
"Alexis," gumam Audrey memanggil nama anaknya dan kembali melirik Dimas yang kini berdiri diam di samping putrinya.
Oh, ya. Jangan tanyakan kenapa Dimas bisa berada di sini. Semua berkat paksaan Alexis yang membuat Dimas mau tak mau berakhir di tempat yang ia tahu merupakan tempat tinggal dari gadis menyebalkan di sampingnya.
"Kau membawa siapa, Alexis?" Audrey bertanya lalu tersenyum pada Dimas dan mempersilahkan keduanya untuk masuk.
Alexis sedikit bingung untuk menjawab. Ia tak bisa memberitahu Ibu nya sekarang, waktunya belum tepat.
"Em, Ah. Aku membawa temanku, dia penjual jam tangan. Aku membawanya kemari karena nenek yang memintanya." Audrey sedikit mengernyit mendengarnya. Mertuanya kembali membeli jam tangan? Sudah berapa banyak koleksi jam tangan milik Leticia? Pikiran Audrey membuat wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, Ibu akan panggilkan nenek, sekarang kalian duduk dahulu di sini. Kau bisa panggil Bibi untuk menyediakan air minum, Lexi." Audrey berpesan sebelum kakinya melangkah membawa tubuhnya menjauh dari kedua remaja yang kini tengah duduk di sofa ruang keluarga.
"Kau!" Dimas tak tahan, dia sudah menahan geram saat Alexis dengan seenak jidat membawanya kemari, lalu apa barusan? Gadis itu mengatakan ia adalah seorang penjual jam tangan? Bisakah sesuatu menimpa kepala gadis itu dan membuatnya tidak sadarkan diri?
"Apa?" Alexis menunjukan wajah polosnya.
"Berhenti bersikap menjijikan. Jika tidak ada kepentingan aku akan pulang!" Dimas berucap geram lalu hendak bangkit dari duduknya tapi tertahan saat mendengar suara lembut wanita lansia yang kini berjalan menghampiri mereka.
"Dimas." Leticia berucap, suaranya terdengar lirih. Dimas terdiam lalu dengan gerakan lambat kembali mendudukan dirinya di sofa. Satu pertanyaanya, kenapa nenek Alexis bisa mengetahui namanya? Apa Alexis benar-benar memberitahu bahwa ia seorang penjual jam tangan? Benar-benar.
Dimas menetralisir rasa gugup yang tiba-tiba muncul saat Leticia mendudukan diri di sofa yang berada di hadapannya dengan tatapan mata yang tak pernah lepas darinya.
"Ah, maaf sebelumnya. Aku bukan seorang penjual jam tangan," ucap Dimas sopan membuat Alexis mengulum senyumnya sedangkan Leticia tersenyum lembut. Matanya bergelombang terharu menatap cucunya yang selama ini tidak ia ketahui.
"Cucuku, Dimas. Kau cucuku!" Runtuh sudah pertahanan Leticia. Wanita lansia itu menangis tak bisa menahan rasa haru yang kini menguasai hati dan pikirannya. Alexis ikut sedih melihatnya sedangkan Dimas terdiam mendengar ucapan Leticia dan menatap nanar wanita lansia yang berada di hadapannya.
"Apa maksudmu?" Dimas berucap parau, suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Kenapa hatinya begitu tersentuh melihat Leticia menangis, otaknya seperti memaksanya untuk berhenti berpikir. Hari ini ia begitu pusing memikirkan keberadaan Lily dan sekarang dirinya harus menghadapi satu hal lagi yang begitu misterius baginya.
"Dansley Cloroza adalah anakku... Anak seorang Leticia Cloroza." Leticia tersenyum sembari menghapus air matanya sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kau dan kakakmu adalah cucuku."
Dan pada saat itulah Dimas merasa bahwa kesadarannya direnggut secara paksa. Matanya terpejam dan tubuhnya melemas disusul teriakan khawatir dari Leticia dan Alexis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple!
Teen FictionKisah para gadis yang berjuang untuk mendapatkan crush mereka dan menjadikannya Couple seumur hidup! Lily Madison Angela Pratiwi Aleanata Alexandra Arintika Nasution. Ini karya pertama ku yang selesai sampai ending, masih banyak kesalahan dalam penu...