Sydney, Australia.
3 oktober.
Ini sudah hari dimana satu bulan lebih aku berada disini, hasilnya tetap seperti ini saja... walaupun aku berada dirumah sakit, tetap saja aku terus merasakan sakit, padahal biasanya saat dirumah aku terlihat sangat sehat daripada disini.
Aku terus meminta orang tua ku, untuk pulang.... tapi mereka menolaknya...mereka bilang aku harus tetap disini, karena lebih nyaman meminta tolong dokter bila sesuatu terjadi kepadaku.
Tapi semakin lama aku disini, aku takut...aku terus membayang-bayangkan hal hal yang seharusnya tidak boleh ku pikirkan.
Aku ingin bertanya sekali kepada oranh tua ku,
Eomma...bagaimana bila Taehyung sudah tidak ada disamping Eomma dan Appa?
Apa Eomma dan Appa baik-baik saja tanpa Taehyung?
Kalau Taehyung sudah tidak tahan nantinya... walaupun semangatku untuk bertahan sangat banyak, Tapi Taehyung juga manusia....
Eomma, Appa... Taehyung sudah tidak kuat lagi bila penyakit Taehyung kembali disaat Taehyung sedang bahagia.
Taehyung rasanya takut sekali terlalu bahagia bila akhirnya juga kebahagian Taehyung dirampas oleh penyakit ini.
Saat pintu ruang inap Taehyung terbuka dengan menampilkan kedatangan ibunya, saat itu gesekan penghapus terdengar sangat kasar. Taehyung berusaha mencoba menghapus tulisannya.
Entah kenapa Taehyung ingin sekali menulis.
Iya menulis, sudah lama sekali jemari-jemarinya tidak menggenggam barang kecil yang gunanya sangat banyak ini.
Saking lamanya anak itu tidak pernah menulis, tulisan-tulisan yang memang sudah jelek malah semakin jelek.
Ia memang menulis, mencurahkan isi hatinya melewati pena tersebut–tapi ia tidak menyangka menuliskan kata-kata yang sangat menyedihkan, untung saja saat ibunya datang ia mencoba menghapus walau tidak semuanya dan menyembunyikan buku itu dibawah bantal.
"Bagaimana buku diary yang Eomma beli? Bagus?" Tanya ibunya.
Taehyung mengangguk sambil tersenyum.
"Tidak usah menyembunyikan tulisanmu, Eomma tidak akan membacanya walaupun buku itu dekat dari Eomma, itu tulisan yang sangat susah untuk kau katakan kan? Jadi curahkanlah semuanya disitu."
Taehyung terkejut, ia kira ia berhasil menyembunyikan buku itu tanpa terlihat oleh ibunya. Ternyata tidak.
"Eomma yakin tidak akan membacanya?"
"Baiklah kalau kau tidak percaya, Eomma berani janji kepada mu dan kepada seluruh suster disini."
"Apa hubungannya dengan suster-suster disini?"
"Mereka akan jadi saksi mata perjanjian kita, anakku."
Taehyung baru paham, ia langsung menyerahkan jari manisnya ke ibunya–"Ah tidak usah, yang penting Eomma mau janji sama Taehyung?"
"Iya Eomma janji."
❣️❣️❣️
Setelah hari itu, ia lebih sering menulis dibukunya. Bahkan Daniel terus mengomel didepannya bila Taehyung tidak ingin bermain melawan Daniel di dunia Game.
Taehyung seakan-akan lupa dengan hobinya sendiri.
"Niel, jangan ganggu!" Ucapnya sambil menaikan suaranya. Daniel semakin kesal lalu keluar dari kamar Taehyung tanpa bilang-bilang dengannya.
Taehyung masih saja terus menulis, ia tidak peduli dengan Daniel yang sedang marah dengannya.
Taehyung mau sekolah lagi, berteman lagi sama teman-teman disekolah, dihukum bersama teman-teman bila melakukan kesalahan, berlari-larian di lorong kelas hingga lelah, tetapi untuk kemauaku yang diatas itu tidak akan berlaku bila tidak ada dua orang yang sedang jauh denganku.
Taehyung mau sekolah bila ada, Jiminie dan Kookie.
Setelah satu lembar kertas dibuku itu penuh dengan tulisannya ia pun langsung membalikan buku itu kelembar yang baru lalu menulis lagi...
Belum juga satu lembar itu penuh, tiba-tiba ia berhenti menulis.
Alasannya, ia melihat tetesan darah dihidungnya yang jatuh di lembaran buku itu dan mengenai tulisan tangannya.
Lagi-lagi seperti ini, penyakit itu selalu datang disaat ia lupa bahwa ia mempunyai penyakit.
Datang bila Taehyung sedang senang.
Awalnya Taehyung berusaha tenang, ia kerap menulis sembari memegang tisu dihidungnya. Menahan darah dihidungnya untuk keluar, yang ia pikirkan hanya tulis dan tulis.
Jangan pedulikan sakitmu, Kim Taehyung.
Jangan panik.
Kau sudah sering mengalami hal ini, seharusnya kau sudah belajar untuk tenangkan?
Taehyung semakin mengabaikan rasa sakit yang luar biasa tersebut, menulis sambil berdoa bila rasa sakit itu tiba-tiba hilang....
Tak kali tetesan matanya ikut menodai bukunya, sakit sekali... sakit... ucapnya dalam hati.
❣️❣️❣️
Daniel yang sedang tidur-tiduran dikasurnya merasa bosan juga lantaran terlalu lama.
Ia lalu berusaha melupakan kemarahannya kepada Taehyung, lagipula kalau marah untungnya apa juga? Pikirnya saat itu.
"Baiklah bila Taehyung masih menulis, aku akan menulis juga." Ucapnya sambil membawa kertas dan pulpen dikedua tangannya.
Daniel langsung mengarah ke ruang inap temannya dengan bersiul senang.
Membuka pintu kamar Taehyung sambil tersenyum-senyum seperti sudah membayangkan apa yang akan mereka lakukan pada hari ini selain bermain Game...
"...."
Senyum Daniel yang terlihat sangat manis itu menghilang dan dibalas oleh muka datar yang dibalut dengan ketakutan dihatinya.
Daniel bukannya menghampiri Taehyung, ia langsung berlari dari ruangan temannya itu sambil berteriak, "Dokter! Dokter!"
Satu lorong rumah sakit itu penuh dengan suara teriakan Daniel.
"Taehyung pingsan..."
Aku jadi semakin rindu sahabatku....aku jadi semakin mengkhawatirkan impian kita....maafkan aku...
❣️❣️❣️
😭😭😭taehyung maaf buat kamu semenderita ini ya..
halo, untuk part ini dan selanjutnya kupercepat ya... sebelumnya kan masih september, sekarang kita loncat ke oktober ya jadi tunggu ultah jimin aja....
Udah itu aja yang mau ku kasih tau, huhu maapkan cerita ini kalau gak ada feelingnya ya:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian mereka! [✔]
FanfictionJeon Jungkook, Kim Taehyung dan Park Jimin sudah bersahabat dari sekolah dasar. Namun ketika mereka ingin menjalani sekolah menengah pertama, persahabatan mereka terhalang oleh ruang dan waktu. -- Jeon Jungkook, dia yang ingin merasakan masa-masa SM...