Park; bimbang

1.3K 185 9
                                    

"Jadi, Park Jimin."

"Bagaimana jika kau masuk menjadi trainee kami?"

Sebentar, aku tidak sedang salah dengar atau bagaimana kan?

Paman itu terlihat serius bukan?

Berarti yang ia ucapkan itu benar?

Jimin terdiam dengan banyaknya pertanyaan dipikirannya, ia terus menanyakan dirinya sendiri apakah yang ia dengar ini benar?

Paman itu, mendekati Jimin. "Bagaimana nak?" Tanyanya

" Tapi, pak–"

Jimin melihat ke-enam wajah temannya yang masih berada di sini, wajah mereka terlihat antara kecewa dan senang. Jimin tidak bisa bahagia sendiri sekarang, yang hanya diminta menjadi trainee di agensi paman itu hanya dirinya saja tapi teman-temannya tidak.

"Bagaimana dengan teman-teman saya?" Tanya Jimin.

Teman-temannya itu hanya bisa menunduk, ntah apa yang sedang mereka pikirkan sekarang.

Bapak itu tersenyum sembari memegang rambut Jimin, "Aku hanya bisa melihat dirimu, Park Jimin. Kau hebat, kau memilik potensi dalam menari. Lantas bagaimana aku tidak bisa terfokus pada teman-teman mu jika yang aku fokuskan dari awal hingga akhir lagu, hanya dirimu saja?"

Jimin sangat senang mendengar sanjungan itu, rasanya separuh impiannya terkabul.

Minhyuk tak segan mengangkat tangannya, "Apakah kami tidak memiliki bakat dan potensi?"

"Apa hanya Park Jimin saja yang mempunyai itu?" Tanya Minhyuk, perasaannya bercampur aduk sekarang.

"Tidak Minhyuk-ssi, kalian semua mempunyainya!"

Bapak itu mendekati Minhyuk dan yang lainnya, mereka merasa setelah mendengarkan sanjungan bapak itu terhadap Jimin, membuat hati mereka merasa sangat iri.

"Kalian semua mempunya bakat, jika kalian tidak mempunyai bakat kalian tidak bisa bersekolah disini bukan?

Mereka mengangguk.

"Tapi bapak tidak melihat potensi kalian,"

Jleb

Hati mereka terasa seperti di jatuhi oleh beribu-ribu batu besar, Jimin yang tidak bisa apa apa hanya bisa diam di tempatnya.

"Oleh karena itu, kalian harus berlatih lagi."

"Jimin, bagaimana? Kau bisa memberi keputusannya sekarang."

"Kau tidak mungkin kan menolaknya? Ini adalah kesempatan emas dirimu." Lanjut Bapak itu.

Hati Jimin berat jika ia langsung menerima tawaran itu, ia tidak enak dengan teman-temannya jika harus dirinya sendiri saja, padahal mereka selama ini sama sama berjuang.

Tapi kenapa hanya diriku saja?

Gurunya ternyata mendatangkan Bapak itu memang khusus untuk Jimin, guru sekolah mereka sudah sangat mengakui bakat Jimin yang luar biasa itu. Mereka sangat ingin membantu impian Jimin, percuma saja jika bakat itu di sia-siakan.

Impian mereka! [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang