Seoul, South Korea.
"Kalau kita adalah seorang sepasang kekasih yang tengah menjalankan hubungan jarak jauh mungkin kita tidak akan mungkin untuk bisa bertemu seperti ini, betul bukan?" Ucap Jimin sembari memegang secangkir kopi hangatnya.
Jungkook meniup kopi hangatnya sambil menahan tawa dan alhasil ia juga tertawa mendengarkan perkataan Jimin yang tergolong konyol itu.
"Bayangkan saja 6 tahun, tidak heran bagaimana orang - orang yang berkencan dengan berhubungan jarak jauh paling-paling juga tidak akan bisa bertahan lama ya, Kook."
Jungkook mengangguk setuju dan mulai meraih garpu miliknya untuk memakan cake yang ia pesan.
"Aku tebak kau pasti masih sendiri." Ucap Jungkook mencoba menebak sambil menunjuk garpunya kearah Jimin.
Jimin yang baru meminum secangkir kopi panas tersebut hampir tersedak.
"Uhuk, bagaimana kau bisa tahu?"
Jimin merasa sangat payah saat itu bagaimana tidak, hidupnya hanyalah hitam putih tanpa pelangi cantik yang menghiasinya, hampa sekali.
"Aku tebak lagi, kau pasti sudah 6 tahun menyendiri bukan?" Tebak Jungkook lagi, sekarang giliran tangannya yang menunjuk tepat di depan muka Jimin.
"Kenapa kau tahu? Kau mengirimkan mata-mata di Busan untukku ya?"
Perkataan Jimin sempat membuat Jungkook diam, tentu saja Jimin terdiam sambil bertanya-tanya didalam hatinya–apa dia salah bicara? Tidak kok, bukan salah bicara–hanya saja Jungkook lupa dengan keadaan dimana ia tidak harus mengejek-ngejek status hubungan Jimin yang nyatanya dia juga—
"Yasudah kita bernasib sama, Jimin-ah." ucapnya pelan seperti berbisik.
Kembali diam, hanya ada suara garpu yang sedang bermain-main dengan piring kecil
"Pff, Hahahaaha."
Tentu saja kediaman mereka itu tidak lama.
Lagi dan lagi suara tertawa mereka benar-benar memenuhi cafe, suara khas cekikan Jimin yang masih tidak berubah, suara tertawa anak kecil berpadu dengan suara tertawa Jungkook yang terlihat sangat dewasa, pantas saja mereka sekarang menjadi pusat perhatian di ruangan berbau kopi itu dan sekali lagi mereka tidak peduli dengan keadaan dan tetap melanjutkan tawa tak ada habis-habisnya, menurut mereka itu adalah lelucon yang sangat menyakitkan tapi bodohnya mereka sama saja seperti menertawakan nasib mereka sendiri.
Giliran sudah berhenti tertawa mereka diam tanpa kata lagi tapi ketika mereka saling menatap, lagi-lagi semburan tawa kembali memenuhi ruangan tersebut.
Banyak pandangan yang terlihat sinis dan ada juga yang tidak peduli.
"Yah, aku kira kita akan canggung." Ucap Jimin dan prediksinya saat itu memang salah.
Mereka seperti seorang saudara kandung yang dipisah beberapa tahun namun hasilnya mereka juga tetap sama, sama-sama gila saat dipertemukan.
"Aku yakin... jika saja ada Taehyung pasti kita bertiga tertawa lebih dari yang tadi, mungkin daritadi kita sudah diusir oleh pegawai cafe ini." Ucap Jungkook.
Jimin mengangguk setuju, ia menatap kursi kosong didepannya berharap bahwa Taehyung duduk disitu sambil tersenyum dan ikut tertawa bersamanya.
Tak disangka ternyata Jungkook juga melakukan hal yang sama, ia juga membayangkan bagaimana senangnya bila Taehyung kerap ada disini bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian mereka! [✔]
FanfictionJeon Jungkook, Kim Taehyung dan Park Jimin sudah bersahabat dari sekolah dasar. Namun ketika mereka ingin menjalani sekolah menengah pertama, persahabatan mereka terhalang oleh ruang dan waktu. -- Jeon Jungkook, dia yang ingin merasakan masa-masa SM...