this day will answer our anxiety.

1.4K 159 33
                                    


Coba play lagu crystal snow bts ya, selamat membaca!






Jungkook duduk di teras rumahnya,ia melamun dan menunggu Jimin datang kerumahnya. Tatapannya semakin kosong, sepertinya ia mulai merasakan resah yang tidak bisa ia kontrol, ia mulai mengetik kata demi kata diponselnya--

Walau pesan yang ia tulis itu....tidak mungkin terbalas.

Jeonparkim!

30 des,xxxx
15.32

Jeon: tae.....

Jeon: apa kau benar benar datang?

Jeon: aku akan menunggu mu disana...

❣❣❣

Jimin menatap pemandangan diluar dengan tatapan yang sama yang dilakukan oleh Jungkook, ia sedang berada di dalam taxi sekarang, dan tempat tujunnya ialah rumah Jungkook untuk menjemput sahabatnya itu.

Ting!

Suara pesan itu bersumber dari ponsel Jimin dan itu membuat keheningan di taxi pudar, ia langsung cekatan mengecek apa isi pesan tersebut, apalagi notif tersebut dari grup sahabatnya.

Ia berharap seseorang yang mengirimkan pesan tersebut adalah Kim Taehyung, dan ia berharap Taehyung mengabari dirinya dan Jungkook, memberi tahu kepadanya dimana dirinya berada sekarang, dan apakah dia akan pergi ketempat tujuan mereka bertiga hari ini?

Tapi, semua harapan yang tiba-tiba datang dipikirannya itu sekarang dibalas dengan sebuah realita yang pedih, bahwa sebenarnya Taehyung masih seperti hari-hari biasanya, tidak ada kabarnya dan menghilang. Terlebih lagi melihat Jungkook seperti ini, membuat hatinya semakin perih, melihat anak itu masih saja berharap lebih kuat darinya.

Jimin menghela nafasnya kasar, dan memijat pelipisnya yang berdenyut. Kali ini ia terus menerus menghela nafas, sepertinya ia merasakan oksigen disekitarnya mulai habis.

Jimin mulai meremas bajunya tepat di depan dadanya, sesak. Sungguh sesak, ia bingung karena baru pertama kali seperti ini. Dia mencoba membuat dirinya tidak panik dengan menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya pelan juga, berkali-kali hingga membuat bapak pemilik taxi terus mengecek keadaan Jimin dari kaca spion dalam.

"Pelajar, kau tidak apa -apa?" Tanya bapak tersebut.

Jimin rasanya tidak sanggup untuk membalas, ia hanya menggerakan tangannya dan mengangguk.

Sampai diman ia bisa mengatur nafasnya, ia mulai terdiam menatap dirinya sendiri di layar ponselnya itu. Pucat, apakah perasaanya terlalu lelah untuk menahan bagaimana gelisahnya dirinya? Kalau memang benar, Jimin benar-benar membenci hal itu. Ia sudah mempercayakan Taehyung bahwa ia percaya kepadanya, tapi aneh sekali, hatinya sudah setuju untuk percaya tapi tidak dengan pikirannya. Sepenuhnya membuat Jimin terkadang memaksakan dirinya, ia mulai terisak....

Memandang lockscreeen ponselnya, menatap wajah-wajah bahagia bila bersama.

Dipikirannya, apakah bisa mereka seperti ini?

Apakah bisa mereka saling menatap muka seperti layaknya 6 tahun yang lalu?

Apakah bisa mereka bisa tertawa dan menangis bersama?

Apakah....mereka......bisa berpelukan, membagi perasaan rindu yang sudah sangat tertumpuk...

Jimin semakin terisak, dadanya perih. Untung saja ia rela mengambil jalan yang lebih panjang menuju rumah Jungkoook.

Tidak ada yang bisa membuat Jimin tangguh, ia berhasil membuat Jungkook mempercayainya dengan mendengarkan keluh kesal tapi....

Ia sendiri pun, perlu bercerita ke Jungkook bahwa.....

Ia masih tidak bisa mempercayai Taehyung sepenuhnya, ia merasa ia menghianati hatinya sendiri.

Mengapa.....

"Mengapa aku sangat lemah membahas tentang anak brengsek itu...."

"Jimin, kau harus mempercayainya----karena Taehyung selalu mempercayaimu 6 tahun yang lalu, sampai sekarang..."

❣❣❣

"Jungkook, apa kau menunggu sangat lama?" Teriak Jimin setelah ia menutup pintu taxi tersebut.

Jimin melambaikan tangannya mengarah ke Jungkook, dibalas dengan senyuman kecil dari Jungkook.

"Lama sekali!"

Jungkook mencoba untuk menyekik Jimin dengan lengannya, Jimin hanya berteriak meminta ampun.

"Sudah siap?" Tanya Jimin.

Jungkook mengangguk, Jimin pun merangkul lengan temannya yang terbilang tinggi sedikit darinya.

"Tidak usah sok merangkul, biar aku saja."

Jimin hanya terkikik geli menatap wajah temannya dari samping ini, dilihat-lihat Jungkook semakin dewasa saja ya ucapnya berbatin.

Mereka pum masuk ke dalam taxi, dan menyuruh bapak pemilik taxi untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan yang mereka impikan, Namsan tower. Padahal Jungkook sebenarnya bisa mengunjungi tempat itu kapanpun, tapi.....

Ia harus menunggu kedua temannya bersamanya. Jimin sudah ada di sampingnya, tinggal Taehyung. Membayangkannya membuat Jungkook mengeluarkan senyuman tipis di sudut bibirnya, begitu indah hingga ia tidak bisa mengontrol senyumnya.

Jimin melirik Jungkook yang sedang tersenyum, melihat temannya seperti itu hatinya merasakan hangat dan disisi lain Jimin merasa tenang, bebannya menahan perasaan yang tak bisa ia katakan kepada Jungkook ini harus di lupakan. Sekarang, di hari ini semua akan terjawab.

Dan disinilah, mereka menginjak tempat ini dari sekian lamanya. Kenangan-kenangan itu berputar-putar di kepala mereka.

Jimin dan Jungkook berjalan menunju bagian paling penting dari semuanya, menuju tempat dimana semua orang bisa menggembok perasaan maupun impian.

Mereka tersenyum saat pikiran mereka bekerja sama mengingat hal indah. Layaknya film yang berputar di otak mereka, satu persatu membuat senyum mereka kembali mengembang.

"Kau ingat dissat kita bertiga berlarian hingga menabrak seoramg turis cantik?" Tanya Jungkook dengan antusias.

Jimin mengangguk langsung, "Taehyung lalu menggoda turis itu dengan paras tampannya, seolah-olah dia sudah dewasa,lalu bagian terlucu dari itu...."

"Pacar turis itu datang dan menceramahi Taehyung agar tidak sering menggoda seorang perempuan yang tidak dikenali, bukan?" Balas Jungkook sembari terkikik geli.

"Hahahaha!"

Tawa mereka pecah, mulai dari mereka yang sering mengunjungi tempat ini setahun dua kali, membeli gembok dan menulisnya. Jungkook dan Jimin Memperebutkan gembok yang memiliki warna cantik, hingga membuat Taehyung juga ikut memperebutkannya, setelah itu mereka bertiga tidak menegur satu sama lain. Untung saja Jimin saat itu menangis ketika sadar di mobil suasananya sunyi, tidak seperti biasanya membuat ayah Jungkook kerap menyalakan radio dengan volume sekeras-kerasnya.

Jimin menangis dan membuat Taehyung memeluk Jimin, saat itu Jungkook gengsi untuk memeluk Jimin akibat pertengkaran gembok tersebut. Tapi ketika melihat Taehyung ikut menangis, hatinya luluh. Jungkook juga menangis memeluk sahabatnya, dan berbisik di telinga Jimin.

"Sebenarnya gembokmu yang cantik itu.....tidak kupakai..."

"Ini untuk mu, maaf..."

Jimin semakin menangis, dan Jungkook merasa semakin bersalah. Wajar, saat itu mereka masih berumur 8 tahun. Bahkan di umur 12 pun disaat mereka berpisah, mereka masih menangis layaknya anak umur 6 tahun.

"Kau cengeng dari dulu sampai sekarang."

"Kau selalu membuat aku dan Taehyung menangis, bodoh!"

Mereka tidak sadar, senja mulai datang. Matahari mulai menghilang, saat itu Jimin menutup matanya...berdoa agar kehadiran satu temannya itu membuat hari ini di senja yang indah ini semakin indah.






"Hai....."

Impian mereka! [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang