tiga : seragam

1.4K 119 25
                                    

• U n t u k R a m a •

Hari Selasa, tanggal delapan belas Juli dua ribu tujuh belas, hari dimana para siswa menjalani hari kedua dari lima hari yang ada.

Dan lagi-lagi, Asya melihat laki-laki berwajah datar itu lagi. Ia sedang bersama Deno dan teman-temannya yang lain.

Saat Asya berjalan didekat kumpulannya Deno, Deno berteriak, "Woi, Asya! Lo suka sama Rama ya?!"

Yang diejek pun terkejut dan langsung mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.

"Hah? Enggak," jawabnya lalu ia bergegas menuju kelas.

Tau orangnya yang mana aja, enggak, gimana mau naksir? Masa iya, gue disuruh naksir sama namanya doang, pikir Asya.

Begitu Asya tiba di kelas, rupanya Deno dan teman-temannya --kelas IXC-- ikut masuk ke dalam kelas.

"Syak, naksir Rama, ya? Cie..." Ejek Deno lagi.

Asya mendengus kesal, "gue aja nggak tau mukanya Rama, gimana mau suka? Kenal juga engga." Jawab Asya menjelaskan.

Deno yang tadi mengejek tak percaya, dan ia malah memasang wajah menyebalkan.

"Bodo, anjing," umpat Asya lalu ia akhirnya berjalan menuju tempat duduknya.

• U n t u k R a m a •

Hari demi hari pun berlalu, dan setiap harinya, Asya harus berpapasan dengan laki-laki datar itu. Hingga hari jumat pun tiba, dimana para siswa menggunakan seragam pramuka.

Dan inilah kesempatan Asya untuk mengetahui nama dari laki-laki berwajah datar itu.

Ia sengaja bolak-balik dari kelas ke kantin hanya untuk berpapasan dengan laki-laki itu.

Dan, saat Asya berjalan menuju kantin, ia bertukar tatapan dengan laki-laki itu.

Hah? Kenapa ini jantung gue? Tatapan doang sama si aspal, kok sampai begini sih, pikir Asya.

Jantung Asya tiba-tiba berdebar lebih kencang dari biasanya. Dan ia pun lupa untuk melihat nama yang ada di seragam pramukanya.

Bodoh, Asya! Kenapa malah jadi tatap-tatapan sama dia?! Ucap Asya pada dirinya sendiri.

Asya pun kembali ke kelas dengan tangan kosong.

Wajah Asya dengan sangat jelas menunjukkan bahwa ia sedang kecewa saat ini. "Oi, Syak, kenapa lo?" Tanya Rani lalu ia duduk disamping Asya.

"Temenin ke kamar mandi, yuk," ajak Asya dengan suara pelan.

Rani hanya mengangguk lalu berdiri dan mengantar Asya ke kamar mandi.

Saat dalam perjalanan menuju kamar mandi, Asya melihat laki-laki berwajah datar itu sedang duduk di depan kelas IXE, langsung saja Asya melihat ke bagian nama yang ada di seragamnya.

Rama Dewangga

Rama? Dewangga? Rama? Rama?!

Itu Rama?! Ucap Asya terkejut pada dirinya sendiri.

Asya diam membisu, ia sudah seperti batu yang tak dapat berbuat apa-apa.

• U n t u k R a m a •

Sepulang sekolah, Asya buru-buru membuka ruang obrolannya dengan Karina.

Asya
WOI
KARIN

Karinul
Apa?

Asya
Gue udah tau mana si Rama

Karinul
Bagus dong

Asya
Kok lo nggak bilang kalau dia yang itu?

Karinul
Gimana cara gue bilang coba
Masa iya gue bilang, itu lhoh Syak, yang itu
Enggak juga lah, bego

Asya
Maksud gue bukan ituuu
Ah
Gajadi aja
Bye.

Asya merasa bodoh, ia berpikir bahwa tak seharusnya ia bertanya pada Deno perihal Rama. Bagaimana jika Deno memberi tahu Rama tentang Asya?

Ditambah lagi dengan debaran jantung Asya yang semakin kencang kala ia bersitatap dengan Rama.

Muka aspal, tatapannya dingin kayak es batu, pendiem kayak orang ansos, kok bisa bikin jantung gue jadi senam gini ya? Pikir Asya.

Ia bingung dengan dirinya sendiri, emangnya rasa penasaran bisa berubah jadi rasa suka? Apa orang yang deg-degannya kencang pasti lagi jatuh cinta? Gimana sama sering tatap muka? Apa itu jadi faktor pendukung akan rasa suka yang bakal timbul? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan aneh darinya.

• U n t u k R a m a •

Hai Rama! Akhirnya aku bisa menyebutkan namamu, si muka aspal, tatapan es batu, kemana-mana sendirian kecuali kalau sedang kumpul bareng Deno. Jantungku nggak pernah berdebar secepat itu ketika berjumpa orangng baru bagiku, tapi kenapa giliran itu kamu, jantungku jadi begitu?

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang