sebelas : jendela

980 80 45
                                    

• U n t u k R a m a •

Asya merasa beruntung, sebab kelasnya berada di dekat ruang TIK dimana ketika pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi para siswa akan berjalan menuju kesana.

Hari Selasa menjadi hari kesukaan Asya, karena pada hari itu, ia bisa melihat Rama dan teman-teman sekelasnya berjalan melewati kelas IX-3 untuk menuju ruang TIK.

Dan, yang ditunggu-tunggu oleh Asya pun tiba. Sekumpulan laki-laki berjalan ramai-ramai menuju ruang TIK.

Mata Asya tertuju pada Rama, tentunya.

Rama yang tengah berjalan santai, menjadi pemandangan indah bagi Asya yang sedang dilanda kebingungan atas tugas dari guru Pendidikan Kewarganegaraan.

"Ngelihatin siapa, sih, Sya. Betah banget tuh kepala ngehadap ke jendela." Ledek Rani yang duduk dibelakang Asya.

Asya tersentak, "diem, dong. Ntar pada tau."

"Halah, paling udah tahu semua. Nis, lo tau kan, siapa doinya Asya sekarang?" Tanya Rani pada Nisa, teman sebangku Asya.

Nisa berpikir sejenak, "gue pernah denger, kalau nggak salah, Rama, ya?"

"Nah, sip! Seratus buat lo, Nis." Ucap Rani sambil mengacungkan kedua ibu jari tangannya.

"Anjir, kok lo bisa tahu, Nis? Tahu dari mana, dah?" Tanya Asya sedikit terkejut.

"Abisnya, setiap ada Rama lewat, lo tiba-tiba jadi batu gitu." Jawab Nisa santai.

"Yaelah, bisa-bisa nyebar ke seangkatan nih."

"Sok heboh lo. Lagi pula kan, gue udah bilang juga ke lo. Pasti orang yang denger lo suka Rama bakal nggak percaya. Nisa aja nggak percaya nih, kelihatannya." Jelas Rani.

"Tau aja, lo, Ran. Gue emang kaget begitu tau lo suka Rama. Abis, manusia es kayak dia keren dimana nya coba? Apa yang bisa dijadiin alasan buat orang lain suka ke dia? Gue masih nggak habis pikir, sebenernya. Tapi, berhubung Asya temen gue, ya, gue dukung sepenuhnya lah." Jawab Nisa menjelaskan sambil menepuk pundak Asya tanda mendukung.

"Bisa aja, deh, Nisa. Hm, gimana ya. Sebenernya, gue sendiri juga masih nggak paham, kenapa gue bisa suka sama dia. Yang gue tau, sejak gue lihat dia, gue udah ngerasa gimana gitu. Bahkan, gue mulai suka dia, sebelum gue tau namanya. Aneh sih, tapi yaudah lah ya." Kata Asya.

"What the hah? Seriusan lo suka dia sebelum tau namanya?" Tanya Rani penasaran.

"Yep. Aneh ya?" Jawab Asya dengan pertanyaan.

Rani bergumam sebentar, "enggak aneh. Tapi, gue jadi mikir, jangan-jangan lo suka dia dari tampangnya doang."

"Emangnya, Rama ganteng ya?" Tanya Asya

"Engga." jawab Nisa.

"Ya habis gimana ya. Awalnya gue cuma penasaran gitu sama dia, terus naik tingkat ke rasa deg-degan setiap papasan, ya terus naik tingkat lagi sekarang, jadi suka ke dia."

"Wow," jawab Rani dan Nisa kompak.

"Orang alay kayak lo suka sama orang kalem kayak dia, nggak salah nih? Haha." Canda Nisa.

"Wah.."

"Ini nih, generasi yang nggak ngerti masalah perasaan. Perlu dibantai, dah, ini." Ucap Rani gemas.

"Santai dong, hahaha."

• U n t u k R a m a •

Setelah bel istirahat berbunyi, semua siswa pastinya keluar dari kelas menuju ke kantin.

Namun tidak dengan kelas IX-5 yang kini sedang berada dalam laboratorium TIK. Sebab, guru TIK meminta kepada semua kelas, untuk tetap berada di dalam laboratorium, dan istirahat dimulai 20 menit sebelum pergantian pelajaran.

Asya yang masih setia menunggu Rama lewat pun dikejutkan dengan suara keras Rani.

"Woi! Modus apa modus?" Tanya Rani.

Asya menengok kearah Rani, "apasih, mana ada gue modus! Kalau modus mah gue bolak-balik ada di depan kelasnya dia."

"Lagian ngapain, sih, nungguin Rama lewat. Mending lo beli makan dulu aja. Dia istirahatnya masih nanti, kali." Saran Rani.

Asya berpikir sebentar, lalu ia berdiri dari tempat duduknya. "Iya ya. Oke. Ayo ke kantin!" Serunya.

Rani pun tersenyum, lalu mengikuti langkah Asya keluar dari kelas. Dan untuk kali pertama, mereka memilih makan di kantin.

• U n t u k R a m a •

Setelah bel masuk, Asya dan Rani pun kembali ke kelas, dan mengikuti pelajaran PKN lagi.

Di tengah pelajaran, tiba-tiba ada gerombolan siswa kelas IX-5 berjalan melewati kelas IX-3. Otomatis, mata Asya tertuju pada luar jendela.

Karena saat itu Asya duduk didekat jendela, ia bisa dengan leluasanya melihat keluar jendela sepuas mungkin.

Walau ia duduk tepat di depan guru, bagi Asya, apapun akan ia lakukan agar bisa melihat Rama, walau hanya sekejap.

Asya masih sibuk menunggu Rama melewati kelasnya. Matanya masih saja memperhatikan luar jendela.

Tiba-tiba,

Tanpa pernah diduga,

Rama muncul,

Ia melewati tepat di depan jendela, dimana Asya menunggunya.

Dan, mata mereka bertemu.

Rama melihat Asya.

Asya melihat Rama.

Betapa terkejutnya Asya melihat Rama yang tengah berjalan.

Setelah tiga detik mereka bersitatap, dengan bodohnya Asya menundukkan kepala tiba-tiba.

Hal itu membuat Nisa terkejut. "Lhoh, Sya, lo kenapa?" Tanyanya khawatir.

Asya mengangkat kepalanya, "hah? Enggak kenapa-kenapa." Jawabnya ragu.

Iya, ya. Kenapa gue nunduk? Aduh, Asya bodoh. Kalau Rama lihat gue nunduk sewaktu tatapan sama dia, gimana? Astaga, malunya. Semoga dia nggak lihat! Ucap Asya gelisah dalam hati.

• U n t u k R a m a •

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16-01-18

Hai, Rama! Aku memang bodoh.
Aku selalu bingung, apa yang harus kulakukan jika bersitatap denganmu. Apa aku harus menatapmu makin lama? Atau tiba-tiba tersenyum padamu? Atau malah menghindar, seperti apa yang aku lakukan tadi?

Ah iya, di foto itu memang tak ada kamu lagi. Aku sengaja. Aku takut, kamu akan marah jika melihat fotomu ada disini.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang