dua puluh delapan : tatapan

688 53 14
                                    

• U n t u k R a m a •

Pengambilan nilai permainan voli pun dimulai. Asya hanya bisa melihat Rama dari depan kelasnya, tak ada keberanian yang mendorong Asya untuk tetap berada di tepi lapangan voli.

Meski demikian, Asya tetap mencuri kesempatan untuk mengambil gambar Rama diam-diam.

Permainan voli Rama lumayan bagus. Passing atas yang pas, dan passing bawah yang terlalu jauh.

Hati Asya terasa sangat tenang ketika melihat Rama yang sedang bermain sambil tertawa. Asya juga bersyukur, pasangan Rama bermain voli bukan dengan Ranya.

Selesai melakukan passing atas dan bawah, Rama dipanggil oleh guru prakarya, Bu Yanti namanya.

Bu Yanti yang duduk di depan kelas IX-D pun menunggu Rama dan beberapa siswa lain untuk datang kepada beliau.

"Tugasmu mana?" Tanya Bu Yanti pada Ovi-salah satu siswa kelas IX-E.

Rama hanya terkekeh ketika Bu Yanti menanyakan hal itu.

Asya melihat dan merekam kejadian itu.

Giliran Rama yang ditanya oleh Bu Yanti. "Rama, tugasmu gimana? Sudah satu minggu kamu terlambat mengumpulkan. Mau dikumpul kapan?"

Rama tersenyum ketika mendengar pertanyaan itu.

Dan mata Rama, tak sengaja melihat ke arah Asya.

Tangan Asya yang sedang memegang handphone dengan kamera menghadap ke arah Rama, langsung bergerak kebawah untuk bersembunyi.

Rama melihat Asya, dengan senyuman yang aneh.

Asya tahu betul, senyuman Rama sangat lebar ketika mengobrol dengan Bu Yanti, tapi mendadak berubah ketika mata Rama melihat ke arah Asya.

Senyuman yang manis namun terlihat tertahan.

Astaga, Rama! Dia senyum ke arah gue! Ok, emang nggak sengaja, tapi tetep aja! Dia senyum! Pikir Asya.

Tak lama kemudian, Rama kembali ke lapangan voli.

Dan saat itu juga, Bu Tata-guru Bahasa Inggris yang mengajar kelas Asya berjalan dari arah kantor menuju IX-C.

Asya dan teman-temannya langsung masuk kedalam kelas, untuk mengikuti pelajaran.

U n t u k R a m a

Sepulang sekolah, Asya menyapu kelas bersama beberapa temannya, karena giliran mereka piket pada hari Rabu ini.

Ketika Asya menyapu lantai kelas, Rani menunggunya didepan kelas.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan, "Asya!" Panggil seseorang.

Rupanya itu Rani. "Kenapa sih, Ran?" Tanya Asya begitu keluar dari kelas.

Rani hanya memberi isyarat untuk duduk disampingnya.

Begitu duduk, Asya melihat Rama yang sedang bersiap-siap melakukan servis atas.

Dan, Rama pun memukul bola itu, namun gagal.

Otomatis Asya berkata, "yah," tanda kecewa.

Tanpa ia sadari, mata teman-teman kelas Rama sudah menatap Asya kebingungan.

Asya langsung berjalan masuk ke dalam kelas untuk melanjutkan tugasnya, sekaligus untuk menghindari tatapan seluruh siswa kelas IX-E.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang