lima : lewat

1.1K 104 27
                                    

• U n t u k R a m a •

Untuk pertama kalinya, Asya berjalan menuju halaman sekolah melewati ruang lobby, dimana para siswa bebas duduk dimana saja --kursi, lantai, ataupun sofa-- dan kebetulan hari itu sedang gerimis, jadi, mau tidak mau lobby pasti ramai akan siswa. Kebanyakan dari mereka sedang menikmati wifi yang terpasang didekat sana, dan beberapa dari mereka tengah menunggu jemputan.

Walaupun gerimis, Asya tetap berniat untuk menunggu jemputan di bawah pohon kamboja. Namun saat ia melewati ruang lobby, matanya tertuju pada seorang laki-laki yang sedang duduk terdiam dikursi. Ketika yang lain bermain handphone, dia hanya diam dan memandang lurus kedepan.

Dan itu adalah Rama.

Anjiran, itu Rama! Seru Asya dalam hati.

Terkejut memang, namun Asya masih bisa menanganinya. Ia berjalan santai didepan Rama, sambil sesekali ia melirik ke arah Rama diam-diam.

Sayangnya, saat Asya mencoba untuk mencuri-curi pandangan, lagi-lagi mata Rama membalas tatapan Asya.

Tai, kepergok gue, anjir, pikir Asya.

Langsung saja Asya berjalan cepat-cepat keluar dari lobby. Namun, tak hanya sampai disitu saja. Asya masih sempat-sempatnya memperhatikan Rama dari luar melalui jendela yang ada.

Ya ampun, lucu banget sih. Cuek-cuek gitu, gemesin, deh, pikir Asya.

U n t u k R a m a •

Sesampainya Asya dirumah, ia merenungkan sesuatu. Ia berpikir, apakah Rama benar-benar membalas tatapannya, atau hanya kebetulan saja, saat Rama sedang melihat kearahnya namun bukan Asya yang dilihatnya.

Gelisah.

Itulah yang sedang dirasa Asya saat ini. Hingga ia memutuskan untuk bertanya pada ibunya.

"Ma, coba lihat mataku," ucap Asya tiba-tiba begitu ia berada didepan ibunya.

"Udah, kenapa?"

"Kalau dari sini, Mama masih bisa ngelihatin mata Asya?" Tanya Asya sambil mundur beberapa langkah dari ibunya.

"Iya, masih," jawab ibunya.

"Emang kalau mama dari situ, Mama bisa ngelihat Asya?"

"Astaga, yang tadi minta buat lihat mata kamu, siapa? Ya jelas kelihatan lah!" Jawab ibunya gemas.

"Coba Mama nggak usah lihatin mata Asya, masih bisa lihat Asya nggak?"

"Masih, Asya sayang. Kamu ini kenapa?"

Hah, masih bisa lihat? Berarti, dia tau kalau gue ada dong! Yes! Akhirnya dia tau gue! Yuhuuu, seru Asya kegirangan dalam hati.

Ibunya melihat Asya tersenyum tiba-tiba, "kamu kenapa sih, Sya?"

"Enggak kenapa-kenapa, Ma. Makasih ya!" Pamitnya, lalu Asya buru-buru masuk kedalam kamarnya.

YES! DIA TAU GUE ADA! seru Asya dalam hati.

Kini ia sedang memeluk erat boneka kesayangannya. Ia sangat bahagia. Untuk pertama kalinya, seorang Asya merada bahagia karena orang lain mengetahui keberadaannya.

• U n t u k R a m a •

Keesokan harinya, Asya berjalan melewati tepi lapangan seperti biasanya. Namun kali ini, kumpulan Deno dan kawan-kawannya tak ada di kantin seperti seminggu yang lalu. Dan yang pasti tak ada Rama lagi disitu.

Tumben pada nggak kumpul, apa gue berangkatnya kesiangan? Masa sih, kayaknya dari kemarin gue berangkat jam segini. Pikir Asya sambil berjalan pelan.

Setelah Asya membeli air mineral di kantin, ia lanjut berjalan menuju kelas. Dan tiba-tiba ia melihat Rama yang sedang berjalan sendirian menuju kearah yang berlawanan dengan Asya.

Mata Rama mengarah ke Asya. Dan mereka bertatapan untuk kesekian kalinya dalam waktu dua minggu ini.

Anjir, anjir, dia ngelihatin gue? Tanya Asya pada dirinya sendiri.

Ketika Rama sudah melewati Asya. Asya hanya bisa terdiam, diam seribu bahasa, dan berjalan pelan bagai siput.

Astaga, kok Rama sendiri lagi ya? Tanyanya.

Sambil berjalan menuju kelas, Asya masih tersenyum gembira layaknya orang gila.

U n t u k R a m a

Hai, Rama! Aku tahu kamu suka sendiri. Tapi jangan sampai kamu nggak menghargai teman-temanmu yang sudah ada didekatmu. Karena terkadang, kita juga perlu teman untuk berbagi. Jadi, jangan menyendiri lagi! :)

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang