sembilan belas : kesalahan

728 62 23
                                    

U n t u k R a m a

Sepulang sekolah, Asya, Rani, dan Nisa berkumpul di tempat biasanya berkumpul.

Rupanya sudah ada Vina disana.

"Eh, mau temenin gue ke tempat foto kopi?" Tanya Vina pada ketiga temannya yang baru tiba.

"Ayo!" Jawab Asya dan Nisa.

"Gue nggak ikut ya, bentar lagi dijemput." Ucap Rani.

Yang lain pun mengangguk, lalu pergi.

Setibanya mereka di tempat foto kopi, mereka bertemu dengan Evan.

"Eh, ada Evan." Sapa Asya pada Evan yang tadinya fokus dengan lembaran-lembaran foto kopian.

Evan pun menengok, "eh, Asya. Ngapain disini?"

"Nih, nganterin Vina foto kopi."

Evan hanya ber-oh ria.

Selagi Nisa sibuk menemani Vina yang sedang mengurus kertas-kertas, Asya pun berbincang-bincang dengan Evan.

"Woi, Van, kalau ketemu sama gue, nyapa dong. Jangan jual mahal gitu." Ucap Asya.

Evan tertawa kecil, "hahaha, gengsi lah gue. Masa cowok dulu yang nyapa."

"Ye, bego, dimana-mana mah cewek yang ngomong begitu. Ini malah kebalik, ngelawak lo?" Balas Asya.

Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari Vina dan Nisa.

"Asya! Asya!" Seru mereka.

Asya yabg tak paham pun diam saja. Ia paham betul tingkah laku teman-temannya, sangat random.

"Rama!" Teriak Vina.

Asya membeku, ia pun langsung membalikkan badannya, menghadap kearah trotoar.

Dan, ia melihat Rama yang tengah berjalan dengan Dava.

Diam-diam, Asya memperhatikan wajah Rama yang berjalan dengan santai serta wajah khasnya yang sungguh-sungguh datar.

Sedetik kemudian, Rama menoleh ke arah Asya.

Asya membeku.

Rama pun memalingkan wajahnya dan memperhatikan jalanan yang ada di depannya.

"Rama! Dicariin Asya!" Teriak Vina.

Asya histeris, ia langsung menghampiri Vina dan memukulnya gemas.

"Anjing lo Vin! Kalau Rama ilfeel gimana?" Ucap Asya heboh.

Evan pun membuka mulutnya, "oh, jadi Asya suka sama Rama?"

Asya hanya terdiam.

"Iya, tuh, Van! Bilangin ke Rama ya! Kan kelasmu sama dia sebelahan tuh. Enak banget, kan, ngobrolnya." Ucap Vina.

"Haha, iya tuh. Bantuin lah, temenmu yang satu ini. Dia paling bego dalam hal modus." Celetuk Nisa.

Asya langsung menatap Vina dan Nisa dengan tatapan tajam.

"Jadi, tipemu tuh yang cool gitu ya, Sya?" Tanya Evan.

Asya terbelalak, "apa? Rama cool?" Tanyanya tak yakin.

"Iya loh, dia tuh cool banget. Kalau senyum, beuh, nggak nahan." Jawab Evan dengan mempraktekkan gaya perempuan yang sedang memuji pasangannya.

"Oh, jadi, saingan gue bukan cuma cewek, tapi juga cowok." Ucap Asya bercanda. "Eh iya, tadi mukanya Rama gimana?"

"Lo kayak nggak hafal mukanya Rama aja. Dia kan nggak bisa berekspresi, muka dia kan selalu dan selamanya datar." Jawab Nisa.

Asya menghembuskan nafas panjang. "Huft, berarti nggak bakalan ilfeel kan?"

"Gue ragu sama itu sih. By the way, jumlah orang yang tahu kalau lo suka Rama udah nambah dua lhoh." Kata Nisa.

Asya menaikkan sebelah alisnya.

"Dava sama Evan." Jawab Vina

"Ah, iya juga ya. Biarin deh, lagian pada nggak akan nyangka juga kalau gue suka sama Rama."

Tak lama setelah Asya berkata seperti itu, tiba-tiba datang dua perempuan yang dikenal Asya.

Itu Ranya.

Anjir, Ranya denger omongan gue nggak ya? Pikir Asya.

"Halo, Asya!" Sapa Ranya sambil tersenyum.

Asya hanya tersenyum.

"Sya, gue mau nanya. Lo suka ya, sama Rama?" Tanya Ranya sambil tertawa.

Asya terkejut bukan main. "Hah?"

"Tadi gue denger lhoh," ucap Ranya.

Mampus gue, mati dah, ini kedengeran sama Ranya nya Rama. Bye sudah. Pikir Asya.

"N-nggak, kok, Nya." Jawab Asya terbata-bata.

"Eng, Sya. Balik yuk, gue udah kelar." Ajak Vina tiba-tiba.

Nisa pun menyela, "Sya, ayo balik. Gue udah dijemput."

Asya pun mengangguk. "Ranya, Mila, Evan, gue duluan ya." Pamitnya.

Setelah meninggalkan tempat foto kopian, Nisa pun mulai menceramahi Asya.

"Sya, lo Ranya keliatan nggak suka sama lo tuh." Kaga Nisa.

"Kok gitu?" Tanya Asya kebingungan.

Nisa menggerutu gemas, "hih, lo nggak denger nada suaranya tadi?"

Asya menggelengkan kepalanya.

"Bentar Nis, lo harus jelasin dari awal ke dia." Sela Vina. "Gini lho, Sya. Lo tau kan kalau Ranya itu temen sekelasnya Rama? Dan lo pasti tau dong, kalau Ranya deket sama semua orang? Dan itu, pasti nggak ada pengecualiannya, karena dia ratunya sekolah. Udah jelas kalau dia juga deket sama Rama."

Asya mengangguk paham.

"Nah, terus tadi, Ranya tau lo suka sama Rama. Mau diliat dari ekspresi wajahnya atau dari intonasinya dia, udah kelihatan kalau dia nggak suka sama lo, karena lo suka sama Rama." Lanjut Vina.

"Dan, gue bisa pastiin, Ranya suka sama Rama. Yah, walau gue juga nggak tau kenapa bisa suka, tapi gue yakin sembilan puluh sembilan persen, Ranya suka sama Rama." Giliran Nisa yang berpendapat.

Asya masih terdiam, ia memikirkan perkataan kedua temannya. Jika benar Ranya menyukai Rama, lalu mengapa? Apakah Asya tidak boleh menyukai orang yang sama dengan Ranya?

"Ya, kalau gitu. Gue masih belum bisa mundur sih, kecuali kalau Ranya sama Rama ada hubungan serius, gue baru bisa mundur." Ucap Asya santai. "Ngomong-ngomong, Ranya Rama cocok juga ya."

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22-02-18

Hai Rama! Aku sempat terkejut melihatmu berjalan dengan Dava. Kukira kamu hanya akrab dengan Faiz, rupanya kamu sudah menambah teman ya. Semoga terus bertambah ya!

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang