dua puluh tujuh : Rama hebat!

718 49 21
                                    

U n t u k R a m a

Asya berjalan menuju kelas bersama dengan Rani, Reva, Deno, Niko, dan Dewa.

"Syak, lo abis darimana?" Tanya Deno yang berjalan dibelakang Asya.

Asya nampak berpikir sejenak. Ia tak mungkin berkata bahwa ia dari kantin untuk melihat Rama. "Eng, ke kamar mandi tadi."

"Nah, yaudah, ntar bilang aja ngikutin Asya." Ucap Deno santai.

Satu jitakan mendarat tepat di jidat Deno, "alasan mesum."

"Ke kamar mandi, tapi kok ngintipin GOR." Satu kalimat yang diucapkan Niko, berhasil membuat Asya membatu.

Lhah tau dari mana? Pikir Asya.

"Kan lewat. Sekalian ngintip dong." Jawab Rani tiba-tiba.

Asya lega, mendengar jawaban Rani yang seperti sedang membantunya.

Begitu mereka sampai di dalam kelas, Bu Ani sudah menceritakan berbagai macam hal pada dua siswa yang duduk didepan beliau.

"Maaf, Bu, kami terlambat." Ucap Asya seraya bersalaman dengan Bu Ani.

Bu Ani hanya tersenyum. "Habis dari mana emang?"

"Kamar mandi, Bu." Jawab Asya.

Bu Ani pun mengangguk paham, beliau memang guru yang paling baik hati. Ketika memberi teguran pun, beliau menggunakan cara yang lembut, sehingga tak menyakiti hati siswanya. "Ini nilai UTS nya kemarin, silakan dilihat."

Asya terkejut. Hah, nilai UTS? Mampus.

Ia pun melihat nilainya, 73.

Nggak terlalu jauh sama kkm, nggak masalah lah ya. Pikirnya.

Setelah melihat nilainya, ia duduk di kursinya.

Disusul oleh Rani yang baru selesai melihat nilainya.

"Berapa, Ran?"

"73. Lo?"

"Sama!"

Mereka pun ber-tos-ria.

"Serasa jadi anak nakal beneran deh." Ucap Asya bercanda.

Rani tertawa, "perjalanan menuju hidup seperti Deno, ya."

Asya tertawa lepas.

Deno yang tempat duduknya tak terlalu jauh dari Asya pun menengok, "apaan?"

"Hah? Enggak apa-apa kok, No."

Deno hanya ber-oh, lalu kembali memainkan handphonenya.

• U n t u k R a m a •

Pukul 10.30 wib, bel istirahat berbunyi.

Asya buru-buru keluar dari kelas. Dilihatnya siswa kelas IX-E yang sedang berjalan menuju lapangan voli.

Asya langsung menarik tangan Rani untuk duduk di tepi lapangan, agar ia bisa bebas memotret Rama.

Benar saja, dari tempat Asya duduk sekarang, ia bisa dengan mudahnya memotret Rama yang sedang bermain sepak bola dengan amat sangat bersemangat.

Ketika bermain, tiba-tiba bola yang ditendang Rama melayang melewati Asya. Awalnya Asya biasa saja ketika bola itu hanya melewatinya. Namun ia berubah menjadi orang gila ketika Rama berjalan kearahnya untuk mengambil bola yang ada di depan Asya saat itu.

Asya berdiri.

Lalu berlari menuju kelasnya.

Meninggalkan Rani lagi.

Untungnya, Rani sedang sibuk bermain handphone, jadi tak masalah baginya jika ditinggal begitu saja oleh Asya.

Dari kelas, Asya melihat Rama yang sedang mengambil bola.

Dan Asya mendengar suara teriakan dari Rani. "Lho, Asya! Kok lari? Rama disini, kok malah pergi?" Teriak Rani, begitu Rama sampai di tempat bola itu mendaratkan diri.

Rani bodoh. Umpat Asya.

Setelah Rama mengambil bola itu dan kembali ke lapangan sepak bola-tempat ia bermain bola tadi, Asya kembali duduk di samping Rani.

Asya pun memberikan satu pukulan pelan di lengan Rani atas teriakan yang ia suarakan tadi.

"Ngapain teriak sih, Ran?" Tanya Asya yang wajahnya masih memerah.

"Nggak apa-apa kan? Gue lagi ngebantu dia meyakinkan informasi yang dia dapet."

Asya menaikkan sebelah alisnya. "Info apa?"

"Info kalau lo suka dia, lah. Mau yang mana lagi?" Jawab Rani santai.

Asya terbelalak mendengar kata 'suka' yang diucapkan Rani. "Hah?" Tanyanya tak paham.

"Jangan bilang, lo nggak paham sama yang gue omongin."

"Gue paham. Tapi yang bagian meyakinkan info tuh apa?"

Rani menghela nafas, "orang bego kayak lo mana paham sama yang gue omongin." Ledeknya.

Asya pun memukul Rani lagi.

Setelahnya, mata Asya terfokuskan pada Rama.

Sesekali ia memotret Rama dari kejauhan, bahkan ia sempat mengambil video ketika Rama menendang bola dengan kaki kanannya yang melayang tinggi.

Keren, ucap Asya dalam hati.

Ketika Asya memperhatikan Rama, wajah Rama yang tadinya tertawa bersama teman-temannya, tiba-tiba berubah menjadi datar ketika matanya melihat kearah Asya.

Asya tak paham, siapa yang dilihat Rama hingga wajahnya berubah datar.

Yang Asya tahu, Rama adalah laki-laki yang terlihat sangat manis ketika tertawa.

• U n t u k R a m a •

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21-03-18

Rama! Sering-seringlah tertawa!
Tawamu sangat manis!

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang