dua belas : berdekatan

888 79 20
                                    

• U n t u k R a m a •

Pelajaran seni budaya kali ini, para siswa diharapkan untuk membawa kuas untuk mengecat topeng sebagai ujian praktek. Nantinya, topeng itu, akan dipajang di pameran khusus sekolah.

Siswa kelas IX-3 pun keluar dari kelasnya, dan mulai mengecat topeng mereka masing-masing.

"Sya, bawa kuas, nggak?" Tanya Rani begitu keluar dari kelas.

"Enggak, ehe. Kenapa? Lo juga nggak bawa?" Tebak Asya.

Rani hanya mengangguk sambil meringis.

"Pinjem Pak Anton aja, kali." Saran Asya.

Begitu mereka menghampiri meja yang digunakan untuk mengecat, Asya pun buru-buru mengambil kuas yang sengaja disediakan, lalu meminta izin pada gurunya.

"Pak, boleh pinjam, kan?" Tanya Asya terkekeh.

"Oh, boleh aja. Silakan, diambil." Jawab Pak Anton, guru seni budaya.

Asya dan Rani sibuk mengecat topeng, hingga Nisa datang dan mengajak untuk ke kamar mandi.

"Ran, Sya. Kamar mandi, yuk." Ajaknya.

Asya berpikir sebentar, jika diingat-ingat, ia sering berpapasan dengan Rama dikamar mandi.

Namun ia ragu, jika ia pergi kesana sekarang, dan berjumpa dengan Rama, apa yang akan Asya lakukan setelahnya? Menyapa? Sepertinya tidak. Berdiam diri seperti patung? Itu sama saja dengan tidak ikut ke kamar mandi.

"Enggak deh, Nis." Jawab Asya.

"Gue juga enggak deh. Takut ada yang isengin topeng gue ntar." Jawab Rani.

"Ah, yaudah deh. Bye." Pamit Nisa.

Tak lama setelah Nisa pergi, Rama keluar dari kelas bersama temannya.

"Anjir, Ran. Rama! Dia keluar kelas." Ucap Asya bersemangat.

Rani menaikkan sebelah alisnya, "terus, gue disuruh apa?"

"Temenin gue!" Seru Asya.

Dan akhirnya, mereka pun mengikuti Rama diam-diam.

Rupanya Rama dan temannya pergi ke kamar mandi.

Disana, Asya hanya mengintip Rama yang sedang antri.

Ketika mata Asya sibuk memperhatikan Rama, tiba-tiba tubuh Rama berbalik dan melihat ke arah Asya.

Mata mereka beradu, dan Asya terkejut bukan main.

"Mampus." Ucapnya, lalu ia menarik wajahnya kembali.

"Kepergok?" Tanya Rani.

Asya hanya mengangguk. Betapa malunya ia, sekarang ia sudah benar-benar seperti penguntit.

"Gue balik ya, Sya. Topeng gue ntar diinjek sama yang lain." Pamit Rani.

Asya yang masih berdiri ditempat pun berpikir keras. Ke kamar mandi, atau nunggu dia lewat ya? Kamar mandi aja deh.

Ketika berjalan menuju kamar mandi, Asya melihat Nisa yang baru saja keluar dari salah satu pintu kamar mandi. Dan ia tak melihat Rama disana.

"Eh, Sya. Tadi ada dia lho." Ucap Nisa.

"Iya tau."

"Tau gitu, tadi lo ikut gue aja kan."

"Ya-"

Belum sempat Asya menjawab ucapan Nisa, ia sudah terlebih dulu dikejutkan dengan kehadiran Rama yang keluar dari kamar mandi paling ujung.

Nisa menahan tawa, sedangkan Asya harus menahan malu.

Asya terus memperhatikan Rama, hingga akhirnya, orang yang tadi berjalan bersama Rama keluar dari kamar mandi yang telah Asya tunggu daritadi.

Asya pun masuk kedalam kamar mandi. Sebelum pintu tertutup, Asya melihat mata Rama yang sedang melihat kearahnya.

Didalam kamar mandi, Asya hanya bisa menahan teriakan yang ingin ia suarakan.

Ia sangat bahagia.

U n t u k R a m a

Setelah bel istirahat berbunyi, Asya pun segera menghentikan kegiatannya, yaitu mengecat topeng.

Dari depan kantin, Asya mendengar suara teriakan dari Rani yang sangat keras.

"Asya! Kesini dong!" Teriak Rani.

Karena penasaran, Asya pun segera berjalan menuju kantin.

Belum juga ia sampai di kantin, ia melihat Rama yang sedang mengantri makanan.

"Asya!" Panggil Rani lagi, sambil melambaikan tangannya.

Asya pun mendekati Rani, lalu memasang wajah penasaran.

"Sini, sini." Ucap Rani sambil menarik tangan Asya.

Ternyata, Rani menarik tangan Asya agar Asya bisa bersebelahan dengan Rama.

"Bu, soto nya satu. Berapa?" Tanya Rama pada ibu kantin.

Astaga! Suaranya Rama! Baru kali ini bisa denger suaranya! For the first time! Dari sampingnya, bisa denger suaranya. Oh my god! Seru Asya dalam hati.

Asya mematung ketika berdiri tepat disamping Rama. Hingga akhirnya Rama pergi, Asya pun langsung berjongkok tanda lemas.

"Rani! Lo lihat tadi? Gue bisa berdiri disampingnya Rama!" Ucap Asya, lalu ia berdiri walau sebenarnya masih lemas.

Rani pun tersenyum, "bilang apa, sama gue?"

"Hahaha, makasih banyak Rani!" Seru Asya.

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24-01-18

Rama! Kita bersebelahan!
Aku bisa berdiri tepat disampingmu!
Aku sangat senang bisa mendengar suaramu.
Rasanya menengkan hati, kau tau?
Ya, hari ini, aku sangat-sangat senang!

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang