delapan belas : tertawa (2)

707 63 14
                                    

U n t u k R a m a

"Sya, temenin ke kamar mandi dong." Pinta Rani pada Asya yang sedang asyik dengan handphonenya.

"Hah? Sekarang?" Tanya Asya terkejut.

"Enggak, tahun depan." Jawab Rani dengan wajah datar.

"Eh? Iya, iya."

Mereka pun berjalan menuju kamar mandi, melewati lorong tentunya.

Dan tepat saat mereka melewati depan kelas IX-E, Asya dikejutkan dengan kedatangan Rama yang tiba-tiba.

Rama dan Faiz berjalan dari arah yang berlawanan. Dan itu membuat Asya dan Rama saling bertatapan.

"Faiz! Bilangin ke Rama, dia dicariin Asya!" Teriak Rani.

Anjing, Rani gila banget sih, pikir Asya.

Asya menutup wajahnya tanda malu. Meskipun begitu, Asya masih saja mencuri kesempatan untuk melihat wajah Rama. Dilihatnya Rama yang sedang tertawa pelan setelah Rani berteriak.

Astaga, Rama ketawa!

Karena terlalu bahagia, Asya pun berlari menjauhi Rama dan ia langsung berbelok menuju kamar mandi. Sayangnya, Asya bodoh, tepat di tikungan menuju kamar mandi, Asya terpeleset.

Ia pun terjatuh.

Anjir, sakit. Ucap Asya dalam hati.

"Hahahah"

Didengarnya suara tawa keras Rani yang khas.

"Anjing. Pantat gue sakit gini, lo malah ketawa. Bantuin kek!" Umpat Asya

"Habis nya lo bego banget sih. Kenapa nggak nyapa Rama aja tadi?" Ucap Rani sambil membantu Asya berdiri.

"Nih, pegangin hape gue. Jangan sampai jatuh." Kata Rani mengingatkan lalu pergi ke kamar mandi.

Asya pun menunggu Rani yang sedang di kamar mandi. Ia memainkan handphonenya sambil menghadap ke arah pintu kamar mandi.

Tiba-tiba, terdengar suara laki-laki di telinga Asya.

Asya pun menengok ke belakang.

Dan, rupanya itu Faiz yang sedang berjalan menuju kamar mandi.

Namun, setelah Faiz melihat Asya, Faiz berbalik. Dan ternyata, ada Rama yang sedang bersembunyi di ruang agama.

Asya terkejut bukan main, dilihatnya Rama yang tengah tertawa lagi.

Setelah melihat Rama yang bersembunyi, Faiz pun menarik Rama agar keluar dari sana.

Otomatis Asya membatu.

Yang bisa ia lakukan hanya mengetuk pintu kamar mandi yang digunakan Rani tadi.

"Ran, Rani. Gue masuk ya. Lo dah kelar kan? Ada Rama ini. Mau mati gue kalau disini terus."

Tak lama kemudian, Rani membukakan pintu, tepat sebelum Rama berada didekatnya.

Di dalam kamar mandi, Asya hanya bisa menutup mulutnya, sebab ia sangat ingin berteriak untuk saat itu juga.

"Diluar ada Rama?"

Asya hanya mengangguk.

Ia masih histeris, karena bisa melihat Rama tertawa dua kali dalam sehari.

"Heh, keluar nggak? Pengap banget disini."

"Tapi, kalau Rama masih di luar gimana?" Tanya Asya kaku.

"Takdir." Jawab Rani singkat lalu membuka pintu kamar mandi.

Ternyata, Rama dan juga Faiz keluar dari kamar mandi secara bersamaan.

Mati gue. Jangan sampai Rani teriak ke Faiz. Tolong.

Sayangnya, doa Asya tak terkabulkan.

"Faiz! Ini lho, yang suka Rama!" Seru Rani sambil menunjuk Asya tanpa merasa berdosa sedikitpun.

"Rama nya dibelakang gue, bilang langsung lah." Jawab Faiz.

Bodohnya, Asya malah menengok kearah Rama. Dan ia melihat Rama yang sedang menahan tawa dan memegang dagunya dengan tangan sebelah kanan.

Melihat hal itu, Asya pun langsung berlari meninggalkan Rani.

Lagi-lagi, Asya terpeleset di tempat yang sama. Namun kali ini, ia tak terjatuh.

Ya Tuhan, hampir kepeleset gue. Ya ampun, ini jantung gue kenapa nggak bisa detak pelan-pelan aja sih? Pikir Asya.

Asya pun berjalan cepat menuju kelasnya.

Di kelas, Asya hanya terdiam.

Dan ia memikirkan banyak hal.

Astaga, tadi gue bisa lihat Rama ketawa tiga kali sehari! Serasa minum obat banget, njir. Ya ampun, nggak nyangka banget bisa ngelihat Rama ketawa dari jarak sedeket ini. Eh tapi, kenapa Rama ketawa ya? Jangan-jangan Rama ilfeel sama gue, atau muka gue tadi udah kayak kepiting rebus kali ya? Masa Rama bisa ketawa gara-gara gue? Astaga gue kepedean banget sih. Asya! Lo nggak boleh ge-er kayak gini! Kalau nyatanya, Rama ketawa gara-gara Faiz, gimana? Atau mereka habis bahas Ranya, makanya Rama ketawa? Astaga, nggak paham gue. Apa Rama udah tau nama gue? Pikir Asya dalam hati.

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19-02-18

Hai Rama! Apa kamu sudah tahu namaku? Mengapa kamu tertawa setelah melihatku? Apa ada yang salah? Tolong Rama, jangan membuatku salah paham seperti ini terus menerus. Aku tak ingin membawa perasaanku terlalu dalam, dan menjatuhkanku pada sebuah ketidak-masuk-akalan ini.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang