dua puluh : menyerah?

846 68 51
                                    

"Tetap berjuang meski sudah tahu akan gagal?
Haha, aku tak seberani itu."

-pejuang
yang mudah putus asa

U n t u k R a m a

"Eh, gue mau ke kelas nih." Kata Nisa.

Asya menoleh ke arah Nisa, "mau gue temenin nggak?"

Nisa menggelengkan kepalanya, "nggak usah. Gue sendiri aja." Ia pun berjalan menuju kelas sendirian.

Sedang Asya masih bersama Vina.

"Lhah, Ran, belum dijemput toh." Ucap Vina begitu sampai, dan melihat Rani yang masih duduk di kursi titik kumpul.

Rani pun menengok, "eh, kok cepet banget? Nisa kemana?" Tanyanya.

"Dia ke kelas." Jawab Asya.

"Oh iya Ran, tadi Asya bincang-bincang sama saingannya lho, si Ranya, haha." Jawab Vina.

Rani membulatkan matanya, "oh iya, tadi gue ngeliat Ranya nge -snapgram chat sama cowok gitu. Bentar deh, gue liatin nih." Katanya sambil mencari nama akun Ranya dan memperlihatkan snapgramnya.

"Coba tebak, siapa cowok dingin yang lagi chatingan sama Ranya dan pacaran sama dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba tebak, siapa cowok dingin yang lagi chatingan sama Ranya dan pacaran sama dia." Ucap Rani.

Tubuh Asya membeku.

Mereka pun terkejut, "astaga, ini beneran Rama? Kok mau dipanggil sayang? Gila ya Ranya cabenya keliatan banget disini." Kata Vina.

Asya tak memberikan respon apa-apa.

"J-jadi, mereka beneran ada hubungan, ya?" Ucap Asya terbata-bata.

Rani bergumam, "hm, gue sedikit nggak yakin kalau ini Rama. Emangnya Rama pernah bawa handphone ke sekolah?"

Vina hanya mengangkat bahunya tanda tak paham.

"Tapi, disini, Ranya nulis 'masa ada yang nyukain kamu selain aku' kayak nyindir Asya nggak sih? Kan tadi Ranya denger omongan kita, kalau Asya suka sama Rama." Ucap Vina.

"Oh, jadi gitu. Dan mungkin Ranya ngerasa nggak terima terus dia langsung chat Rama, dan langsung di snapgram. Wow, keren juga ya si cabe." Sela Rani.

Asya mengangkat kepalanya, dan mengubah raut wajahnya yang semula sedih menjadi terlihat sedikit baik-baik saja. "G-gue masih belum bisa nyerah sekarang. Lagi pula, itu kan belum tentu Rama. Mungkin aja itu pacarnya Ranya, dan timingnya lagi tepat."

"Oke, keputusan buat tetep berjuang atau nyerahnya kan ditangan lo. Kalau semisal, ini beneran Rama, gimana?" Tanya Vina.

Ekspresi wajah Asya berubah lagi. "Ya, gue harus nyerah lah. Tolol namanya, kalau gue perjuangin orang yang udah dimiliki orang lain."

"Dan kalau semisal ini bukan Rama, lo bakal tetep berjuang?" Tanya Vina.

Asya hanya mengangguk.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang