tiga puluh enam : tahu semua (last)

2K 86 89
                                    

U n t u k R a m a

Mungkin, hari Kamis kali ini adalah hari paling sial bagi Asya. Kemarin, ia tak sengaja meninggalkan buku kumpulan puisinya tentang Rama di kelas, dan ternyata, ada orang lain yang menemukannya.

"Sya! Ini buku lo ya?"

Pertanyaan itu dilempar oleh Niko secara tiba-tiba.

Asya menengok ke arah Niko yang sedang menunjukkan buku tulis milik Asya, dan ia benar-benar terkejut

"Lhoh, kok bisa lo bawa?" Tanya Asya panik.

Niko malah tertawa, "lo terlalu ceroboh buat tanya kayak gitu."

"Shit." Umpat Asya lalu segera merebut buku itu dari tangan Niko.

Bodohnya, Niko malah berlari keluar dari kelas.

Mau tak mau, Asya harus mengejarnya demi mendapatkan buku rahasianya itu.

"Niko balikin!" Seru Asya.

"Ogah. Puisinya bagus banget, bisa buat gombalin Ira."

"Balikin, Ko!" Teriak Asya yang masih setia mengejar Niko.

Yang diteriaki malah semakin kencang berlari, dan tanpa disengaja, Niko menabrak Ira. Dan buku milik Asya jatuh di lantai lorong kelas IX.

Asya benar-benar panik saat itu. Yang ada di dalam pikirannya hanya Rama, ia sangat takut jika Rama membaca puisi-puisi nya itu.

Saat Asya ingin mengambil bukunya yang jatuh itu, Niko dengan cepatnya menendang buku itu jauh dari Asya.

Dan mendarat tepat di hadapan seseorang di ujung lorong.

Ternyata,

Itu Rama.

Asya terkejut bukan main.

Dilihatnya Rama yang sedang meraih buku itu.

Asya tak berpikir untuk merebutnya.

Malah, Asya hanya terdiam.

"Rama! Baca halaman paling akhir deh!" Teriak Niko.

Ira yang berdiri disamping Niko memasang wajah kebingungan. Sedangkan Asya masih terdiam seperti orang bodoh.

Rama pun membuka halaman paling belakang.

Hai, Rama!
Aku sangat ingin menyampaikan pesan padamu.
Pertama perihal permohonan maafku,
Maaf karena telah dengan lancangnya menikmati senyuman manismu tanpa izin,
Maaf karena telah berani memandangi wajahmu lama-lama tanpa kamu ketahui,
Maaf karena sering mengitipmu yang sedang tertidur pulas di dalam kelas,
Maaf karena sudah mengambil gambarmu secara diam-diam hingga membuatmu merasa risih.
Kedua, tentang rasa terima kasihku,
Terima kasih atas senyum dan tawa yang sudah kamu tunjukkan,
Walau itu semua bukan ditujukan padaku.
Dan yang terakhir,
Tentang perasaanku padamu.
Aku mengagumimu, Rama!
Aku tak berharap kamu akan membalasnya,
Aku hanya ingin bisa terus melihatmu bahagia.
Karena kebahagiaanmu, ialah kebahagiaanku juga.

Tertanda,
Asya Anandita,
Perempuan yang hanya bisa melihat tawamu dari kejauhan, dan bukan menjadi alasanmu tersenyum ataupun tertawa.

Rama tersenyum setelah membaca tulisan itu, dan matanya beralih ke arah Asya dan berjalan mendekatinya.

Wajah Asya benar-benar seperti kepiting rebus.

"Makasih,"

Satu kata yang berhasil membuat Asya merasa sangat bahagia.

"Tapi,"

Dan itu juga satu kata yang membuatnya merasa kecewa.

"Aku udah tahu semua, jauh sebelum aku baca ini,"

"Ha?" Tanya Asya kebingungan, ia tak paham maksud dari ucapan Rama.

"Iya, aku udah tahu tentang semuanya yang kamu tulis di sini." Ucap Rama sambil tersenyum, "dan aku berterima kasih banget, kamu udah bersedia jujur lewat tulisan ini."

Senyuman Rama semakin mengembang, dan semakin manis bagi Asya.

"Makasih udah suka sama aku."

Rasanya Asya ingin pingsan kala itu juga.

"Bukunya aku bawa dulu ya?" Tanya Rama.

Dan dengan tak sadarkan diri, Asya malah mengangguk.

U n t u k R a m a

Di dalam kelas IX-E, Ira mulai mengejek Rama yang sedari tadi senyum-senyum seperti orang tak waras.

"Cie, Rama. Kayaknya bahagia banget, bisa disukain sama anak kelas C." Seru Ira dari tempat duduknya.

"Ha? Siapa?" Tanya Ranya tiba-tiba.

"Asya, lah." Jawab Faiz.

Dan Ranya hanya terdiam sambil menggumam dalam hati.

Sedangkan Rama, semakin tersenyum dengan lebarnya.

U n t u k R a m a

Sedangkan di dalam kelas IX-D,

"Ta!" Teriak Asya sambil berjalan mendekati Duta, lalu duduk dihadapannya.

Duta mengangkat pandangan kearah Asya seraya menaikkan alis sebelah kanannya.

"Puisi gue udah sampe ke Rama." Ucap Asya panik.

Duta mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan lo buat puisi?"

"Sejak dulu, njir."

"Bagus dong."

Asya terkejut. Wajahnya langsung berubah drastis.

"Iya, bagus lah, lo jadi nggak perlu capek-capek nyampein ke dia." Ucap Duta santai.

"Hah?"

TAMAT

U n t u k R a m a

05-04-18

Hai Rama!Aku sangat senang ketika mendengar suaramu tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Rama!
Aku sangat senang ketika mendengar suaramu tadi.
Terima kasih, kamu sudah menghargai perasaanku.
Aku bersyukur, kamu tak memintaku untuk menghilangkan perasaan ini.
Sekali lagi,
Terima kasih banyak Rama!
Akhirnya aku bisa melihatmu tersenyum dari dekat,
Dan menjadi alasanmu tersenyum lebar.

Tertanda, Asya A.
Perempuan yang akan selalu merindukanmu.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang