tiga belas : ketahuan

861 79 37
                                    

U n t u k R a m a

"Nisa! Itu Rama sama Faiz jalan ke kantin tuh!" Seru Asya sambil menepuk tangan Nisa.

Nisa pun menolehkan kepala. "Hah? Mana Faiz?" Tanyanya antusias.

"Itu, lagi jalan. Ayo ke kantin!" Ajak Asya.

Nisa yang sudah sejak lama menyukai Faiz, baru kali ini mencoba untuk mendekatinya dengan mengikuti Asya yang mengajaknya ke kantin.

Dikantin, Nisa berdiri tepat disebelah Faiz dengan santai, sedangkan Asya, ia berada jauh dari Rama namun wajahnya sangat panik. Bukan panik ketakutan, tapi panik karena bisa dekat dengan Rama.

Setelah Rama dan Faiz selesai membeli makanan, Asya langsung histeris dan mengambil gambar punggung Rama yang makin menjauh.

"Nisa! Lucu banget suara dia!" Seru Asya.

"Ish, apa sih, Sya. Oh ya bu, dia ini suka sama yang pake baju batik biru itu lho bu." Ucap Nisa pada ibu kantin.

"Wah, anak pendiem gitu, kamu sukai?" Tanya ibu kantin.

"Ibu kantin aja sampe tau kalau dia pendiem. Terkenal banget dia," ucap Nisa.

"Yaelah, kayaknya salah banget kalau gue suka sama Rama." Kata Asya dengan nada sedih.

"Bacot lu, gue mau balik ke kelas, ikut ga? Atau gue tinggal aja?"

Asya langsung mengangguk dan mengikuti Nisa.

U n t u k R a m a

Sepulang sekolah, Asya melihat Rama yang berjalan keluar sekolah. Karena penasaran, Asya memutuskan untuk mengikutinya.

"Eh, Vin, itu Rama keluar, mau temenin paparazi ngga?" Tanya Asya pada Vina yang yang selalu berkumpul bersama Asya setiap pulang sekolah.

"Hm, ya ayok." Jawab Vina.

Setelah keluar dari sekolah, Asya kebingungan mencari Rama yang sudah hilang.

Sembari berjalan menelusuri warung-warung yang ada di trotoar depan sekolah, Asya bergumam terus-menerus.

"Mana Vin, kok Rama nggak ada sih?" Ucap Asya yang telah mengaktifkan handphonenya untuk bersiap memotret Rama, sesekali ia mengambil gambar tak penting seperti motor yang parkir dipinggir jalan, atau angkringan dan semacamnya.

"Ya, mana ku tau," balas Vina.

"Masa pul-" ucapan Asya terpotong, karena kemunculan Rama yang tiba-tiba dari dalam warung.

Tak sengaja Asya mengambil gambar Rama.

Wajahnya lucu, pikir Asya.

"Waduu," ledek Vina.

Jantung Asya berdebar kencang, ia kaku sekarang. Ia hanya berjalan dan membiarkan Rama melewatinya begitu saja.

Setelah Rama sudah lumayan jauh, Asya langsung berteriak.

"Astaga, astaga, astaga, astaga, Vina! Dia ngeliatin gue?" Heboh Asya sendirian.

"Haduh, baru papasan aja udah histeris, gimana kalau udah jadian, bisa mati berdiri." Ledek Vina.

Asya pun buru-buru mengecek foto yang ia ambil dengan tak sengaja.

"Anjir, Rama ngeliat ke arah kamera!" Seru Asya.

"Hah?! Sumpah, sumpah?" Tanya Vina ikutan heboh.

"Astaga, kepergok lagi paparazi, anjir." Umpat Asya pada dirinya sendiri.

Vina hanya menghela nafas, "iya, iya, balik yuk. Kan udah dapet fotonya."

Mereka pun kembali ke sekolah.

Menunggu jemputan dibawah pohon, tempat biasa mereka berkumpul.

"Gimana dong ini?" Tanya Asya masih histeris.

Vina memasang ekspresi sebal. "Santai aja kali, gue sering paparazi Ari juga, tapi kayaknya dia biasa-biasa aja."

"Tolong, Ari orangnya hiperaktif gitu, disamain sama Rama yang terkenal dingin. Beda banget lah ya," bantah Asya.

"Sama-sama cowok, ya sama lah." Balas Vina. "Eh, gue udah dijemput, duluan ya."

Asya hanya mengangguk.

Tak lama setelah Vina pulang, Rani datang menghampiri Asya.

"Oit," panggil Rani.

Asya hanya mengalihkan pandangannya ke Rani, tanpa suara.

"Lesu amat, kenapa?" Tanya Rani penasaran.

"Abis kepergok ngefoto,"

"Hah? Sama siapa?"

"Rama."

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah. Duh, sedih gue, kalau dia ilfeel gimana coba?"

"Yaelah, sans aja dong. Eh, itu Rama, ikutin nggak nih?"

"Boleh deh, tapi kali ini nggak pake acara paparazi."

Mereka pun beranjak dari tempat berkumpul, dan mengikuti Rama.

Rupanya Rama tengah mengantri membeli makanan didepan sekolah. Asya yang gemas melihat wajah Rama pun tak sanggup jika harus melewatkan ini tanpa mengabadikannya.

Akhirnya ia pun nekat mengambil handphonenya dan mengambil gambar Rama.

Pada foto ketiga yang Asya ambil, rupanya Rama menengok ke arah kamera.

Asya terkejut,

Hampir saja ia melemparkan handphonenya.

Rani hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Sya, lama-lama dia ilfeel beneran lho."

"Dia bakal risih ya?"

"Iya lah, risih banget. Dan lama-lama, dia bakal tau lo yang mana."

"Taunya darimana?"

"Dia bakal mikir, "itu kan Asya, yang sering paparazi, ngikutin gue, suka sama gue,' nggak keren banget udah ketahuan,"

"Balik yuk. Takut nih," pinta Asya.

Mereka pun berjalan melewati Rama.

Namun, sebelum mereka masuk ke sekolah, Asya menyempatkan diri untuk menengok kebelakang, ke arah Rama.

Sayangnya, waktunya tidak pas, sedetik setelah Asya menengok kebelakang, Rama juga menengok ke arah Asya.

Satu detik mereka bertatapan.

Sebab setelahnya, Asya langsung lari mendahului Rani.

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25-01-18

Hai, Rama! Aku tau aku bodoh,
Aku tetap mengikutimu walau sudah tau, kamu akan selalu mengetahui keberadaanku.
Aku tetap suka mengambil gambarmu diam-diam walau sudah tau, kamu sudah menyadari kebiasanku.
Maaf sudah mengganggumu.
Semoga kamu selalu semangat!

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang