tujuh belas : tertawa (1)

755 63 21
                                    

"Ada kalanya, kita akan kalah dari mereka yang satu lingkungan dengan dia."

-salah satu teman affh
sparkleyz

U n t u k R a m a

Upacara bendera kali ini terasa berbeda bagi Asya yang sedang bahagia sebab ia bisa melihat dengan jelas wajah datar khas Rama.

Asya tak merasa lelah berdiri lama-lama, sedikit aneh memang, karena biasanya Asya susah mengeluh ratusan kali jika upacara sudah lebih dari 15 menit.

Tak lama setelah amanat dari pembina upacara, salah seorang anggota OSIS mengecek perlengkapan siswa kelas IX.

Dan sialnya, Rama tertangkap karen ia tak mengenakan sepatu berwarna hitam.

Kini, Rama pun berada di barisan paling belakang. Asya sangat kecewa, sebab ia tak bisa memandang wajah Rama lagi.

Upacara selesai,

Sekarang giliran wakil kepala sekolah lah yang memberi beberapa pengumuman.

Dan saat itu juga, Asya melihat Rama yang sedang tertawa bersama Ranya.

Asya hanya bisa melihat Rama tertawa bersama orang lain dari kejauhan. Bukan menjadi alasan Rama tertawa.

Anjing. Umpat Asya dalam hati.

Tiba-tiba satu tepukan mendarat di pundak Asya. "Sya, ngelihatinnya biasa aja."

"G-gue biasa aja kali." Jawab Asya.

"Bohong banget sih, gue bisa denger suara retakan dari dalam hati lo. Haha." Ledek Rani.

Asya reflek mendorong tubuh Rani. "Apa sih lo, anjing. Ngelawak banget,"

"Ye, santai babi. Mau gue panggilin Rama?"

"Hah? Buat apa?"

"Gue mau bilang ke dia, jangan deket-deket Ranya, ahaha," ucap Rani sambil tertawa.

Asya memukul lengan Rani pelan. "Lo geblek ya? Ngapain banget sih."

"Kan Rama itu doi lo."

"Emang, kalau gue suka sama dia, gue bisa ngelarang dia buat nggak deket sama orang lain?"

"Ehm... Enggak sih," jawab Rani ragu-ragu.

"Gue ini cuma orang yang suka sama dia. Jadi, gue nggak berhak apapun buat ngatur dia. Apalagi jauhin temennya sendiri." Kata Asya bijak. "Lagipula, bukannya bagus ya, kalau dia bisa ketawa, deket, dan punya temen gitu?"

"Kok, nanyanya ke gue? Tanya sama hati lo sendiri, apa lo baik-baik aja, begitu lihat dia ketawa bukan karena lo, tapi karena orang lain?"

"G-gue nggak apa-apa, sih."

"Ya, terserah lo, tapi gue sebenernya yakin seratus persen kalau lo nggak beneran baik-baik aja. Dan, gue agak ragu, lo bakal bersedia buat saingan sama Ranya." Ucap Rani lalu pergi.

Selagi gue bisa lihat dia ketawa, nggak masalah kalau bukan gue penyebabnya. Kalau dibilang saingan, aneh juga ya kalau gue saingan sama ratunya sekolah. Pikir Asya.

U n t u k R a m a

Bel istirahat berbunyi, Asya dan Rani segera menuju kantin.

Dan mereka berpapasan dengan Ranya.

Asya yang sempat satu kelas dengan Ranya pun agak ragu untuk menyapa, setelah melihat keakraban Ranya dengan Rama.

"E-eh, Ranya." Sapa Asya.

"Hai, Asya!" Balas Ranya sedikit heboh.

Inilah mengapa Ranya disebut 'ratunya sekolah', ia terlalu bersemangat untuk terus menjalani hari-hari di sekolah.

Asya pun tersenyum, dan lanjut mengantri makanan.

"Cie, nyapa saingan." Ledek Rani.

Asya mencubit pelan tangan Rani, "saingan palalo, Ranya kok dijadiin saingan."

"Lo mau nyerah, Sya?"

"Gue tuh mikir, Ran. Kenapa gue bisa berniat untuk menyerah, cuma karena ngelihat kedekatan mereka aja, padahal gue masih punya banyak alasan buat berjuang deketin Rama."

"Jadi, lo nggak akan nyerah?"

"Nggak tahu," jawab Asya lesu.

"Tolol. Tadi udah memotivasi diri, sekarang kok putus asa lagi?"

"Itu bukan memotivasi, itu pemikiran gue."

"Sama aja, anjing." Umpat Rani. "Gini lhoh, Sya. Kalau lo nyerah sekarang, apa nggak terlambat? Maksud gue, kalau lo mau nyerah, harusnya udah sejak dulu, sejak lo tahu kalau dia introvert, pendiam, dan no life kayak gitu. Kalau sekarang? Lo udah mati-matian deketin dia, lo ikutin dia kemana aja, paparazi setiap saat, apa lo yakin bakal nyerah setelah berjuang segitu banyaknya?"

"Itu belum definisi perjuangan yang sesungguhnya," ucap Asya.

"Jadi, menurut lo, itu semua belum berjuang?" Tanya Rani sambil menekankan kata 'berjuang'.

Asya hanya menggeleng.

"Terserah lo aja deh. Tapi kalau menurut gue, jangan nyerah dulu. Lo juga belum tau hubungan mereka yang sebenarnya, kan? Kali aja, Rama emang kayak gitu, dia bisa ketawa lepas tanpa lihat siapa yang buat dia ketawa." Kata Rani mendukung Asya.

"Gue pikir-pikir dulu, deh."

Rani pun mengangguk.

"Atau, gue bisa minta bantuan Vina." Ucap Asya.

U n t u k R a m a

Asya
Vin,
Gue butuh bantuan lo

Vina
Kenapa Sya?

Asya
Cari tau hubungan antara Rama sama Ranya dong.

Vina
Lhah, emang mereka kenapa?

Asya
Bukannya mereka deket, ya?

Vina
Rama nggak pernah deket sama cewek, Sya.

Asya
Lo yakin?

Vina
Nggak seratus persen sih

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12-02-18

Hai Rama! Aku senang bisa melihatmu tertawa lagi. Walau sebenarnya sedikit sesak ketika melihatmu tertawa bukan karenaku.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang