empat belas : banyak bicara

856 72 41
                                    

U n t u k R a m a

Setelah menyelesaikan soal-soal try out tingkat kota, Asya yang sudah menahan diri untuk tidak ke kamar mandi, akhirnya pergi juga.

Ia pun berlari menuju kamar mandi karena sudah tidak tahan.

Namun, kamar mandinya terpakai semua. Terpaksa Asya harus mengantri dan menahan lebih lama.

Saking sebalnya, Asya pun mendumel sendiri.

"Anjir, lama banget sih,"

"Woi, ada orangnya gak sih?"

"Jangan-jangan belajar didalem,"

"Astaga, udah kebelet ini"

"Ya Tuhan, ini orang tidur ya?"

"Kok nggak keluar-keluar sih anjir"

Tak lama setelah Asya bicara sendiri, tiba-tiba kamar mandinya terbuka.

Dan betapa terkejutnya Asya, rupanya itu Rama.

Rama keluar dari kamar mandi, lalu menatap dingin Asya,

Astaga, Rama, ngeliatinnya biasa aja dong, tolong, pikir Asya.

Setelah itu, Rama pergi meninggalkan Asya.

Asya pun buru-buru masuk ke kemar mandi.

Ia jadi berpikir, jangan-jangan Rama nggak keluar-keluar gara-gara gue bacot banget tadi, astaga, malu banget gue.

Selesai dari kamar mandi, Asya kembali ke kelasnya dan menceritakan hal yang baru saja terjadi kepada Rani dan Nisa.

"Eh, tau nggak sih, tadi gue antri kamar mandi, terus gue kan ngomong sendiri gitu 'ini orang lama banget si', eh taunya itu Rama!" Seru Asya.

"Oh," jawab Rani.

"Terus?" Tanya Nisa.

"Gue berasumsi bahwa dia nggak keluar-keluar gara-gara denger suara gue!" Kata Asya heboh.

"Alay lo" kata Nisa.

Rani menghela nafas, "Dia lagi boker kali, Sya, makanya lama."

"Eh, iya juga ya. Tapi kan, dia bisa keluar kalau udah kelar waktu itu juga. Nggak harus nunggu gue selesai ngedumel baru keluar." jawab Asya.

"Tapi Sya, dia kan nggak tau lo yang mana, hafal suara lo juga engga, jangan kepedean gitu lah." Ucap Nisa.

"Iya juga sih, tapi," Asya merasa putus asa.

"Udah lah, Sya, jangan kegeeran terus-terusan,"

"Berharap terlalu tinggi bisa buat lo ngerasain sakit hati yang lebih dalam lagi." Kata Nisa mengingatkan.

Asya hanya mengangguk, namun dalam hatinya, ia masih berharap bahwa Rama akan mengetahui keberadaannya walau ia tak mengajaknya berkenalan.

U n t u k R a m a

Sepulang sekolah, Asya yang biasanya keluar sekolah melewati kantin, kini ia mulai berjalan melalui lorong kelas IX, dimana ia bisa melihat Rama dari depan kelas saja.

Begitu Asya lewat, tiba-tiba saja Rama keluar dari kelas, membawa botol minum.

Ketika mata mereka beradu, Rama yang baru saja keluar dari kelas, secara tiba-tiba minum air yang ada di botol yang telah dipegangnya.

Asya yang melihat hal itu hanya bisa menahan tawa. Betapa menggemaskannya wajah Rama saat itu. Seperti manusia yang sedang salah tingkah, ketika bertemu gebetannya.

Asya pun berjalan, meninggalkan Rama yang telah selesai minum.

Astaga, lucu banget, masa tiba-tiba minum gitu, pikir Asya

Setelah ia sampai di luar sekolah, ia menghampiri Vina yang telah duduk di tempat biasanya berkumpul.

Asya yang sedang bahagia pun langsung menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Vin, lo tau nggak?" Tanya Asya bersemangat.

"Nggak." Jawab Vina singkat.

Asya hanya ber-oh. "Oh, yaudah."

"Lo aja belom cerita,"

"Oh iya, jadi gini, tadi kan gue lewat kelasnya Rama, pas banget sama Rama yang lagi keluar kelas, eh pas gue sama dia tatap-tatapan gitu, dia langsung minum air masa!" Seru Asya.

"Gitu doang?"

"Ya lo mikir dong, kenapa dia nggak minum pas didalem? Kenapa harus pas abis ketemu gue? Kan kalau gini, bikin gue salah paham!" Kata Asya menjelaskan.

"Kali aja dia udah ada rencana buat minum diluar, dan ternyata itu pas lo lewat, nggak ada yang tau kan?" Bantah Vina.

"Atau jangan-jangan, dia salah tingkah gara-gara ketemu sama gue! Nggak ada yang tau juga kan?"

"Serah lo deh. Tapi kan, Rama nggak tau lo siapa, Sya. Kenalan aja, belum."

"Kali aja dia udah tau gue, dari orang-orang mungkin, ahahah," jawab Asya kepedean.

"Nggak mungkin banget lah, lo kan nggak terkenal,"

"Mungkin, Rama nanya ke temennya, ke Faiz mungkin, atau Dava, siapa nama gue, haha," ucap Asya kepedean.

Vina menepuk jidat Asya, "jadi orang tuh jangan kepedean, ntar begitu lo tau kenyataannya gimana, bisa-bisa lo demam,"

"Kok demam?"

"Kan sakit."

Asya tak paham, ia hanya memiringkan kepalanya.

"Duh, orang yang lagi kasmaran macam lo mana paham sama yang gue omongin,"

"Gue nggak lagi kasmaran,"

"Lhah, yang sama Rama itu apa, kalau bukan kasmaran?"

"Ehe"

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29-01-18

Hai Rama! Hal-hal yang kamu lakukan hari ini benar-benar membuatku salah paham!
Haha, sudah segitu saja.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang