dua puluh dua : menghindar?

815 57 45
                                    

U n t u k R a m a

Kini, Asya selalu duduk bersama Rani. Mereka tak pernah berkumpul bersama Nisa lagi, sebab ia sibuk pacaran dengan Ari hampir setiap hari.

"Gue nggak habis pikir sama Nisa. Apa sih tujuan dia nerima Ari? Mau pamer kalau cintanya terbalas? Pamer kalau dia laku? Iya sih laku, tapi ya jangan nikung juga." Kata Asya kesal sambil mendobrak pintu kamar mandi.

Rani ikut membanting handphonenya diatas wastafel, "udah seminggu sih, tapi gue masih nggak terima. Mana mereka sok mesra gitu, najis. Duduk sebelahan mulu, iuw."

Vina menghela napas, "yaelah, kalian ini, gue yang ditikung, kok kalian yang heboh?"

Rani dan Asya langsung menatap tajam Vina. "Karena lo santai-santai aja, makanya kita yang marah." Jawab Asya dengan nada tinggi.

"Kok lo bisa santai gini sih? Harusnya kan marah." Tanya Rani.

"Hm," Vina nampak berpikir. "Mungkin karena gue bukan siapa-siapanya Ari. Ah, udah lah. Balik kelas aja sana."

Akhirnya mereka pun kembali ke kelas masing-masing. Namun, ketika Asya dan Rani tengah berjalan di lorong kelas. Tiba-tiba muncul sosok yang mengejutkan Asya, yaitu Rama.

Rama baru saja keluar dari kelas. Begitu ia melihat Asya yang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya, Rama langsung menepi.

Anjir, kok dia ngehindar? Pikir Asya.

Asya salah tingkah. Ia pun berlari. Dan meninggalkan Rani lagi.

U n t u k R a m a

Di kelas, Asya melamun terus-menerus. Rani yang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi pun bertanya pada Asya.

"Sya, habis ketemu Rama, kok jadi lesu gini?" Tanya Rani.

Asya tersadar dari lamunannya, "eh? Huft, gimana ya Ran. Lo tadi lihat Rama ngehindar nggak sih?"

Rani hanya memiringkan kepalanya. "Ngehindar kemana, dari siapa, ngapain coba?"

"Ya ngehindarin gue. Apa lo nggak lihat?"

Rani hanya menggelengkan kepala.

"Kalau misal dia ngehindar gara-gara lo, ada dua kemungkinan. Pertama, kemungkinan yang positif, dia emang kayak gitu setiap dilewati orang. Kedua, kemungkinan negatif,"

Asya nampak menunggu lanjutan pernyataan dari Rani.

"Ngeliatnya santai aja dong."

"Ini santai!" Bentak Asya, "ih buruan dong."

"Iya iya. Yang negatif, karena dia ilfeel sama lo, hahaha."

Asya reflek memukul Rani. "Hih! Kok mematahkan semangat gini?"

"Ya gimana, ya. Abis, kalau nggak ilfeel, apa dong?"

"Kalau dia ilfeel, kenapa kemarin dia ngasih tau gue kalau dia nggak jadian sama Ranya? Dia tuh kayak ngasih gue harapan, kalau gue masih bisa deket sama dia!" Ucap Asya dengan nada sedih.

"Kan gue kemarin bilang, antara ngasih kode sama ngasih harapan palsu."

Asya tak bisa berbohong, bahwa pernyataan Rani memang benar adanya.

"Atau, Rama ngehindar karena dia nggak mau disukai sama cewek macam lo." Ledek Rani.

Asya membulatkan matanya. "Apa lo bilang? Ih anjing banget sih lo!"

"Hahaha, santai dong." Kata Rani. "Lo udah chat Rama?"

Asya hanya menggelengkan kepala.

"Duh tolol sekali sih, kamu Sya. Udah dikasih nomornya, bukannya ngechat! Jangan sia-siain kesempatan yang udah dikasih ke lo." Kata Rani menasehati Asya. "Siniin hape lo!"

Asya pun memberikan handphonenya pada Rani, dan membiarkan Rani melakukan apapun terserahnya.

Asya pun memberikan handphonenya pada Rani, dan membiarkan Rani melakukan apapun terserahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"See? Segampang ini lhoh buat ngechat Rama." Ucap Rani begitu selesai mengirim pesan kepada Rama menggunakan handphone Asya.

"Lhoh, sejak kapan ada emoticon love di sini? Lo yang rename ya?!" Tanya Asya terkejut.

Rani hanya tertawa.

"Kampret! Eh tapi dia nyemangatin balik, hahaha."

U n t u k R a m a

Rama! Aku senang sekali bisa mendapat semangat darimu!

._.

Besok masih USBN!
SEMANGAT!

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang