• U n t u k R a m a •
Hari Jumat, kelas Asya mendapat giliran untuk ujian praktek olahraga, kali ini permainan bola besar, yaitu voli dan basket. Ujian kali ini, kelas Asya mendapat pasangan kelas IX-D.
Asya pun berangkat ke sekolah menggunakan seragam olahraga.
"Nanti upraknya sampai jam berapa ya?" Tanya Asya pada Rani setelah tiba di kelas.
Rani hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kenapa kita olahraganya nggak bareng kelas E aja sih?"
"Ye, ngarep lo. Dasar modus!" Ucap Rani mengejek Asya.
Asya terkekeh. "Kan lumayan, bisa ngelihat Rama olahraga. Gue belum pernah lihat dia olahraga, deh, kayaknya."
"Masa belum pernah sih?"
Asya mengangguk yakin.
"Kasihan."
"Yeee, sialan lo."
"Makanya, sekali-kali skip pelajaran gitu, demi ngelihat doi olahraga. Hahaha." Canda Rani.
Asya menaikkan sebelah alisnya. "Lo pernah ya? Pasti demi ngelihat 'mantan' kesayangan lo itu kan?"
"Anjir, nggak usah dikencengin bagian mantannya, bangke.".
"Ih, apan, mukalo kok merah. Dasar gamon!"
"Eh, ngaca ya! Kayak lo nggak pernah gamon aja!"
"Emang pernah, tapi sekarang udah nggak. Hahaha." Asya tertawa lepas, tanpa menyadari bahwa guru agama sudah berdiri didepan kelas untuk menunggu para siswa tadarus bersama.
Asya langsung duduk diam, dan membuka Al-Quran yang sudah ada di depannya.
Selesai tadarus, mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama. Baru setelahnya, mereka berjalan menuju gedung olahraga sekolah.
Disana, Asya hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Lalu, pergi ke lapangan voli yang ada di depan jajaran kelas IX.
Pengambilan nilai pun dimulai.
Asya yang masih sibuk mencari keberadaan Rama, dikejutkan dengan bola yang tiba-tiba mengenai tangannya.
"Anjir!" Serunya.
Lalu ada seorang laki-laki yang datang mengambil bola, "sori Sya!"
Rupanya itu Deno.
Asya hanya mengangguk, tangannya masih terasa sakit. Ia pun mengusap tangannya pelan.
Kini, giliran Asya yang bermain voli.
Asya yang tak bisa olahraga pun hanya pasrah ketika bola voli melayang diatasnya.
Bahkan untuk menangkapnya saja ia tak bisa.
Ia benar-benar malu.
Dengan pasangan mainnya, teman-temannya, dan juga Rama.
Asya tiba-tiba tak fokus ketika melihat Rama yang berjalan dari kantin menuju kelasnya.
"Sya! Ayo!" Teriak Aca, pasangan Asya dari kelas IX-D.
"Eh, iya iya."
• U n t u k R a m a •
Selesai bermain voli, Asya pun melamun.
Jangan-jangan Rama tadi lihat waktu gue main voli. Duh, passing atas aja nggak kena terus. Passing bawah gue gagal terus. Servis gue nggak bener semua! Gimana dong ini? Malu parah anjay. Pikir Asya.
"Yaelah, Sya. Mikirin apa lo?" Tanya Rani sambil menepuk pundak Asya.
Asya terkejut, "anjir, kaget gue."
"Abisnya melamun sih. Kenapa?"
"Tadi gue lihat Rama jalan dari kantin. Kira-kira dia lihat gue nggak ya?"
"Lhah, kalau lihat juga kenapa?"
"Permainan voli gue tadi payah banget!"
"Kalau gitu, apa ngaruhnya sama Rama?"
"I-iya juga sih."
"Lagipula, bedanya Rama lihat sama enggak apa? Dua-duanya nggak ngaruh sama dia."
"Kok lo mematahkan semangat gue terus sih?" Tanya Asya sambil memukul tangan Rani.
"Lagian jadi orang kepedean banget."
• U n t u k R a m a •
16-03-18
Hai Rama! Si pembuat aku tak fokus.
Semoga kamu tak melihat permainan voliku yang payah. Aku memang tak pandai dalam hal olahraga. Jadi, aku berharap agar kamu tak melihatku tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan untuk Rama✔
Short StoryHai, Rama! Aku ingin menyampaikan pesan padamu. Pertama aku ingin minta maaf, Maaf karena telah dengan lancangnya menikmati senyuman manismu tanpa izin, Maaf karena telah berani memandangi wajahmu lama-lama tanpa kamu ketahui, Maaf karena sering men...