dua puluh satu : berbincang

723 64 49
                                    

U n t u k R a m a

Asya berangkat sekolah dengan wajah ceria. Tak lupa ia menyapa teman-temannya yang ia lewati.

"Pagi!" Sapa Asya pada seisi kelas.

Namun teman sekelasnya hanya memandang aneh Asya.

Melihat wajah Nisa, Asya pun mengurungkan niatnya untuk menceritakan hal yang yang membuatnya bahagia pagi ini.

"Hm, pajak jadiannya dong." Ucap Asya pada Nisa.

Nisa pun terkejut. "Hah? Apa-apaan?"

"Kan lo abis jadian sama Ari."

Rani yang mendengar hal itu langsung menggebrak meja. "Sumpah?! Nisa jadian sama Ari? Demi apa?"

Nisa hanya tertawa.

Asya yakin, bahwa Rani sedang memikirkan hal yang sama dengannya. Yaitu Vina.

Tak lama kemudian, Ari datang menghampiri meja Nisa. "Nis, nih pesenan lo. Jangan lupa dimakan, ya."

Asya dan Rani hanya saling bertatapan, dengan tatapan bingung.

"Eh, Nis, gue sama Rani mau ke kamar mandi bentar ya." Ucap Asya

Nisa menaikkan sebelah alisnya, "lha, pagi-pagi gini udah kebelet?" Tanyanya.

"Iya nih." Jawab Asya lalu pergi menarik tangan Rani.

"Ke kelasnya Vina, sekarang." Ucap Asya pada Rani.

Setelah mereka sampai dikelas Vina, "Vina! Sini!" Teriak Asya sambil melambaikan tangannya pada Vina.

Vina pun mengangguk lalu keluar dengan wajah lesu serta penasaran.

"Gue tau lo sakit hati, lo nggak mungkin baik-baik aja." Kata Asya.

Vina pun menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, "gue nggak masalah dia jadian sama Ari."

"Bohong." Rani pun membuka suara.

Vina tersenyum hambar, "tapi yang gue masalahin itu, kenapa dia nggak ngehargai perasaan gue yang udah tiga tahun suka sama Ari, Nisa kan tau itu, tapi kenapa sekarang mereka malah jadian?"

Asya menepuk pundak Vina, "gue tahu. Dan gue juga nggak bisa bayangin kalau Rama beneran jadian sama Ranya. Mungkin gue bakal nangis, atau ngapain."

"Yang sabar ya, Vin." Ucap Rani.

Vina hanya tersenyum.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba Rama datang dari balik tembok.

Ia berjalan seperti tengah menuju kearah Asya.

Asya hanya membeku, yang ada dipikirannya hanyalah 'apa Rama denger omongan gue?'

"Gosip kok dipercaya." Ucap Rama.

Asya yang mendengar hal itu dari bibir Rama, hanya bisa terdiam. Asya hanya bisa membulatkan matanya.

Setelah berkata seperti itu, Rama langsung pergi, menuju kelasnya.

"Anjir, Sya! Rama ngomong!" Ucap Rani histeris.

Asya masih membatu.

"Wow! Apa lo udah ngechat dia, tadi malem?" Tanya Vina.

Rani terkejut, "lhah, lo dapet kontaknya Rama?!"

"Anjir, anjir, anjir! Rama udah tau kalau gue suka dia, dong!" Teriak Asya histeris.

Vina nampak berpikir sebentar, "sebenernya, Sya. Waktu gue minta nomornya Rama ke Arka, dia sempet nanya ke gue."

"Nanya apa?" Tanya Asya antusias.

"Dia tanya buat siapa nomornya, ya gue jawab aja kalau ada yang suka. Dan dia bilang, 'kayaknya gue tau. Asya kelas C bukan?' Terus gue tanya dong, 'tau darimana?' eh anjirnya dia bilang, 'Faiz sama Rama.' gue kaget lah." Kata Vina.

"J-jadi, Rama udah tau kalau gue suka sama dia?" Tanya Asya ragu-ragu.

Vina mengangguk.

"Wow, jadi, tadi ini, Rama ngasih kode ke lo, atau ngasih harapan palsu? Hahaha." Ledek Rani.

"Ran! Jangan bikin gue mikir yang aneh-aneh dong." Ucap Asya malu-malu.

Ring... Ring... Ring...
Bel masuk pun berbunyi.

"Eh, udah bel, balik dulu ya!" Pamit Asya dan Rani.

Vina mengangguk paham, lalu ia masuk ke kelas.

U n t u k R a m a

Di kelas, ketika pelajaran berlangsung, Asya yang duduk disamping Nisa pun mulai bertanya-tanya pada Nisa perihal Ari.

"Nis, gue penasaran nih. Gimana ceritanya lo bisa jadian sama Ari?" Tanya Asya.

Nisa pun menoleh, "hm, sebenernya, waktu gue suka sama Faiz, itu nggak seratus persen gue suka sama dia. Karena waktu itu, gue juga udah deket sama Ari dan gue mulai suka sama dia."

"Terus?"

"Ya terus, kemarin kan dia nyuruh gue ke kelas gitu, yang waktu kita habis dari tempat foto kopi. Nah waktu itu dia nembak gue." Jawab Nisa dengan santai.

"Demi apa?"

"Demikian adanya."

"Tapi kan, lo suka sama Faiz juga." Kata Asya, berusaha memperpanjang obrolan mereka.

"Ari terima, kalau gue masih belum bisa ngelupain Faiz. Katanya, dia nggak masalah kalau jadian sama gue walau hati gue masih kebagi jadi dua."

"Tapi, Vina-"

"Gue jahat banget ya, Sya , jadian sama gebetan temen gue sendiri?"

"Kalau lo tau itu sebuah kejahatan, kenapa lo lakuin?" Tanya Asya yang sudah mulai panas.

"Karena gue nggak bisa bohong dari kenyataan, kalau sebenernya gue juga suka sama dia."

"Tapi lo ngehianati temen sendiri, Nis."

"Gue tau, tapi rasa suka nggak pernah bisa dicegah."

"Lo deket sama Vina sejak kelas tujuh, dan sejak itu juga lo tau kalau dia suka sama Ari. Kenapa lo nggak berusaha ngehindar sih?"

"Gue tau, gue salah."

"Udah tau salah, kenapa masih dilanjutin?"

Hening. Nisa tak menjawab lagi.

Dan setelah perdebatan itu, Nisa tak lagi dekat dengan Asya, Rani, dan juga Vina.

U n t u k R a m a

• U n t u k R a m a •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

27-02-18

Hai Rama! Aku terkejut dengan dua hal pada hari ini. Pertama dengan pernyataanmu bahwa kamu tak jadian dengan Ranya. Kedua, karena persahabatanku hancur karena laki-laki.
Aku sedih, tapi aku harap kamu baik-baik saja, dan tak pernah merasa sedih sepertiku.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang