sembilan : semester genap

1K 84 35
                                    

• U n t u k R a m a •

Foto buku tahunan yang belum terlaksana tepat waktu, terpaksa harus dilakukan saat semester 2. Keterlambatan itu membuat Rani, sebagai salah satu panitia buku tahunan kewalahan. Sebab waktu yang tersisa hanya sedikit, dan seringkali ada beberapa kendala yang menghambat proses pemotretan.

"Tanggal 9 besok, temenin gue ke GOR, ya?" Tanya Rani.

Asya terkejut, "hah? Ngapain?"

"Foto buku tahunan lah kampret."

"Pulang sekolah?"

"Iya."

"Kelas mana aja?"

"Dari kelas IX-E sampai IX-H, lah. Makanya baca grup angkatan."

"Kan gue nggak ada kuota, gimana mau baca."

"Gue nggak peduli, Sya. Yang penting, besok tanggal 9 lo harus-wajib-kudu temenin gue ke GOR. Ada Rama, lho."

Mendengar nama Rama, Asya langsung bersemangat dan sangat antusias.

"Wah, ya jelas mau dong. Buat ngelihat Rama, apasih yang engga?" Canda Asya.

• U n t u k R a m a •

Hari Selasa, 9 Januari 2018, sepulang sekolah, Asya pun menepati janjinya untuk menemani Rani mengurus pemotretan buku tahunan. Sekaligus untuk melihat Rama yang sedang berfoto.

Kali aja dia senyum waktu foto. Pikir Asya.

"Ran, gue ngikutin lo terus ya." Ucap Asya sambil menepuk pundak Rani.

"Iya, iya. Suka-suka lo, deh. Mau ngikutin gue atau Rama, bebas."

"Ngomong 'Rama' nya pelan aja dong."

"Udah pelan ini. Lagipula, kalau orang lain tau pun mereka nggak akan percaya. Masa iya orang alay kayak lo suka sama orang kaku macam dia. Pasti rasanya masuk akal menurut mereka yang nggak paham soal perasaan."

"Lhoh, emangnya gue nggak boleh suka sama orang kaku?"

"Gue tadi bilang apa sih, Sya. Bukan nggak boleh, tapi buat mereka yang nggak paham soal hati bakal mikir kalau 'itu' nggak masuk akal. Udah, itu aja."

Asya hanya ber-oh-ria.

"Rani! Sini bentar." Panggil ketua panitia buku tahunan.

"Gue kesana dulu ya, Sya. Jadi ngikutin, ngga?" Tanya Rani sebelum pergi.

Dan Asya pun menggelengkan kepala tanda tidak jadi mengikuti Rani.

Rani pun bergegas menuju Gedung Olahraga sekolah. Dan, Asya tinggal sendiri sekarang. Ia pun berjalan pelan dengan santai. Hingga salah satu wajah dari banyak orang yang sedang berkumpul didepan GOR, membuat Asya diam membatu.

Mati gue, ada Rama. Gue harus gimana? Pikirnya.

Asya mempercepat gerak jalannya, ia berharap agar Rama tak menyadari bagaimana bodohnya Asya ketika salah tingkah. Bisa fatal akibatnya jika Rama sampai tahu seberapa bodohnya Asya.

Ketika jarak keduanya sudah dekat. Mata Asya mencuri kesempatan untuk memperhatikan Rama.

Namun,

Asya lupa, sudah berapa kali ia bersitatap dengan Rama ketika ia mencoba untuk mencuri-curi pandang.

Dan benar saja, Rama membalas tatapan Asya untuk kesekian kalinya.

Diam.

Membatu.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang