tiga puluh satu : ternyata

736 54 28
                                    

U n t u k R a m a

Selesai bedah SKL matematika, para siswa keluar dari GOR dan buru-buru pulang.

Ketika Asya dan Rani keluar dari GOR, mereka berpapasan dengan Ranya dan beberapa temannya.

Ranya yang biasanya menyapa Asya duluan, tak melakukan kebiasannya itu. Karena Asya mengira Ranya tak melihat keberadaannya, Asya pun menyapa Ranya dengan ramah.

"Hai, Ranya!" Sapa Asya sambil tersenyum.

Sayangnya, Ranya hanya menoleh sebentar, lalu membuah muka, tanpa senyum bahkan sapaan balik untuk Asya.

Rani yang melihat wajah pahit Ranya hanya bisa menahan tawa.

Sambil berjalan menuju halaman sekolah, mereka membicarakan Ranya.

"Mampus, dia marah sama lo." Ledek Rani.

"Masa sampai segitunya sih, alay banget."

"Ya, suka-suka dia lah. Kalau emang biasanya dia kayak gitu, gimana?"

"Sadis juga caranya."

Asya tertawa hambar.

Ia tak menyangka, jika menyukai Rama akan berdampak seperti ini.

U n t u k R a m a

Ketika Asya dan Rani sampai di halaman sekolah, mereka menjumpai Vina yang sudah duduk diam sambil bermain handphone di titik kumpul.

Belum juga mereka menghampiri Vina, ia sudah memberi isyarat lebih dulu pada Asya. Katanya, tadi Rama berjalan ke luar sekolah.

Tanpa basa-basi lagi, Asya langsung pergi menuju tempat yang dimaksud.

Rani yang melihat temannya kasmaran, hanya bisa terdiam sambil menghela nafas, lalu menghampiri Vina.

Di luar sekolah,

Asya melihat Rama yang sedang menyebrang, setelah Asya perhatian diam-diam, rupany Rama pergi ke parkiran rumah sakit.

Astaga, naik motor? Pikir Asya.

Begitu Rama menyebrang, dengan bodohnya Asya mengikuti Rama.

Asya ikut masuk ke dalam parkiran rumah sakit itu.

Begitu Asya berhasil menyebrang, ia melihat Rama yang masih berjalan menuju motornya berada.

Dan bodohnya lagi, Asya memanggil Rama.

"Rama!"

Eh, kok gue teriakin nama dia, ya? Pikir Asya.

Yang dipanggil pun memberhentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

"E-eh, Rama, maaf ganggu." Ucap Asya sambil berjalan pelan untuk mendekati Rama.

"Ya?" Tanya Rama sambil menaikkan sebelah alisnya.

Asya membatu tiba-tiba. "I-tu, cuma mau ngomong kalau,..."

Rama tampak menunggu perkataan Asya yang selanjutnya.

"Ah, itu, mau ngomong kalau, aku minta maaf, udah sering ganggu kamu. Maafin temen-temenku juga, udah sering neriakin kamu."

"Oh, iya nggak apa-apa." Jawab Rama dengan wajah datar khasnya.

Tulisan untuk Rama✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang