12. Gara-gara minuman

4.7K 223 17
                                    

Ima sudah berada di rumahnya, baru saja Ima selesai berendam setelah harinya di landa kesedihan, Ima memutuskan untuk membersihkan diri berharap semua yang ada di pikirannya bisa hilang dan tidak membuatnya terus kepikiran akan Ilham yang masih mendiaminya.

Alasan lain membersihkan dirinya karena Ima tidak mau jika nanti ketika Ilham pulang lalu melihatnya dengan mata sembab, dan Ima tidak mau menunjukkan kesedihannya, sebisa mungkin ia harus terlihat ceria di depan Ilham, jangan sampai lelaki itu melihat air matanya lalu menganggapnya masih kekanakan.
malam ini Ima akan mencoba mendekati Ilham lagi, Ia berharap Ilham bisa memaafkannya tidak acuh lagi padanya. Ima menutup pintu kamar mandi dengan pelan.

"Kak Ilham?" Ima terpelonjok saat melihat Ilham sudah berdiri di depannya, Ima menatap tubuhnya sesaat, untung saja tadi ia memakai baju di kamar mandi coba kalau sekarang masih pakai handuk pastinya akan sangat memalukan.

"Tolong buatkan aku minuman yang segar!" ucap Ilham kali ini nada bicaranya tidak dingin, membuat Ima menyunggingkan senyumnya.

Rasanya beban kembali menjadi ringan saat mendengar suara suaminya yang sudah kembali biasa lagi, menandakan bahwa suaminya sudah tidak marah lagi, setelah membuka jasnya Ilham segera masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara Ima sudah berlalu ke dapurnya, ia membuka lemari dan mengambil kopi, tetapi tangannya terhenti saat melihat sesuatu yang ada di sana, Ima mengambilnya.

Setelah selesai di baca-baca terlintas niat nakal darinya, ia penasaran seberapa manjurnya jika diberikan kepada sang suami, dan siapa tau setelah Ilham meminumnya lelaki itu bisa mencintainya.

"Kenapa baru kepikiran sekarang, ya? Maaf ya, Kak sepertinya aku harus pakai cara ini supaya kita tidak terus begini."

Kali ini Ima tidak akan membuat kopi, karena di kulkas masih ada sisa jeruk, Ima akan mengubahnya menjadi minuman, ia akan membuat jeruk peras kebetulan sang suami juga ingin yang segar jadi sangat cocok dengan meminum ini.

Setelah selesai, ia segera mengikuti segala petunjuk yang ada di sana. Ima nekat mencampurkannya ke dalam minuman.

"Semoga saja setelah meminum ini ..."

Perkataannya terhenti, pipinya bersemu merah sambil membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Ima segera membawa minuman itu, untuk diberikan kepada sang suami, Ilham lelaki itu tengah duduk di tepi ranjang, Ima tersenyum melihatnya dengan langkah hati-hati Ima berjalan ke arahnya.

"Ini minumnya Kak." Ilham yang sudah selesai mandi tengah duduk di tepi ranjangnya sambil memainkan ponselnya, tanpa melihat terlebih dahulu minuman itu, ia langsung meneguknya untungnya belum sempat menelannya ia langsung menyemburkannya. Membuat Ima terkejut, ini pasti karena minuman yang di buatnya tidak pas lagi rasanya.

"Asem banget!"

"Masa sih Kak, perasaan enak." Karena menurut lidahnya itu sudah pas, tetapi ternyata suaminya malah keasaman.

"Kalau nggak bisa buat minuman begini, nggak usah deh. Kopi aja nggak becus, nih simpan lagi saja yang ada asam lambungku kambuh kalau minum itu."

Ilham kembali marah-marah dan karena minuman yang tidak pas rasanya, padahal tadi ia sudah sangat senang melihat suaminya kembali tenang, sekarang malah mengundang kemarahan lagi. Sepertinya memang, apa pun yang ia lakukan di mata Ilham akan selalu salah.

"Ya sudah, Ima buatkan yang baru deh, Kak."

"Nggak usah, aku buat sendiri saja!" Sambil beranjak dari duduknya lalu meninggalkan Ima.

Ima hanya bisa bersabar, mungkin Ilham memang masih marah juga. Harapannya kini sia-sia, mungkin hal itu memang tidak akan pernah terjadi. Tidak peduli dengan perkataan suaminya tadi, Ima memutuskan untuk meneguknya, dari pada harus di buang.

Unconditional Marriage  (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang