Chapter 6

2.8K 165 4
                                    

"Jangan pernah berpikir kalau kau sendirian, itu tidak benar"

"Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan untukmu "ucap Keyara yang mengayun-ayunkan pulpen merahnya.

"Silahkan Key"balas Naya dengan senyum tipisnya.

"Key jangan yang aneh-aneh"sela Ray. Keyara mendelik Ray kesal.

"Sembarangan kalau ngomong"

"Hanya mengingatkan saja. Kadang kamu suka kelewatan batas"

"Atas dasar apa kakak bilang gitu. Bukannya kakak yang sering kelewatan batas? Buktinya tadi kakak tidak mau mengalah dengan dokter Monika "tanya Keyara mengejek Ray.

"Kakak sudah mengalah, temanmu saja yang tidak mau mengalah. Kakak sudah minta maaf padanya"jawab Ray tidak mau kalah.

Naya yang melihat adu mulut kakak adik itu hanya tersenyum geli. Yang mau konsultasi siapa sih sekarang,batin Naya.

"Aku rasa kalian perlu waktu untuk memenangkan adu mulut ini. Aku akan keluar sebentar"ucap Naya.

Naya berdiri dari bangkunya, tetapi Ray langsung menarik tangan Naya untuk duduk kembali.

"Maaf"ucap Ray dan Keyara serentak. Naya hanya mengedikkan bahunya.

"Kakak sih, suka cari masalah"ucap Keyara galak.

"Tapi kamu memancingnya Key, dan malah membahas dokter Monika, kakak tidak suka"jawab Ray masih tak mau kalah.

"Oh ayolah, sampai kapan kalian akan berkelahi"ucap Naya jengkel. Ray dan Keyara langsung membungkam mulutnya.

"Maaf maaf, kita mulai sekarang"ucap Keyara. Keyara terkekeh. Begitu pun dengan Ray.

Keyara kembali menggoyang-goyangkan pulpen merahnya itu didepan wajah Naya.

"Sebelum tinggal di rumah kami, kamu tinggal dimana?"tanya Keyara.

"Di rumah pamanku. Semenjak orang tuaku meninggal aku tinggal bersama pamanku"jawab Naya.

"Apa hanya dia keluargamu? Tidak ada yang lain?"

"Tidak ada. Ibuku anak tunggal. Nenek dan kakekku dari ibu sudah meninggal sejak aku masih kecil"

Naya menjawab pertanyaan Keyara dengan lancar. Diberikan pertanyaan seperti itu membuat beberapa kenangan dia dan ibunya terlintas dipikirannya.

"Bagaimana dengan keluargamu dari ayah,apa tidak ada selain pamanmu itu?"

"Tidak ada, ayahku dua bersaudara, ayahku dan pamanku yang gila itu"

Kesedihan terlihat jelas dimata Naya. Keyara menyadari hal itu.

"Maaf aku tidak bermaksud menyinggung hatimu"ucap Keyara yang merasa bersalah.

"Tidak apa-apa"ucap Naya dengan senyum tipisnya.

"Naya, hal apa yang sangat kau takuti?"tanya Keyara yang masih setia menggoyangkan pulpen merahnya itu.

"Pamanku. Dia sangat menakutkan"jawab Naya.

Naya menatap mata Keyara. Keyara dapat melihat ketakutan, kesedihan, bahkan kemarahan besar di dalam mata Naya.

Because Of You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang