"Cinta? Apa itu cinta?"
Naya POV
Untuk kedua kalinya dia melukai hatiku. Tapi kali ini lebih buruk dari yang sebelumnya. Kalau aku tahu ini akan terjadi lagi, sejak awal aku tidak akan berharap lagi padanya.
Ku pikir dia memang malaikat tak bersayapku, sayap pelindungku. Dia memang malaikat tak bersayap, dia memang sayap pelindung, tapi bukan untukku. Harusnya dari awal aku sadar, siapa aku.
Aku terlalu lelah untuk ini. Kepergian satu-satunya yang bisa ku lakukan. Bahkan pikiran dan hatiku sedang tidak bekerja sama saat ini. Hatiku mengatakan untuk tetap di sini dan memberi kesempatan untuk mendengar penjelasan Ray. Pikiranku mengatakan untuk segera pergi jauh, kemana pun itu asal tidak bertemu mereka lagi.
Barang-barangku sudah beres semua. Air mataku terurai terus menerus. Hatiku benar-benar sakit. Hancur, terkoyak, seakan sesuatu menggerogotinya.
Suara ketukan pintu mulai terdengar. Dan jelas kalau itu Dia, Ray.
Mendengar suaranya saja membuatku semakin sakit.
"Nay,kumohon buka pintunya"ucap dengan suara bergetar. Bergetar? Apa dia menangis?
Aku tidak peduli.
"Nay buka pintunya kumohon. Dengarkan dulu penjelasanku"ucapnya lagi.
"Pergi!"teriakku marah dari dalam kamarku.
"Nay jangan seperti ini kumohon buka pintunya"ucapnya yang masih memohon.
"Pergi! Pergi dari sini"teriakku.
Setelahnya tidak terdengar suara lagi. Dengan keberanian diri aku keluar dari kamar dan kulihat di ruang tamu mansionku masih ada mereka. Lina, Ray, Keyara, Monika,dan Alex.
Aku menuruni tangga dan menemui mereka dengan wajah yang sangat teramat dingin dan menatap mereka tajam.Mereka semua berdiri melihat kehadiranku.
"Kenapa kalian masih di sini?"tanyaku dingin.
"Kami tidak akan pergi sebelum kau mendengarkan penjelasanku"ucap Ray.
"Maaf saja, tapi telingaku tidak ingin mendegar suara kalian sama sekali. Simpan saja penjelasan kalian"ucapku.
"Nay jangan seperti ini. Dengarkan dulu kak Ray"bujuk Keyara. Oh aku tidak akan tertipu, sekali pun dia psikiater yang bisa memperdaya perasaan orang, tapi dia bukan Tuhan.
"Sebaiknya kalian pergi dari sini"ucapku tajam.
"Aku tidak akan pergi"ucap Ray.
"Sudahlah Ray, dia benar-benar tidak ingin kita ada di sini"ucap Monika yang memeluk dan mengelus pelan lengan Ray seakan memberi dia kekuatan.
Aku tersenyum miris.
"Wanitamu benar. Sebaiknya kalian pergi dari sini"ucapku.
"Kenapa kau keras kepala sekali"ucap Ray marah.
"Kalian tidak mau pergi, kalau begitu aku yang akan pergi"ucapku.
"Kaca yang sudah hancur tidak akan bisa kembali utuh seperti semula. Kertas yang sudah koyak tidak akan bisa rapi seperti semula"ucapku.
Itulah keadaan hatiku saat ini Ray. Semua tidak akan bisa sama lagi seperti semula,batinku miris.
Mereka semua terdiam dan aku kembali ke kamarku. Aku tidak akan menangis lagi. Air mataku sudah jatuh untuk hal yang seharusnya tidak ku tangisi. Mulai saat ini aku harus kuat.
Pagi pun tiba. Kepalaku terasa sakit dan berat. Aku memaksakan untuk bangun dan membersihkan diriku. Aku berendam 30 menit lamanya.
Aku pun keluar dari kamarku, setelah sarapan aku akan pergi dari rumah ini, negara ini. Tidak ada siapa pun di rumah ini kecuali aku. Lina? Aku rasa dia sudah pergi bersama Keyara. Biar saja, aku tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (END)
Dla nastolatkówKarenamu aku bahagia. Karenamu aku merasa hidup,aku merasa dicintai dan dihargai. Karena hadirmu dalam hidupku, semuanya berubah jadi lebih baik. . . . Rank #1depression [05 Feb 2020]