Kamu sedang memandang poster oppa yang ada di dinding rumahmu yang baru, di Korea. Senang gak, bisa pindah kesini?
Banget.
"Dah, suamiku! Aku mau pergi kerja!"
Kamu udah berumur dua puluh tahunan sekarang. Tamat sekolah, tamat kuliah, tapi belum tamat hidup.
Seperti biasa, sebelum masuk kantor, kamu ke supermarket terdekat dulu, untuk beli roti dan juga susu.
Saat kamu menunduk untuk mengambil roti coklat kesukaan, tiba-tiba kamu tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang memunggungimu.
"Ah! Mianhae!" katamu.
Saat orang itu berbalik, kamu terkejut.
"O-Oppa?!" Kamu menutup mulutmu dan matamu seperti mau melompat keluar dari tempatnya.
Tentu saja, orang itu juga terkejut.
Siapa dia?
Dia orang yang kamu tunggu-tunggu tiap hari untuk bertemu. Dia orang yang selalu kamu pandangi wajahnya di layar. Dia orang yang selalu kamu dengarkan lagunya. Dia orang yang ada di setiap video yang kamu save di perangkat elektronikmu.
Dia oppa yang menghiasi waktu remajamu. Dia oppa yang memberikanmu semangat untuk menabung, belajar, meraih prestasi, di saat semua orang menganggap dirimu takkan mampu. Dialah orang yang paling penting dalam hidupmu. Karena melalui dia, kamu belajar untuk tidak menghiraukan cemooh orang lain, kamu belajar untuk tidak boros, kamu belajar untuk berusaha membuktikan diri kepada orang lain.
Karena melalui dia, kamulah dirimu yang sekarang.
Tapi dia sudah berpenampilan berbeda sekarang. Tidak ada lagi wajah muda yang selalu ada di profile picture. Tidak ada lagi wajah yang selalu memberikan semangat bagi para fansnya. Tidak ada lagi rambut yang diwarnai untuk promosi lagunya.
Semuanya berubah.
Belum sempat orang yang ada dihadapanmu mengeluarkan sepatah kata, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang berumur sekitar empat tahun.
"Appa!" katanya. Anak itu berlari dan memeluk kaki orang itu. Dia melihat ke bawah, masih dengan ekspresi terkejut, namun berusaha tersenyum untuk diperlihatkan kepada anak kecil itu.
Matanya lembut menatap anak kecil itu, senyumnya tak pudar, melainkan semakin terasa tulus. "Kenapa?" tanyanya.
"Eomma mencarimu!" jawab anak kecil itu.
Kamu lagi-lagi terkejut. Eomma?
"Arraseo, kamu pergi dulu, ya. Appa bertemu dengan teman lama."
Teman lama?
Begitu anak kecil itu sudah melepas pelukannya dan kini menggandeng tangan seorang wanita, orang itu menatapmu dan tersenyum. Dengan suara yang serak, ia berkata, "Kamu masih mengingatku."
Tentu saja, kini matamu berlinang air mata, sama seperti matanya.
"Oppa, kemana saja kamu selama ini?"
Dia tersenyum. "Aku sudah menikah dan mempunyai anak. Aku sudah berhenti bekerja sebagai seorang idol."
"Aku.. Aku rindu mendengar suaramu."
"Berbahagialah. Aku juga sudah bahagia. Disana," ia menunjuk ke wanita dan anak tadi, "mereka keluargaku. Mereka sumber kebahagiaanku sekarang. Mereka prioritasku, bukan kamu dan teman-temanmu yang dulu menyukaiku lagi."
Kamu tak bisa menahan air matamu untuk tidak menetes. Kata-katanya terlalu menyakitkan.
Kemana pria yang selalu berkata bahwa fansnya adalah prioritasnya?
"Ah, mereka sudah memanggilku."
Kamu menoleh dan, memang benar, anak itu sudah hampir menangis dan merengek supaya mereka cepat pulang. Meskipun wanita itu tersenyum, seperti memaklumi perasaanmu, tetap saja, kamu merasa tidak enak padanya.
"Intinya," pria itu menghapus air matanya, "terima kasih atas semua dukungan yang kamu berikan padaku dulu. Tanpa kamu, aku tidak akan bisa sukses. Berbahagialah, karena aku juga sudah bahagia. Kalau para fansku juga bahagia, maka aku akan lebih bahagia lagi. Jangan menghabiskan waktumu untuk memikirkan kemana aku pergi, karena aku sudah berhenti dari dunia hiburan. Aku hanya seorang manusia biasa sekarang."
Dan dengan itu, dia berjalan meninggalkanmu, tertawa bahagia saat anaknya berlari menuju arahnya, dan tersenyum saat menggandeng tangan istrinya.
Kamu tahu benar hal itu. Kamu hafal suaranya, kamu tahu saat ia benar-benar tersentuh, kamu tahu saat ia memiliki beban, kamu tahu saat ia bahagia. Kamu hafal dengan semua ekspresi wajahnya, sebagai seorang fans hardcore.
Dan kamu tahu, ia memang benar-benar bahagia sekarang.
Dan kamu tahu, kamu harus bahagia juga, meski kamu tidak akan bertemu dengannya lagi.
--끝--
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan Para Fangirl
Non-FictionDiary fangirl sehari-hari! Bagi kamu yang selalu bete karena dikata 'fans fanatik', boleh dibaca, pasti relatable!