N.B. : These are all my midnight thoughts Kalau gak setuju, yaudah.
Kalian mungkin berpikir kalau chapter kali ini akan membahas tentang idola lagi. Tapi enggak.
Chapter kali ini akan membahas hidup kita secara keseluruhan; oppa, keluarga dan teman.
Kalian pernah berpikir gak sih, kenapa di sekitar kita ada yang bilang, "Ngapain sih, suka yang begituan? Duitnya habis aja gara-gara itu!"
Tapi, sebenarnya, mereka itu cuma khawatir kalau kita menghabiskan terlalu banyak uang, waktu dan perhatian kepada orang yang bahkan gak mengenal kita. Thinking logically, setiap manusia itu mempunyai rasa kasih sayang—bahkan para psikopat sekalipun. Tapi, cara menunjukkan kasih sayang itu aja yang beda.
Mungkin mereka gak suka atau gak mengerti kenapa kita suka sama K-pop. Mungkin aja, mereka pernah suka, tapi merasa K-pop tak berguna dan berakhir menjadi benci atau tidak suka. Kita tak pernah tahu cerita hidup seseorang. Mau sampai orang itu menulis diary sejak ia kecil pun, kita pasti akan ketinggalan secuil detail hidup mereka.
Jangankan hidup orang lain. Hidup kita sendiri aja kita terkadang lupa. Coba gue tanya, tanggal 29 Maret 2017 di malam hari, lo makan apa?
Yang bisa jawab, mantap jiwa.
Anyway, back to the topic, gue akan membahas persoalan-persoalan yang selama ini mengganggu kita semua dari pandangan orang lain.
Sebelumnya, mari kita bahas diri kita sendiri dulu.
Kita suka K-pop. Suka lagu-lagunya, visualnya, personalitasnya. Kita suka tata krama mereka. Kita suka bahasa mereka. Kita suka semuanya, kecuali bagian harus mengeluarkan uang. Tapi kita suka mengeluarkan uang dengan alasan kalau kita sedang mendukung mereka.
Tapi, apakah kita pernah berpikir, itu uang darimana datangnya?
"Gue kerja sendiri, terus beli album!"
"Ini dikasih gratis sama emak tadi!"
"Ini gue ngemis tadi!"
"Emak gue kasih gue beli!"
Yaudah. Apapun alasannya, minumannya tetap air putih.
Kalaupun kalian bekerja sendiri dan menghasilkan uang sendiri, lalu membeli album, itu bukanlah sebuah pengecualian dari diss gue kali ini.
Kalian tumbuh besar, tumbuh dewasa, dengan apa? Dari lahir, gak makan apa-apa, gak minum apa-apa, gak belajar apa-apa, langsung bisa jadi dewasa dan pintar seperti sekarang ini? Manusia itu makhluk ciptaan Tuhan yang paling spesial, loh. Kita belajar dari orang lain, dan orang lain belajar dari kita. Semua hal ada siklusnya.
Memangnya, apa yang tak memiliki siklus? Mau sampah dibuang sekalipun, masih ada siklus lanjutannya. Contohnya, daur ulang, penguraian mikroorganisme dan menjadi tanah, dipungut dan digunakan kembali, banyak cara lainnya. Siklus itu selalu ada dan tidak akan pernah habis. Istilahnya, siklus itu bagaikan energi; tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
Sama halnya seperti manusia. Kita diberi makan dan minum, diajari semua hal-hal umum, disekolahkan, diberi pengetahuan tentang tata krama, dan banyak hal lainnya. Siapa yang mengurus semua itu? Orang tua. Pake duit siapa? Orang tua.
Kalau kalian saat ini bisa berbisnis, berarti otak kalian sudah dewasa. Sekali lagi, bagaimana kalian bisa tumbuh dewasa? Berkat duit orang tua.
Gue membicarakan hal ini bukan berarti gue menyuruh kalian untuk berhenti membeli album. Enggak. Karena gue juga baru saja menghabiskan ratusan rupiah gue yang terakhir untuk album The Boyz.
Tapi gue hanya ingin membuat kalian sadar, sebenarnya, yang salah disini itu siapa?
Yah, memang, gak ada yang salah, sih. Tapi ngertilah maksud gue.
Selama ini, kita kerap menyalahkan orang lain yang mengatai K-pop. Tapi, sebenarnya, apa kita sudah menjadi orang yang benar?
Untuk kalian yang sudah berbisnis dan punya pendapatan uang jajan sendiri, silakan beli album, kalau mau. Tapi ingat, sisihkan sedikit juga untuk orang-orang tersayang. Saat mereka berulang tahun, jangan hanya sekedar mengucapkan selamat. Beli sedikit hadiah untuk mereka—bisa berupa snack, kartu ucapan, atau apapun yang membuat mereka merasa kalau kalian itu sebenarnya sayang dengan mereka.
Terutama Ibu. Ibu kerap menegur kita, meneriaki kita, memarahi kita. Tapi semuanya karena sayang. Meski kita tak memberikan apa-apa bagi mereka, tapi mereka tetap sayang kita.
Pertanyaan sebenarnya disini adalah : Bisakah kalian tetap menyayangi seseorang, meskipun mereka tak berbuat apapun yang menguntungkanmu?
Atas dasar inilah, orang-orang di sekitar kita menegur kita tentang K-pop. Gak salah kalau mereka mau negur. Gak salah kalau kalian tidak ingin mendengar teguran itu. Gak salah kalau kalian ingin membantah teguran itu. Tapi salah, kalau kalian hanya memikirkan diri sendiri.
Bukan berarti gue menyuruh kalian untuk membelikan hadiah yang super mahal untuk keluarga atau teman. Gue cuma bilang, kalau gak bisa beli sesuatu karena udah bokek kayak gue, buatlah sesuatu. Kartu ucapan gak usah beli. Hadiah gak usah beli. Bikin sendiri. Video tutorial DIY itu bejibun di Internet. Atau bilang 'makasih, aku sayang kamu.' aja udah berharga untuk mereka yang benar-benar sayang pada kalian.
Oke. Gue mau tidur dulu. (Dari semalam kepikiran ini dan berakhir gak tidur seharian.)
P.s. : Kalau dipikir-pikir, kuota kita yang digunakan untuk fangirling juga dari orang tua, atuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan Para Fangirl
Non-FictionDiary fangirl sehari-hari! Bagi kamu yang selalu bete karena dikata 'fans fanatik', boleh dibaca, pasti relatable!