1.7

181 22 0
                                    

Siswi itu hanya menatapi langit yang sudah mulai berubah warna, sedangkan ia masih berdiri di teras gedung kelas XI di sekolah.

Siswi itu hanya menghela nafas nya, menyesal meminjamkan pr nya ke Haechan.

Hal itu yang membuatnya masih terdiam di sekolah saat ini.

Haerin mengipas lehernya, panas padahal mendung. Yang Haerin yakin adalah pasti hujan lebat.

Mau pulang pake apa? Hape aja nggak dibawa.

Haerin sekali lagi menghela nafasnya. Berharap dapat mencakar muka seorang Haechan Saputra.

Bayangin aja, Haerin minjamin pr b.inggris nya ke Haechan kemaren, dan tadi pagi pas Haerin nagih bukunya ke Haechan, Haechan seenak jidat nya bilang 'sori ae rin, gue cuma bawa buku gue, buku lo ketinggalan di meja rumah rin'

Karena hal itu, Haerin harus ngepel panggung aula yang lebarnya kaya panggung CARATLAND Seventeen sepulang sekolah.

Dan, satu yang di pikirkan nya? Pake apa dia pulang?

"Haerin?" Haerin memutar badannya kebelakang.

"Guanlin? Kok belum pulang?" Haerin menatap Guanlin yang kini sudah berdiri di samping nya.

"Bantuin Mr. Jackson tadi" Guanlin menarik tangan Haerin untuk sedikit mundur. Hujan deras. Takut kena percikan air hujan.

"Lo sendiri?" Guanlin kini menatap Haerin di sampingnya.

"Bukannya lo tau ya?" jawab Haerin jutek.
Guanlin tertawa kecil. Lalu menatap hujan.

"Mau bareng?" Guanlin menatap Haerin, sontak Haerin menatap Guanlin kembali.

"Nggak. Ngerepotin lo ntar" Haerin menatap ujung sepatunya.

"Nggak papa kok, gue bawa mobil" ucap Guanlin sambil membuka tasnya, lalu membuka jaketnya.

Guanlin dengan segera membuka tas yang di pakai Haerin.

"Ngapain lin?" Haerin menatap Guanlin yang kini sedang memasang jaket ditubuhnya. Panjang. Bahkan jaket Guanlin lebih pajang dari rok selutut yang di pakai Haerin.

"Dingin lo ntar" Guanlin memasang kan kembali Haerin tasnya.

"Tunggu bentar"Guanlin maju selangkah. Lalu menutup kan resleting tas ransel yang dipakai Haerin dari depan.

Jadi, posisi mereka sekarang ini tu pelukan.

"Makanya tas tu ditutup bener-bener" Guanlin memegang bahu Haerin.

Haerin cuma bisa nunduk. Terlalu gugup buat ngeliat muka Gaunlin.

"Ayo pulang" Guanlin menarik tangan Haerin menerobos hujan, berlari menuju parkiran mobil.

******

Jeno duduk di bawah pohon di belakang aula. Dari zama mos, sampe sekarang tempat itu jadi tempat favorit Jeno. Karena tenang + adem.

Jeno memejamkan matanya. Bukan masalah yang di pikirkan nya kali ini, tapi dia galau. Anak sma yang lagi galau. Itu kalimat yang tepat untuk Jeno sekarang.

Jeno hanya memainkan benda putih panjang yang ada ditangannya. Rokok.

Bukan Jeno namanya kalau dia merokok. Yang namanya Adrilla Jeno itu nggak merokok. Paling anti sama yang merokok.

Tapi kali ini situasi beda. Jeno butuh penghilang stres. Dan jawaban yang diberikan otak Jeno itu rokok. Bego emang.

"Nggak usah macem-macem deh jen" Jeni membuka matanya, dan mendapati Tzuyu sudah berjalan mendekatinya.

[1]together; 99-02LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang