ASTA'S | 7

204K 14K 181
                                    

Asta menarik kerah baju Radit. Napasnya memburu, menatap Radit yang sudah babak belur tetapi tetap tersenyum sinis kepadanya.

"Kenapa berhenti? Ayo pukul gue lagi!"

"Bacot."

Sekali lagi Asta melayangkan kepalan tangannya pada sisi wajah Radit, membuat cowok itu terjungkal kebelakang. Radit berdesis sambil memegang pipinya yang terasa perih lalu mendongak menatap Asta yang berusaha mengontrol emosinya.

"Gue gak akan nahan diri gue kalo terjadi sesuatu sama milik gue lagi." Asta berbalik dan melangkah pergi, tetapi baru dua langkah, ia berhenti. "Dan sekali lagi lo berurusan sama gue, gue nggak jamin keadaan lo lebih baik dari ini."

Asta melanjutkan langkahnya tanpa berbalik sedikit pun, meninggalkan gudang sekolah yang sangat sepi itu.

Tetapi sebelum menapaki kakinya didepan kelas, Asta memilih memasuki toilet cowok. Ia mencuci tangannya dari kuman yang melekat ditangannya setelah kegiatan tadi. Terdengar jahat memang, tapi begitulah Asta.

Tangannya memegang pinggir wastafel. Menenangkan diri sebentar sebelum keluar dari toilet. Ia merapikan sedikit pakaian dan menyisir rambutnya yang agak berantakan menggunakan jemarinya lalu melirik jam tangan hitam yang berada di pergelangan tangan kirinya.

Ah, sebentar lagi istirahat. Asta tak menyangka akan menyita waktu yang lama untuk memberi pelajaran pada Radit.

Daripada melanjutkan perjalanannya menuju kelas, Asta memilih berjalan kearah sebaliknya yang mengarah ke area kelas XI. Lebih tepatnya kelas Nary.

Asta bersandar pada dinding disamping pintu kelas Nary. Menunggu bel istirahat berbunyi dan cewek itu keluar.

Beberapa menit menunggu, suara bel istirahat berbunyi nyaring.

"Astaghfirullah!"

Lamunan Asta buyar ketika mendengar suara pekikan pelan disampingnya. Asta menoleh, mendapati salah satu guru di sekolahnya yang baru keluar dari kelas tersebut yang kini sedang mengelus dadanya.

"Ngapain liat-liat saya, Bu?" Asta menaikkan satu alisnya karena kini Bu Inan menatapnya tajam.

"Ngapain kamu disini? Mau ngajak adik kelas ribut?" Hardik Bu Inan sambil memperbaiki letak kaca matanya.

"Jangan nuduh sembarang Bu. Saya gak level tubir sama anak kecil. Kecuali mereka duluan yang nyari masalah sama saya."

Bertepatan dengan perkataan Asta, Nary keluar dari kelasnya. Nary yang melihat Asta menghentikan langkahnya karena jarak Asta dengan pintu kelas yang tidak begitu jauh.

"Ngapain Kakak disini? Eh ada Bu Inan juga,"

Asta dan Bu Inan spontan menoleh ketika mendengarkan suara seseorang.

"Jemput lo ke kantin." Jawab Asta cuek dengan Bu Inan yang masih berada disana.

Bu Inan menatap Asta dan Nary bergantian.

"Nary, kamu ... pacaran sama dia?"

Nary menunduk, ia memilin jari tangannya sambil tersenyum kikuk. "E-ehh ... anu Bu ... itu ..."

"Kalo iya emang kenapa Bu? Ibu merasa keberatan?" Sergah Asta lalu menarik tangan Nary mendekat kearahnya.

"Ibu gak ngapa-ngapain pacar saya selama di kelas kan?"

Bu Inan melotot mendengarkan perkataan Asta, tak terkecuali Nary. Beberapa siswi yang keluar dari kelas sebelah menatap mereka dengan pandangan tertarik. Jarang melihat kakak kelasnya itu didekat mereka.

"Kamu kira saya apa? Aneh-aneh saja." Bu Inan segera melangkah pergi dari sana. Enggan berurusan dengan pemuda itu lebih jauh lagi. Yang ada dia naik darah dan kesal sendiri dengan perkataan nyelekit Asta.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang