ASTA'S | 37

103K 7.2K 161
                                    

"Oh, si pahlawan yang gak diharapkan muncul."

Willi tersenyum miring mendengar itu. "Jangan cuma berani sama cewek,"

"Jangan sok jagoan. Mending lo pergi. Urusin teman sehomoan lo sono!" Kata Zelo sambil berdecih.

"Sori bosku. Gue kagak bisa pergi. Soalnya masih ada adek gue," Willi menatap Nary sambil melambaikan tangannya. "Sini gih," Katanya membuat Nary langsung berlari kecil dan berdiri dibelakangnya.

Sedangkan Zelo hanya menatap Willi tajam dengan tangan yang mengepal. Sial, selalu saja ada yang menganggu. Pikirnya.

Willi melirik Nary yang meringsut dibelakangnya singkat lalu menatap Zelo yang sedang menahan amarahnya, terlihat dari rahangnya yang mengeras.

"So, urusan gue udah selesai. Dan, lebih baik gue wanti-wanti lo dari sekarang." Willi berhenti berbicara. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana abu-abunya sambil tersenyum sarkas. "Ga usah deketin Nary lagi, karena sahabat gue bakal balas perbuatan lo nanti." Katanya lalu menarik Nary pergi dari sana, meninggalkan Zelo yang kini menggeram marah karena perkataan Willi itu.

"Lo ga pa-pa, kan?" Tanya Willi sambil melirik Nary yang sedang berjalan di sampingnya. Melewati koridor utama sekolah yang sudah sangat sepi.

Nary mengangguk pelan lalu menunduk. Entah kenapa tenggorokannya masih tercekat karena kejadian tadi.

"Lain kali jangan sendirian lagi. Lo itu cantik Ry, banyak yang naksir. Entar diapa-apain gimana?" Ujar Willi berusaha bercanda sambil terkekeh geli ketika melihat wajah Nary yang gelisah.

"Ga usah tegang sama gue. Gue tau gue gak pernah sedekat ini sama lo. Hm, mungkin ini yang pertama?" Tanyanya pada dirinya sendiri. "Untung tadi hape gue ketinggalan di kelas, kalo engga mungkin-- entah gimana nasib lo,"

Willi membuka pintu mobilnya untuk Nary. "Silakan masuk, Paduka Ratu." Katanya membuat Nary tersenyum tipis sambil mengangguk.

"Makasih, Kak."

Setelah menutup pintu mobil, Willi memutari mobilnya dan duduk di bangku pengemudi. Ia melirik Nary yang sedang melamun sekilas lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area sekolah.

"Kenapa lo bisa sama tu orang?" Willi membuka pembicaraan.

Willi mengernyit samar lalu melirik Nary ketika beberapa saat tak mendapatkan sahutan dari gadis itu. Ia berdeham cukup keras, membuat Nary langsung terserentak dari lamunannya dan menatap Willi bingung.

"Lo denger gue ga? Gue tadi lagi nanya loh sama lo. Bukan sama setan," Kata Willi membuat Nary tersenyum tipis.

"Maaf Kak. Ga denger. Kakak nanya apa?"

Willi berdeham pelan. "Tadi gue nanya lo kenapa bisa sama si Zilo-  susu penambah tinggi badan itu?"

Nary terkekeh pelan mendengar itu. "Itu mah hilo, Kak." Koreksinya sambil menggeleng-geleng. "Mm, sebenarnya tadi gue keasyikan nyatat ringkasan di perpus sampe ga denger suara bel pulang. Waktu gue mau pulang, tiba-tiba kak Zelo ngehadang jalan gue dan yang selanjutnya terjadi seperti yang Kakak liat."

Mendengar cerita Nary itu, Willi manggut-manggut. "Lo ga diapa-apain kan sama dia?"

Nary kembali menggeleng. "Enggak,"

"Kalo Asta tau, tu orang bisa mampus kali ya."

"Emang kak Asta bakal buat apaan sampe kak Zelo mampus?" Tanya Nary bingung. Melihat senyuman misterius yang diperlihatkan Willi membuat Nary langsung menatap kedepan dengan mulut yang terkunci rapat. Melihat senyuman Willi, entah kenapa Nary bisa menebak apa yang akan Asta lakukan pada Zelo.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang