ASTA'S | 44

99.1K 6.1K 81
                                    

"Eh? Ada Nary."

Nary menoleh dengan kening yang mengerut. Seketika matanya melebar begitu mendapati Liel yang sedang berjalan mendekatinya dengan senyuman khasnya.

"Lho? Kok Kakak baru muncul, sih? Dari mana aja seminggu ini?" Tanya Nary langsung begitu Liel sudah berada di sampingnya.

"Dih, nanya-nanya. Siapa lo siapa gue." Cetus Liel lalu terbahak kemudian saat melihat wajah Nary yang berubah masam.

"Gak, gak. Kali ini gue serius. Kenapa nanya-nanya?" Tanya Liel membuat Nary kembali menoleh kearahnya.

"Ya ... emm..," Nary terlihat berpikir. Ingin bertanya, tapi entah kenapa ia merasa tak enak kepada cowok itu.

Liel menaikkan satu alisnya, menunggu apa yang akan Nary katakan. Yah, walaupun dia sudah bisa menebaknya.

"Itu. Anu..." Nary menatap sekelilingnya. Menghela napas kecil lalu kembali menatap Liel. "Kak Asta kemana? Udah seminggu ini ga keliatan. Kak Liel dan Kak Willi juga." Kata Nary tenang.

"Kepo ya lo," Goda Liel lalu tersenyum sambil menatap ke depan. "Emang Asta kagak kabarin lo apa?" Tanyanya yang dibalas gelengan Nary.

"Emang Kak Asta kemana?"

"Lagi ngurus keluarganya. Gue denger sih, lo udah tau masalahnya, kan?" Melihat Nary yang mengangguk membuat Liel tersenyum tipis. "Jadi, lo jangan terlalu mikirin dia. Mikir diri lo dulu kedepannya gimana. Pasti Asta balik kok."

"Ini beneran Kak Liel yang asli, kan?" Tanya Nary sambil memicingkan matanya. Menatap Liel yang kini menghentikan langkahnya dengan tatapan selidik.

"Salah ngomong aja dikiranya. Emang gue ga cocok apa jadi cowok yang serius? Gini-gini juga, gue bisa serius kali ah." Ketus Liel membuat Nary tertawa renyah lalu menepuk-nepuk pundak cowok itu.

"Cocok kok. Tapi emang aneh aja sih Kak Liel ngomong kayak gitu." Nary terkekeh pelan, memerhatikan koridor utama yang masih sepi.

"Lo sering dateng sepagi ini?"

"Hm." Gumam Nary. "Dateng lebih awal karena Kak Asta sering jemput kepagian. Jadi kebiasaan deh." Nary mengidikkan bahunya sambil menatap Liel yang kini manggut-manggut mengerti.

"Lo sayang banget emang sama temen gue itu?"

"Tumben nanya gituan." Cetus Nary sambil tersenyum tipis.

Liel berdeham pelan. Menyisir rambutnya menggunakan jemari tangannya sambil membasahi bibirnya. Ia melirik Nary lalu berceletuk, "Gak pa-pa sih. Kepo doang. Btw nih ya, temen lo yang namanya Ayle itu ada yang punya ga sih?"

"Hm?"

"Temen lo. Si Ayle. Udah ada yang punya kagak?"

"Ayle?" Tanya Nary yang dibalas anggukan Liel. "Ayle mah jomblo sejati. Kagak ada dia mah."

Nary terdiam beberapa menit. Tiba-tiba dia memicingkan matanya, menatap Liel curiga. "Ngapain nanya-nanya Ayle?"

"Slow, Ry. Nanya doang gue." Kata Liel sambil menyengir lebar.

"Woi, BH."

Teriakan itu sontak membuat Nary dan Liel yang sedang berjalan menghentikan langkah mereka. Nary dan Liel saling bertatapan, lalu secara perlahan berbalik.

Tiba-tiba Liel mendengus keras. "Apa lu CD?"

Nary menatap Liel dan Willi dengan tatapan horor. "BH? CD?"

Willi berjalan mendekat, menatap Nary sambil tersenyum miring. "Nama singkatan ni setan," Kata Willi sambil mengidikkan dagunya kearah Liel.

"Apa hubungannya sama BH?" Tanya Nary tak mengerti.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang