ASTA'S | 33

105K 6.5K 157
                                    

Senyuman Nary mengembang tatkala menginjakkan kakinya di luar ruang ujian. Beban yang selama ini dipikulnya akhirnya terangkat. Rasanya sangat ringan, berbeda dengan dua minggu belakangan ini. Dimana seharian ia berkutat dengan tumpukan buku.

Saat hendak melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua, seruan seseorang yang memanggil namanya menghentikan niatnya. Suara itu rasanya tak asing di gendang telinganya.

“Hei, Ry.”

Suara panggilan itu mengalun dengan sentuhan di pundaknya. Nary langsung berbalik, menatap orang yang sedari tadi terus menyerukan namanya.

“Iya, Kak?”

Orang itu tersenyum. “Mau ke mana?”

Nary mengerutkan keningnya lalu tersenyum samar. Rasanya tak enak jika dia tidak membalas senyuman itu. “Mau ke kelas nih Kak. Kak Zelo ada perlu apa ya?” Tanya Nary sebiasa mungkin.

Zelo tersenyum, mengacak rambut Nary sekilas lalu terkekeh. “Lucu banget sih.” Gumamnya. “Emang kalo mau nyapa Lo harus ada keperluannya ya?” Tanyanya balik membuat Nary seketika menjadi kikuk.

“Ya e-enggak sih. Tapi gue lagi buru-buru sih sebenarnya. Temen-temen gue nanti ngamuk kalo telat semenit.” Seketika Nary langsung merutuk dalam hati. Bodoh. Buat apa ia menjelaskan hal yang tidak berguna seperti itu kepada Zelo? Pikirnya.

Zelo hanya manggut-manggut. “Yaudah, barengan yuk. Gue juga mau ke kelas.” Kata cowok itu membuat tubuh Nary seketika mematung. Apa? Bareng? Sama dia? Apa tidak ada hal lain selain jalan bersama Zelo saat ini?

“Emm ...”

“NARY!”

Mendengar seruan lantang itu membuat Nary dan Zelo yang saling berhadapan langsung menoleh ke arah suara. Di dapatinya Ayle yang tengah melambai-lambai sambil menatap Nary.

Dengan cepat Nary kembali menatap Zelo lalu tersenyum tak enak. “Kayaknya gue sama temen aja deh Kak. Gue pergi dulu ya Kak.” Katanya cepat lalu segera beranjak.

Lagi-lagi langkah Nary terhenti ketika Zelo mencekal pergelangan tangannya. Nary menoleh, menatap Zelo yang tersenyum lebar.

“Lain kali kita ngobrol bareng lagi oke?” Katanya ringan. “Tapi cuma berdua.” Sambungnya membuat Nary seketika ingin menjatuhkan dirinya dari tebing yang sangat tinggi.

Nary melepaskan cekalan Zelo pada pergelangan tangannya sambil memasang senyuman. Lebih tepatnya senyuman paksa. “Kalo ada waktu ya Kak. Temen gue udah nungguin, gue pergi dulu.” Nary langsung bergegas menghampiri Ayle agar Zelo tak lagi menahannya.

Gadis itu berbincang dengan Ayle singkat lalu menaiki tangga bersama. Meninggalkan Zelo yang masih menatap punggung Nary yang membelakanginya sambil tersenyum lebar.

“Kita bakal bersama-sama lagi kayak dulu. Lo tenang aja, Ry.” Gumamnya lalu beranjak pergi dari sana.

***

“Ay, demi apa pun, gue berutang budi sama lo. Lo udah nyelamatin gue tadi!” Cerocos Nary yang tiada akhir di sepanjang perjalanan mereka menuju kelas.

Ayle tertawa kecil sambil menggeleng-geleng. “Biasa aja kali ah. Tadinya sih gue mau ke kantin, tapi ngeliat lo lagi sama Zelo, jadi gue panggil aja. Gue tau, lo pasti kagak nyaman kan sama dia?”

Nary langsung mengangguk-ngangguk setuju. “Lo emang penyelamat gue Ay!” Ujarnya lagi sambil beberapa kali bergumam penuh syukur. Setidaknya berkat Ayle, ia bisa bebas dari keadaan yang tak semenyenangkan tadi.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang