ASTA'S | 45

106K 6K 170
                                    

Mata gadis itu sedikit menyipit. Memerhatikan sahabatnya yang tengah mengerjakan sesuatu dalam diam. Kiala melengos keras, membuat beberapa orang yang berada disekitarnya menoleh ke arahnya.

Kiala mengerjap pelan ketika melihat beberapa orang yang masih menatapnya. Tanpa sadar tangannya menggaruk pelan tengkuknya sambil menyengir. "Kenapa lo pada liatin gue?"

"Enggak," Sahut Anissa, atau kerap disapa Nissa yang berada diseberang bangku Kiala, lalu kembali fokus pada handphonenya.

Kelas mereka datar. Seakan setiap orang didalam kelas memiliki dunianya masing-masing. Tak ada kekompakan diantara mereka. Bahkan Kiala saja masih suka merasa canggung saat berbicara dengan teman sekelasnya yang lain. Mereka hanya akan berbicara hal yang penting ; contohnya saat mendapat kelompok yang sama.

Isil yang melihat Kiala nampak bosan menggeleng pelan. Sahabatnya yang satu ini memang sangat susah untuk diajak belajar. Padahal ujian tinggal menghitung hari.

"Belajar, La." Tegur Ayle seolah mewakili Isil.

Kiala kembali melengos. Ia menidurkan kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja. "Capek, Ay. Idup itu jangan terlalu monoton, lah. Masa depan enggak diukur dari nilai-nilai akademik. Yang terpenting itu usaha." Kata Kiala sok bijak. Mengutip kalimat dari salah satu OA LINE.

"Alah. Alibi aja terus." Tukas Isil sambil memutar bola matanya malas.

Kiala menegakkan punggungnya. Ia memberengut lalu melirik seseorang yang berada disampingnya. "Gituin aja gue terus. Noh, liat samping gue. Kerjaannya mantengin gadget mulu."

"Nary mah ga masalah. Dia kan lumayan encer otaknya. Nah elo?" Ayle mengidikkan bahunya. "Lagian elo juga yang nanti merengek karena ga tuntas dibeberapa mata pelajaran." Sambungnya membuat Kiala mencebikkan bibir.

"Ry, liatin Ayle noh. Jadi temen jahat banget." Sungut Kiala sambil menggoyangkan lengan Nary. Tetapi gadis itu malah mencuatkan bibirnya tatkala tak ada respon dari Nary.

Nary menipiskan bibirnya. Ia tersenyum samar. Memerhatikan roomchat LINE yang menampilkan beberapa percakapan singkat, sambil menunggu pesan baru yang akan masuk.

Handphonenya bergetar, membuat senyuman Nary tanpa sadar melebar. Ia menekan pop-up notif tersebut.

Kak Asta
Bljr yang rajin
Bentar lagi aku balik

"Senyam senyum mulu,"

Nary menoleh begitu sadar jika cetusan tadi ditujukan untuk dirinya. Nary menaikkan satu alisnya. Menatap Isil yang berdecak pelan sambil menggeleng beberapa kali. "Kenapa?"

"Lo aneh, Ry. Gue kira lo kesambet," Ungkap Ayle yang sepemikiran dengan Isil.

"Emang gue salah?" Tanya Nary bingung.

"Ck, c'mon, Ry. Lo udah beberapa hari ini senyum ga jelas sambil mantengin gadget lo." Kiala mengangkat suara, membuat Nary melengos pelan karena sahabat-sahabatnya mulai memojokkannya lagi.

"Perasaan gue salah mulu," gumam Nary lalu berdiri. Ia menyimpan handphonenya di saku, menatap ketiga sahabatnya bergantian lalu menggunakan tasnya tatkala mendengar bel pertanda pulang sekolah berbunyi. "Gue deluan."

"Nary aneh." Kata Kiala yang diangguki Ayle dan Isil. Mereka masih menatap punggung Nary yang kini menghilang tatkala gadis itu keluar dari pintu kelas.

Nary bersenandung pelan. Senyumannya merekah. Teringat sesuatu, Nary kembali mengambil handphonenya lalu membuka sebuah roomchat. Ia lupa membalas pesan Asta.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang