ASTA'S | 40

102K 6.5K 121
                                    

"Kita mau kemana kak?" Tanya Nary bingung karena tiba-tiba saja Asta menelponnya dan mengajaknya keluar. "Kita mau kencan?"

Asta hanya terkekeh mendengar pertanyaan Nary tetapi tak menjawab. Nary yang berada dibelakang Asta hanya menatap ke samping kiri yang memperlihatkan pepohonan rindang.

Perlahan motor Asta berhenti. Nary langsung turun sambil membuka helmnya. Keningnya sedikit berkerut melihat Asta yang membuka jok motornya lalu mengambil sesuatu dari sana.

"Bunga? Buat apa?" Nary tak dapat menahan rasa penasarannya. Dia mengedarkan pandangannya, tetapi ia tak tahu sekarang berada di mana. Tempat ini asing bagi Nary.

Asta menarik Nary lalu tersenyum tipis. "Ayo, aku pengen kenalin kamu." Katanya membuat Nary semakin bingung dibuatnya tetapi memilih membungkam dan mengikuti langkah Asta.

Mata Nary mengerjap pelan melihat sekitarnya. Beberapa menit kemudian langkah Asta terhenti. Asta merunduk menatap kebawah lalu berjongkok. Ia tersenyum. Membersihkan dedaunan yang menutupi lalu mengelus batu nisan didepannya pelan. Asta mengambil sebuket bunga lili yang dibawanya dan menyimpannya didekat batu nisan tersebut.

Melihat Asta yang berjongkok, Nary langsung ikut berjongkok di samping Asta sambil memperhatikan wajah pemuda itu.

"Papa apa kabar?" Tanya Asta. Nary langsung menoleh menatap kuburan didepannya kaget. Papa? Jadi Papa Asta sudah tiada? Tapi kenapa ia tak mengetahuinya dari dulu? Pikir Nary sedikit shock.

"Pah, Asta disini baik-baik aja. Papa disana juga baik, kan?" Asta tersenyum tipis. "Mama dan kak Andre juga baik. Maaf aku baru bisa dateng sekarang."

Asta terdiam sesaat. Nary terus mengamati wajah Asta. Terlihat sendu tapi tak begitu nampak. Apa pemuda itu berusaha menahan apa yang di rasakannya?

"Mama dan kak Andre sekarang tinggal di rumah lagi. Kita tinggal bareng lagi, Pa." Asta menghela napas pelan. "Tapi kak Andre masih benci sama aku. Mungkin dia ga bakal maafin aku. Kalo Papa di posisi Asta, Papa bakal buat apa biar kak Andre ga benci lagi?"

Asta kembali terdiam. Membiarkan suara semilir angin yang menggoyangkan ranting pohon dan rerumputan terdengar.

"Oh ya, Pa. Aku bawa seseorang." Asta melirik Nary sambil tersenyum. Nary yang sedari tadi menatap wajah Asta sedikit gelagapan lalu menatap batu nisan di depannya. Nary melirik tangannya yang digenggam Asta lalu perlahan menatap wajah pemuda itu. Asta sudah kembali menatap kuburan di depannya dengan senyuman yang tak pudar dari bibirnya.

"Ini Nary. Seseorang yang sangat penting buat aku. Asta hebat ya, Pa? Bisa dapet cewek kayak Nary?" Asta terkekeh pelan, hal itu membuat Nary tersenyum tipis melihatnya. "Seseorang yang buat hidup aku lebih baik dari sebelumnya. Papa jangan marah sama Mama dan kak Andre ya? Mereka ga salah. Lagi pula aku udah punya seseorang yang buat aku ingin lebih lama hidup."

Asta menatap Nary sambil tersenyum yang dibalas senyuman dari Nary. Nary menatap batu nisan didepannya sambil menarik napasnya pelan. "Halo Om. Aku Nary, pacarnya kak Asta. Aku seneng bisa kenal Om. Om baik-baik di sana, di sini kak Asta aman sama aku. Aku bakal lindungin kak Asta kok! Jadi Om tenang aja."

Nary mengeratkan genggaman tangannya dengan tangan Asta. Asta terkekeh pelan saat mendengar cetusan Nary itu. "Pasti Papa yang ngirim dia buat aku, kan? Papa punya kriteria menantu yang bagus juga." Kata Asta sambil tersenyum tipis.

Banyak hal yang diperbincangkan Asta disana. Dan hari ini, untuk pertama kalinya Nary melihat sisi lain Asta. Sosok yang berbeda. Jika biasanya Asta berperilaku dingin, cuek, dan tak peduli terhadap sekitarnya ketika di depan umum. Dan bersikap manis, lembut, dan sweet walaupun terkesan cuek didepannya.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang