ASTA'S | 18

158K 9.5K 84
                                    

Nary terlihat sibuk memegang tumpukan buku ditangannya. Ia diperintahkan oleh Pak Harles untuk mengambil atlas dari perpustakaan untuk pelajaran mereka kali ini. Sepanjang jalan, Nary tak henti-hentinya menggerutu. Bagaimana mungkin pak guru berkepala botak tengah itu menyuruhnya? Kenapa tidak menyuruh cowok saja yang mempunyai tenaga yang lebih dari cewek? Sungguh keterlaluan.

Jika saja dia mempunyai buku semacam death note, pasti nama pak guru itu adalah nama pertama yang ditulisnya. Hari ini sungguh hari yang berat. Bagaimana tidak, sedari awal pelajaran pertama dimulai, kelasnya harus mendengar ceramah yang luar biasa panjang dari Bu Irna. Kata guru yang menganut pelajaran Bahasa Indonesia itu, ia sudah menitipkan tugas yang harus dikerjakan oleh mereka lewat ketua kelas. Tetapi ketua kelas mereka malah melupakannya dan berakhir mereka semua terkena ceramah dipagi hari.

Bukan itu saja. Dijam ketiga, Pak Wahid yang selalu mengajar pelajaran sejarah dengan kalimat pembukaan andalannya 'once upon a time ...' dengan mimik wajah yang sangat lucu, harus digantikan dengan Pak Fardik. Guru terkiller sepanjang masa yang ada di SMA Xavier. Walaupun Pak Fardik tergolong guru muda dengan wajah yang bisa dibilang cukup tampan, tetapi penampilannya hanya kamuflase semata. Saat ia masuk kedalam kelas, auranya cukup mencekam dan mengintimidasi.

Sekarang dijam ke-empat, di jam pelajaran geografi, Pak Harles malah menitahkannya mengambil atlas untuk kelasnya dan itupun harus seorang diri. Bagaimana ia tak kesal? Memang hari ini adalah hari yang sangat buruk untuknya.

"Eh, Nary 'kan?" Celetuk seseorang membuat langkah Nary terhenti. Nary yang sedari tadi menunduk memperhatikan buku dan langkahnya menengadah, menatap seseorang yang sudah berdiri dihadapannya.

"Kak Zelo?" Gumam Nary membuat cowok itu tersenyum. Senyuman menawan yang selalu diperlihatkannya disaat-saat seperti sekarang.

"Lagi ngapain?" Pandangan Zelo tak terlepas dari wajah Nary. Nary yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa mengumpat dalam hati. Tentu saja mengambil buku-buku ini. Masa sih cowok itu tak melihat apa yang dibawanya? Pikir Nary.

Dengan senyuman yang dipaksakan, Nary mengeratkan pegangannya pada buku-buku yang dibawanya. "Pak Harles nyuruh ngambil atlas nih Kak. Mm, gue deluan ya." Katanya dan hendak melewati kakak kelasnya itu, tetapi sayangnya langsung ditahan oleh cowok itu.

"Mau dibantu gak? Selagi gue gak ada kerjaan." Tawar Zelo membuat Nary lagi-lagi memaksakan senyumannya.

"Enggak usah Kak. Makasih. Gue deluan, takutnya Pak Harles marah-marah lagi." Pamit Nary lalu dengan cepat melangkah menjauhi cowok itu. Ia mempunyai kenangan buruk yang terkait dengan cowok yang notabene adalah kakak kelasnya yang juga seangkatan dengan pacarnya itu. Bukan, bukan dengan cowok bernama Zelo itu. Lebih tepatnya dengan Kakaknya Zelo yang sudah tamat beberapa bulan lalu. Mengingatnya saja membuat Nary bergidik sendiri.

"Masa-masa yang paling menggelikan." Gumam Nary pelan ketika mengingatnya.

***

"Bentar pulang sekolah ada pertemuan untuk olimpiade nanti 'kan?" Tanya Ela pada seorang cowok yang sibuk membaca buku tebalnya.

"Hm." Gumam cowok itu membuat Ela mengangguk mengerti.

Ia kini berada di ruang khusus untuk tim olimpiade. Ia memainkan pulpen diantara jari-jarinya sambil bertopang dagu. Lomba kali ini memang yang terakhir kalinya untuk mereka yang sudah berada ditingkatan terakhir. Kelas XII.

"Udah nyerah ngajak si Asta?" Tanya seseorang membuat Ela bergumam tak jelas.

Wilea menggeleng pelan melihat tingkah Ela. Dari semua orang yang ada di tim ini, Ela-lah yang paling semangat dan tegar untuk selalu mengajak Asta bergabung. Padahal guru-guru sudah mengangkat tangan mereka untuk merekrut Asta kedalam tim Olimpiade.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang