Begitu melihat Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan, Nary tersenyum lebar lalu memeluk Cita dari belakang. Cita melirik kebelakang sekilas lalu menepuk tangan Nary yang melingkar di perutnya.
"Lepasin ah. Mama lagi nyiapin sarapan."
Nary yang menempelkan pipinya pada punggung Cita menggeleng pelan. Matanya terpejam dengan pelukannya yang semakin mengerat. "Aku suka meluk Mama, hangat."
Cita berbalik, membalas pelukan Nary sambil mengelus rambut anaknya itu. "Lebih suka meluk Mama atau Asta?" Godanya membuat Nary langsung menegakkan kepalanya dengan bibir yang mencebik.
"Mama mah gitu." Seru Nary kesal membuat Cita tertawa pelan.
"Duduk gih. Mama mau bangunin adikmu dulu. Kalau mau sarapan duluan aja."
Nary melepaskan pelukannya lalu mengacungkan jempolnya. "Oke. Titip salam buat si kebo,"
Mendengar itu, Cita hanya menggelengkan kepalanya lalu segera beranjak meninggalkan Nary. Nary yang ditinggal hanya menatap sarapan dengan tak minat lalu memilih meminum segelas air putih dan segera mengambil tasnya untuk pergi ke sekolah.
Sambil menunggu Asta datang, Nary memilih membuka akun sosial medianya sambil beberapa kali me-like postingan orang lain. Beberapa saat memandangi handphone-nya, Nary mendongak. Menoleh kiri dan kanan mencari keberadaan Asta yang sedari tadi tak terlihat.
15 menit lagi bel masuk berbunyi. Tetapi Asta tak kunjung datang membuat Nary mengernyit dalam. Ia menekan salah satu aplikasi chat, lalu membuka sebuah room chat.
Vane Nary
Kakakkkkkk!!!
Yuhuuuuuu
Kamu dimana?
Dengan siapa?
Semalam berbuat apa?
Duh. Jadi nyanyi.
Kakak lagi di jalan ya?
(06.45)Vane Nary
Jadi jemput aku ga?
Yha :( bales donggg
(06.54)Nary menggigit bibir bagian bawahnya. Matanya terus menatap chat-nya yang belum di read. Ia mematikan handphone-nya lalu kembali celengak-celinguk.
"Kok masih di sini?"
Mendengar suara itu, dengan cepat Nary menoleh. Tatapannya menyiratkan kekecewaan ketika melihat Keirel yang baru saja keluar dari rumah menggunakan motor.
"Lo ga sekolah?" Tanya Nary begitu melihat Keirel yang tak menggunakan seragam.
"Libur gue." Jawab Keirel acuh. "Lo kenapa masih di sini? Belum di jemput?"
Nary mengangguk. Melihat itu membuat Keirel berdecak pelan. "Yaudah. Gih naik. Gue anter."
"Tapi kak Asta--"
"Yaudah kalo lo ga mau. Gue ga maksa." Keirel bersiap menjalankan motornya, tetapi dengan cepat di cegat Nary.
"Iya, iya. Gue nebeng sama lo deh." Kata Nary pada akhirnya mengingat jam yang menunjukan pukul 07.00. Dia berjalan mendekat lalu duduk di jok belakang.
Mungkin jika bertemu Asta di sekolah, ia akan bertanya kenapa cowok itu tak menjemputnya.
***
"Napa dah, muka lu murung gitu."
Gadia itu tetap melangkah, mengacuhkan kedua gadis yang berada didepannya. Ayle dan Isil saling berpandangan lalu segera mengekori Nary yang kini duduk di kursi sambil menopang dagu menggunakan tangannya.
"Hoi! Nary! Lo gak kesambet kan?" Cetus Ayle sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Nary.
"Kagak elah." Sahut Nary sambil menepis lembut tangan Ayle yang berada di depan wajahnya. "Tumbenan guru belum masuk. Padahal bel masuk udah bunyi 15 menit lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA'S ✓
Teen Fiction#1 in Teen Fiction (Sudah Terbit) Sebagian part sudah dihapus. Vaneriana Nary hanyalah salah satu dari ratusan siswi di sekolahnya yang bermodalkan sifat ceria, cerewet, dan rupanya yang manis. Semua orang yang melihat tingkahnya pasti berpikir dua...