Nary tersenyum lebar. Ia melangkah mendekat, mengangkat kedua tangannya, siap-siap mengagetkan. Saat hendak mengagetkan, tubuhnya mematung tatkala orang yang ingin dikagetkannya berbalik menatapnya dengan alis yang terangkat.
"Kenapa lo bisa tau?!" Kata Nary sedikit histeris karena gagal mengagetkan, dan malah ia yang kembali kaget karena orang itu tiba-tiba berbalik.
Orang itu bersedekap dada, menatap Nary datar. "Nary, Nary. Bego kok di pelihara. Noh, liat ada kaca gak?" Katanya sambil menunjuk kaca jendela membuat Nary mengangguk-ngangguk polos.
"Gue kangen lo deh, Sil." Goda Nary sambil menggandeng lengan Isil dengan senyuman jahil.
Isil mendorong kening Nary menggunakan jari telunjuknya, membuat Nary mencuatkan bibirnya.
"Lo tuh yang sibuk pacaran. Makanya gak ada waktu hang out bareng lagi." Kata Isil membuat Nary langsung membungkam. Benarkah dirinya seperti itu?
Isil melirik Nary, lalu tersenyum sambil sedikit menyikut tangan Nary yang menggandeng tangannya. "Gak usah dipikirin elah. Cuma bercanda kok gue." Katanya sambil terkekeh.
"Sil, maaf ya. Gue gak maksud gitu sumpah." Sesal Nary menatap Isil sendu. "Gue gak sadar kalo sikap gue bikin kalian pada merasa seperti itu." Sambungnya lagi pelan.
"Iya, iya. Gak papa kok. Lagian kalo gue diposisi lo juga kek gitu." Jawab Isil sambil tersenyum tipis.
"Di maafin nih ceritanya?"
Isil menaikan satu alisnya lalu terkekeh. "Buat apa dimaafin sih? Emang lo buat salah?"
Raut wajah Nary seketika berubah datar. "Lo ngibulin gue?" Hardiknya dengan mata yang sedikit menyipit. Hal itu lagi-lagi membuat Isil mendorong kening Nary menggunakan jari telunjuknya.
"Lagian lo serius amat. Kemaren juga kita barengan kan. Kita mah gak sebaper itu Ry. Selo aja." Kata Isil santai.
Langkah kaki kedua gadis itu terhenti. Nary dan Isil langsung menempati tempat duduk mereka karena sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.
Nary menatap teman-teman kelasnya yang berjalan hilir mudik. Tiba-tiba Kiala menggebrak mejanya membuat Nary hampir saja mengeluarkan umpatannya.
"Bikin kaget aja."
Kiala menyengir lalu duduk di kursi yang ada didepan meja Nary. "Udah kerja tugas antro gak?" Tanyanya membuat Nary mengerutkan kening bingung.
"Lha? Jangan bilang lo lupa? Kan kita dikasih tugas bab tiga hal—"
Perkataan Kiala langsung terpotong ketika Nary menggebrak mejanya keras dengan mata yang melotot.
"ANJ— GUE LUPAA!!" Serunya kesal yang disambut tawaan bahagia Kiala karena setidaknya tak hanya ia yang terkena hukuman.
***
Dengan kesal Nary kembali duduk di kursinya, melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menenggelamkan wajahnya disana. Betapa buruknya hari ini karena ia lupa mengerjakan tugas Antropologi, ia harus membersihkan taman sekolah selama jam pelajaran itu berlangsung.
Memang sih bukan hanya ia yang membersihkan, melainkan tiga teman lainnya- termasuk Kiala- pun turut ambil bagian karena hal yang sama.
"Enak gak tuh?" Celetuk seseorang yang diikuti gesekan kursi yang ditarik. Tanpa mengangkat kepalanya pun Nary tahu siapa itu.
"Ikeh ikeh likeh." Sambung seseorang yang disambung dengusan.
"Kiala mah beda ye gak. Udah kebal dia dihukum."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA'S ✓
Teen Fiction#1 in Teen Fiction (Sudah Terbit) Sebagian part sudah dihapus. Vaneriana Nary hanyalah salah satu dari ratusan siswi di sekolahnya yang bermodalkan sifat ceria, cerewet, dan rupanya yang manis. Semua orang yang melihat tingkahnya pasti berpikir dua...