ASTA'S | 38

105K 6.3K 20
                                    

"Lo nggak ngasih tau pacar lo itu?"

Asta tersenyum tipis tatkala mendengar perkataan Willi itu. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari memejamkan matanya dengan kedua tangan yang terlipat didepan dadanya.

"Lebih tepatnya, belum." Koreksi Asta dengan nada rendahnya.

Kedua alis Willi bertautan mendengar perkataan Asta. Ia memainkan pulpen disela jemarinya, menatap Asta yang nampak tenang.

"Terus, kapan lo nemuin tu cecunguk? Heran gue. Sabar amat pacar lo digituin." Ujar Willi sambil mendengus.

Liel yang baru datang dan tak sengaja mendengar perkataan Willi langsung merangkul Willi membuat Willi melatah pelan, dengan pulpen yang sedari tadi berada ditangannya terjatuh ketika mendapatkan perlakuan Liel yang tiba-tiba itu.

"Parah! Kompor banget lo!" Seru Liel sambil menguatkan rangkulannya pada leher Willi, membuat pemuda itu mengumpat.

"Sialan, lepas ga?!"

Liel langsung melepaskan Willi dan memasang cengiran lebarnya ketika mendapat tatapan tajam dari Willi yang sedang memegang tengkuknya yang terasa sakit akibat rangkulan Liel. "Musnah lo!"

"Kalo gue musnah, lo nanti kesepian lagi. Ga ada temen sebangku, gak punya sahabat tampan kayak gue, ga ada temen seperjuangan yang selalu ada saat susah dan senang, gak ada temen sepermainan, gak ada temen untuk diajaki jalan, ga a-"

"Diem, sat!" Bentak Willi dengan tatapan yang siap membunuh Liel disaat itu juga. Diam-diam dia bergidik mendengar perkataan Liel yang terdengar menjijikan itu.

Liel kembali menyengir lebar, memperhatikan giginya yang putih nan rapi. Ia lalu melirik Asta yang masih tenang dalam posisinya. Sama sekali tak terganggu dengan keributan yang diperbuat keduanya.

"Kapan tauran lagi?" Katanya yang langsung dihadiahi jitakan kuat di keningnya. Liel langsung menatap sang tersangka kesal, "Apaan sih lo? Kalo jidat tampan dan mulus gue kenapa-napa gimana?!"

"Lo yang apaan. Tobat, njir. Ingat akhirat." Sewot Willi sambil mendengus keras.

"Gue mah masih lama matinya. Kapan-kapan deh tobatnya." Kata Liel asal. "Noh ceramahi tu orang. Dia yang bentar lagi ke akhirat, masalah idupnya banyak amat." Sambung Liel sambil menunjuk Asta menggunakan dagunya, yang kembali mendapatkan jitakan kuat dari Willi.

Merasa tak terima, Liel langsung mendorong Willi hingga tersungkur jatuh dari duduknya. Hal itu membuat Willi yang sudah tersungkur di lantai terbelalak sambil meringis memegangi lengan kanannya yang membentur lantai terlebih dahulu. "Emang sialan lo!! Gue sumpahi hidup lo ga bakal bahagia!"

Liel merespon sumpah serapah Willi dengan terbahak, seolah melihat Willi yang tersungkur dan meringis kesakitan adalah sesuatu yang lucu.

Suara decitan kursi terdengar, hal itu membuat perhatian Liel terarah ke sumber suara. "Mau kemana lo?" Tanya Liel curiga dengan mata yang memicing. Mendengar itu, Willi langsung bangkit dari lantai sambil mengelus lengannya dengan mata yang menatap Asta bingung. Seolah tatapannya mengisyaratkan hal yang sama seperti pertanyaan Liel.

"Basmi hama," Jawab Asta cuek lalu melangkah pergi. Willi dan Liel saling bertatapan, lalu beberapa detik kemudian menyusul Asta yang sudah melangkah melewati pintu kelas.

Dalam diam, Willi dan Liel mengekori Asta dengan jarak satu meter. Asta memasuki sebuah kelas, hal itu membuat Willi dan Liel menghentikan langkah mereka dan memilih menunggu di luar. Selang beberapa menit, Asta keluar diikuti seorang cowok yang nampak ogah-ogahan mengikutinya.

Kedua cowok itu berhenti didepan toilet cowok yang sangat sepi karena letaknya yang berada di ujung lorong.

"Gue lagi ga mood buat nonjok lo, jadi lebih baik lo ga usah ganggu cewek gue."

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang