ASTA'S | 36

97.6K 6.3K 65
                                    

Mata Isil tidak terlepas dari seorang cowok yang sedang bermain basket. Entah ini kesialan atau sejenisnya, kelas mereka harus digabung dengan kelas XI-IPS 4.

Isil melirik Kiala yang duduk agak jauh darinya. Dia menghela napas pelan ketika melihat wajah Kiala yang tak bersemangat seperti biasa. Padahal dulu jika kelas mereka digabung seperti ini saat pelajaran olahraga, Kiala akan sangat bersemangat karena dapat melihat Filo yang tengah bermain basket.

Kiala yang dilihatnya sekarang sangatlah dingin dan cuek. Dilihat dari wajah dan tingkahnya sedari kemarin.

Kini Isil kembali menatap Filo yang sedang bermain bola basket dengan tatapan tajam. Karena cowok itu Kiala marah padanya. Karena cowok itu hubungan persahabatannya dengan Kiala menjadi renggang. Semua karena cowok itu.

"Tatapannya bisa selo dikit, ga?"

Mendengar suara seseorang, Isil melirik kearah samping dan mendapati Nary yang duduk disampingnya sambil mengulurkan sebotol air.

"Liat apaan sih?" Tanya Nary heran sambil menatap arah yang di tatap Isil karena sedari tadi Isil terus menatap kearah tersebut dengan tatapan tajam.

"Lagi liatin si perusak hubungan gue sama Kiala." Jawab Isil datar.

Nary menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. Isil sedang dalam mode marah. Pikirnya.

"Jangan terlalu bencilah. Coba lo tanya deh, kenapa dia ngelakuin itu." Kata Nary membuat Isil tersenyum miring.

"Lo bener." Sahutnya lalu berdiri dan berjalan mendekati Filo yang sedang beristirahat sambil membawa botol air yang tadi diberikan Nary untuknya.

Nary yang melihat itu langsung melebarkan matanya. "Lho? Sil, ISIL!"

"Hai."

Cowok yang sedari menunduk itu mendongak. Ia mengernyit lalu bangun dari duduknya.

"Eh, hai."

Isil tersenyum, memperhatikan wajah Filo yang penuh dengan keringat. Bahkan ujung rambutnya pun turut basah karena keringatnya.

"Lo keliatan capek banget."

Filo mengangkat satu alisnya lalu terkekeh pelan. "Ga kok. Udah biasa kalo gini mah."

Isil hanya manggut-manggut lalu mengulurkan botol air yang sedari tadi di pegangnya.

"Buat gue?" Tanya Filo sambil menunjuk dirinya sendiri.

Isil melebarkan senyumannya lalu mengangguk. "Iya, buat lo."

Mendengar itu, Filo tersenyum lalu mengulurkan tangannya hendak menerima botol air tersebut. "Thaㅡ"

Ucapan Filo terhenti ketika botol yang hendak diambilnya terjatuh ke tanah.

"Ups," Gumam Isil sambil menatap botol air yang sudah tergeletak di atas tanah. Ia melirik Filo dengan wajah kaget yang dibuat-buat.

"Sori, tangan gue licin." Katanya sambil tersenyum miring lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Filo yang masih terdiam ditempatnya.

Tetapi baru beberapa langkah menjauhi Filo, tangan Isil langsung ditarik paksa pergi meninggalkan lapangan basket.

Mata Isil melebar, "Eh, maksud lo narik gue apa?!" Katanya ketus, berusaha melepaskan cengkraman tangan Filo di lengannya.

"Lepas gak? Sakittt," Ringis Isil membuat langkah Filo terhenti.

Cowok itu berbalik menatap Isil tajam. Sedangkan Isil menggerutu pelan sambil mengelus lengannya yang memerah karena cengkraman Filo.

ASTA'S ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang