"Ayo!"
Nary menarik Asta menuju sebuah stand yang memperlihatkan berbagai jenis boneka. Mulai dari yang berukuran kecil, sedang, hingga besar. Nary menatap sebuah boneka beruang berukuran sedang berwarna putih.
"Selamat datang— eh? Nary?" Suara seseorang menyambut. Nary menoleh kearah suara lalu merekahkan senyumannya.
"Joshua! Oh jadi ini stand milik kelas kalian?" Tanya Nary sambil memperhatikan seluruh boneka yang ada di stand tersebut.
Joshua mengangguk lalu melirik seseorang yang sedari tadi berada disamping Nary. Laki-laki itu meringis pelan. "Siang Kak,"
Asta mengangguk lalu menatap Nary yang sedang mengedarkan pandangannya dengan wajah kagum. Diam-diam Asta tersenyum tipis.
"Ngapain kesini?" Tanya Asta membuat Nary langsung menoleh kearahnya. Tangan Nary terangkat rendah, menunjuk sebuah boneka yang sedari tadi menarik perhatiannya.
"Aku mau," Rengeknya sambil menatap boneka itu penuh harap. Ia melirik Joshua yang sedari tadi diam menatap kearahnya. "Gimana mau dapetin bonekanya? Beli?"
Joshua menggeleng pelan. "Kalo lo mau dapet bonekanya, lo harus ikutin permainannya. Lo liat kaleng disana?" Joshua menunjuk kaleng berukuran sedang yang berada tak jauh dari dirinya. "Lo harus lempar bola masuk ke kaleng itu."
Nary terbelalak, "Lo gila? Itu tuh jaraknya jauh. Gimana masuknya!?" Pekiknya tak terima.
Joshua mengibaskan tangannya. "Kalo belom dicoba kan lo gak tau gimana hasilnya. Gimana? Mau coba?" Tawar Joshua membuat Nary mendelik samar. Ia melirik Asta yang sejak tadi terdiam.
Mendengus pelan, Nary merogoh saku miniskirt-nya untuk mengambil uang. Tetapi gerakannya terhenti ketika melihat Asta yang sudah terlebih dahulu memberi uang kepada Joshua.
"Ih Kakak apaan sih? Biar aku aja yang bayar." Celetuk Nary membuat Asta meliriknya sekilas lalu mengambil tiga buah bola yang diberikan oleh Joshua.
"Ini," Kata Asta sambil menjulurkan ketiga bola ditelapak tangannya. Nary mencuatkan bibirnya. Ia kira Asta-lah yang akan melemparkan bola-bola itu untuknya, ternyata pemuda itu malah memberikannya. Sungguh tak romantis!
"Makasih." Katanya sedikit ketus sambil mengambil bola-bola itu dari tangan Asta. Asta hanya mengangguk lalu memperhatikan Nary yang kini menatap ke depan.
"Oke, good luck, Ry." Kata Joshua sebelum beranjak dari tempatnya yang sedikit menutupi kaleng itu menuju ke pojok, ingin mengamati lemparan Nary.
Nary menarik napasnya panjang lalu menghembuskannya pelan. Ia melirik Asta sekilas, siapa tau pemuda itu akan berubah pikiran lalu mengambil alih bola-bola ditangannya ini. Tetapi beberapa saat tak mendapat respon lebih, Nary kembali menatap kedepan.
Kaki kanannya mundur kebelakang, kedua kakinya sedikit tertekuk, mengambil kuda-kuda yang nyaman untuk melempar. Tangan kanannya mengambil satu bola, menggenggamnya sambil berharap bola tersebut akan masuk.
Matanya sedikit menyipit, menargetkan kemana bola itu harus melayang. Tangannya melempar bola itu pelan, membuat bola kecil berwarna orens itu melayang. Nary menatap bola itu penuh harap. Tetapi saat melihat bola itu meleset, memantul-mantul kesegala arah membuatnya kembali mencuatkan bibirnya.
Di percobaan kedua, Nary memantapkan hatinya lalu kembali melempar. Tetapi hasil yang didapatinya tetaplah sama seperti bola pertama. Meleset jauh.
Pandangan Nary turun menatap bola terakhir yang ada digenggamannya. Ia menatapnya sendu. Menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman lalu mencium bola itu. "Muah! Jadi bola yang baik. Masuk ke gawang sana!" Katanya bermonolog sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA'S ✓
Teen Fiction#1 in Teen Fiction (Sudah Terbit) Sebagian part sudah dihapus. Vaneriana Nary hanyalah salah satu dari ratusan siswi di sekolahnya yang bermodalkan sifat ceria, cerewet, dan rupanya yang manis. Semua orang yang melihat tingkahnya pasti berpikir dua...