Pagi-pagi benar sebuah mobil sudah terparkir mulus didepan pekarangan rumahnya. Nary yang melihat itu dari jendela kamarnya bergegas keluar, melewati Papa, Mama, dan adiknya yang sedang duduk bersama untuk sarapan. Dan tentunya melewatkan sarapannya kali ini.
Tetapi langkah Nary langsung terhenti ketika suara Cita terdengar.
"Ga sarapan dulu Ry?"
Nary berbalik, mendekati keluarganya itu dan cepat-cepat mencium tangan kedua orangtuanya. "Ga, Mah. Udah dijemput."
"Siapa yang jemput, Kak?" Celetuk Keirel tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari roti ditangannya.
"Pacar dong. Bukan kek lo. Jones." Ucap Nary penuh penekanan lalu memberantaki rambut Keirel yang dibalas umpatan pelan cowok itu.
"Nary pergi dulu Ma, Pa."
Setelahnya, Nary bergegas keluar dari rumahnya. Senyumnya langsung mengembang tatkala sudah membuka pintu mobil yang menampilkan seorang cowok dikursi pengemudi.
Melakukan hal yang sama, Asta melemparkan senyuman tipis untuk Nary. Gadis itu duduk disamping kursi pengemudi lalu menutup kembali pintu mobil.
"Kok bawa mobil?"
"Masih pagi. Jalanan belum terlalu macet."
Nary mengangguk paham. Asta mulai menyalakan mobilnya dan melesat meninggalkan komplek rumah Nary menuju sekolah.
"Bentar sore ada acara?"
"Engㅡ" Perkataan Nary tiba-tiba terhenti teringat janjinya bersama Keirel, dia akan menemani adiknya itu untuk ngumpul bersama teman-temannya sore ini.
"Ada." Kata Nary pada akhirnya.
Asta menoleh Nary sekilas. "Acara apa?"
"Nemenin adek doang kok. Katanya mau ketemuan gitu sama temennya." Jujur Nary lalu membongkar dashboard. Ia mengerjap pelan. Menatap isi dashboard mobil Asta yang bisa dibilang kosong.
"Kakak ga naruh apa-apa disini?"
"Mm."
Gadis itu mengembungkan pipinya lalu memilih memalingkan wajahnya menatap jalanan lewat jendela mobil disampingnya.
Beberapa menit mereka terdiam hingga akhirnya mobil Asta terhenti di parkiran sekolah yang masih lumayan sepi. Bagaimana tidak, Asta menjemputnya begitu cepat dari biasanya. Ya walaupun baru kurang lebih seminggu mereka menjadi pasangan kekasih.
"Kak! Aku pengen makan mie ayam deh." Nary berjalan disamping Asta sambil melangkah menuju letak dimana ruang kelasnya berada, dan tentunya Asta yang turut ikut mengantarnya hingga didepan kelas Nary.
"Makan kalo gitu."
Alih-alih menjawab, Nary malah mengunci mulutnya rapat. Enggan berkata lagi. Capek juga sih jika mencari topik terus. Tapi memang benar kok jika dia ingin makan mie ayam. Buktinya sekarang cacing diperutnya mulai demo hingga mengeluarkan suara dari sana. Apa lagi ia melewatkan sarapannya tadi.
Tapi memang dasarnya Asta yang tuli atau tidak peka, cowok itu hanya terus melangkah. Membuat Nary seketika ingin mengumpat.
"Udah sarapan?"
Nary mengangguk acuh. "Udah kok." Dustanya.
"Sebentar upacara. Jangan sampe pingsan." Setelahnya, Asta berlalu meninggalkan Nary yang masih berdiri diambang pintu.
Gadis itu menatap punggung Asta yang semakin menjauh, seketika ia teringat pada cowok yang dilihatnya dulu saat mengantarkan Ayle ke toilet. Dengan aroma tubuh yang sangat dihafalnya itu. Dan itu adalah Asta. Mengingatnya saja mampu membuat Nary tersenyum bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA'S ✓
Ficção Adolescente#1 in Teen Fiction (Sudah Terbit) Sebagian part sudah dihapus. Vaneriana Nary hanyalah salah satu dari ratusan siswi di sekolahnya yang bermodalkan sifat ceria, cerewet, dan rupanya yang manis. Semua orang yang melihat tingkahnya pasti berpikir dua...