Asta melirik jam hitam yang melingkar ditangannya. Bersabar menunggu beberapa menit lagi agar gadis yang sedari tadi yang di tunggunya muncul.
Saat datang tadi, hanya ada Cita yang mengatakan jika Nary sedang berada di kamarnya. Tidur. Itulah yang dilakukan gadis itu.
Sempat beberapa kali cowok itu mencoba menelpon, tetapi malah suara operator yang menjawab.
Asta lagi-lagi melirik jam tangannya, kira-kira butuh berapa lama lagi dirinya untuk menunggu. Tadi Cita mengatakan akan membangunkan Nary, tapi entah kenapa cewek itu belum menampakkan dirinya hingga sekarang. Dan mama cewek itu malah menariknya masuk, menyuruhnya agar menunggu di ruang keluarga.
Asta mengernyit ketika mendengar suara gaduh dari lantai atas. Dilihatnya seorang cewek dengan wajah khas bangun tidur, rambut yang sedikit berantakan sedang menuruni tangga, berusaha mengejar seorang cowok yang berada didepannya. Cowok itu tertawa puas melihat cewek itu yang nampak sangat marah.
"Keirel! Dasar adik gak tau diuntung!!" Teriak Nary sambil terus mengejar Keirel yang malah menjulurkan lidahnya mengejek.
Tanpa disadari dua orang itu, seseorang yang duduk didekat sana terus menyaksikan aksi kejar-mengejar itu sambil menaikan satu alisnya.
Keirel menoleh, menatap Nary yang ada dibelakangnya. Tiba-tiba Keirel berhenti berlari ketika melihat sosok asing yang sedang berada di ruang keluarga yang tak jauh dari tempat mereka berada.
Nary yang melihat Keirel berhenti pun langsung menyeringai lalu dengan cepat menendang tulang kering Keirel, menyiku perut Keirel, membuat cowok itu langsung mengaduh sambil memegang area yang dipukuli kakaknya.
"Mampus. Siapa suruh ganggu gue." Nary menatap Keirel sinis sambil bersedekap dada. Keirel menggerakkan tangannya menunjuk kebelakang Nary, membuat Nary yang melihat itu hanya mengernyit.
"Ngapain lo?" Keirel kembali menunjuk kebelakang Nary sambil menggerakkan dagunya.
"Itu siapa?"
Nary ikut menoleh. Kini matanya menangkap seseorang yang sedang duduk di ruang keluarga mereka yang memang dapat terlihat jelas dari sana.
Seketika mata Nary membulat. "L-loh? Kok K-kakak ada di sini?" Gadis itu menatap tak percaya pada sosok itu. Hingga dirinya terserentak sambil memegang kepalanya lalu menyisir rambutnya menggunakan jemarinya.
Nary yang masih berdiri ditempatnya sekarang tersenyum kikuk, menatap Asta yang sedang menatapnya dalam diam, lalu berbalik dan berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan tergesah-gesah.
Keirel yang melihat tingkah kakaknya itu hanya mengerutkan keningnya bingung. Lalu memutuskan mendekati seseorang yang tampak sedang menunggu.
"Siapa?" Tanya Keirel ketika sudah berada di dalam ruang keluarga. Ia menatap curiga cowok di depannya ini. Jangan bilang cowok ini adalah orang yang sedang mengejar-ngejar kakaknya, sampai-sampai kakaknya lari karena melihatnya.
Keirel menaikan satu alisnya, menatap cowok didepannya ini tak suka. Keirel akui. Dia ganteng. Tapi dirinya lebih ganteng menurutnya.
"Temen kak Nary? Ngapain kesini?" Tanya Keirel lagi dengan nada tak suka. Dia berharap cowok itu tidak mengatakan hal seperti pacar atau gebetan kakaknya.
"Gue perlu sama kakak lo."
Mendengar jawaban Asta yang tidak menjawab pertanyaannya membuat Keirel langsung mendelik samar. "Buat apa? Lo siapa sih? Jangan ngaku-ngaku pacar kakak gue ya. Gue gak akan percaya." Katanya ketus.
Kata-kata yang dilontarkan Keirel membuat Asta tersenyum miring. "Seperti yang lo bilang."
"Apa? Gue bilang apa? Lo pacar kakak gue? Cih. Bullshit tau gak?!" Keirel membuang muka. Dia semakin tak suka dengan orang ini. Kata-katanya sangat percaya diri dan arogan. Dan Keirel tak suka itu. Mana mungkin cowok yang terlihat bad seperti ini dapat memiliki kakaknya? Jangan harap dia akan membiarkan itu terjadi.
"Terserah lo."
Keirel membulatkan matanya. Apa? Apa kata cowok itu? Terserah? Apa dia tidak salah dengar? Lihatlah. Betapa cuek dan dinginnya cowok itu. Membuat penilaian Keirel tentang Asta menurun drastis menjadi nol untuk bisa menjadi pacar kakaknya.
"Maaf buat Kakak nunggu lama." Tiba-tiba Nary datang sambil tersenyum, membuat kedua cowok itu langsung menatapnya.
Nary mengerjapkan matanya, menatap kedua cowok itu bergantian. "Kenapa?"
"Enggak." Jawab Keirel. Sedangkan Asta hanya menatapnya lalu kembali melirik jam tangannya.
Nary itu duduk di sofa sebelah Asta. Menyimpan beberapa buku yang dibawanya diatas meja. "Kalian lagi bicarain apa?"
Asta melirik Keirel lalu menatap Nary, "Adik lo tadi na—"
"Enggak ngobrol apa-apa!" Sergah Keirel ketus sambil memalingkan wajahnya.
Sedangkan Nary yang melihat itu hanya mengangguk lalu membuka bukunya.
"Maaf buat kakak nunggu lama. Aku lupa kalo kakak hari ini mau dateng."
Asta menatap Nary sambil tersenyum tipis. "Ga pa-pa."
Melihat itu, Keirel hanya berdecih, membuat perhatian kedua orang itu sepenuhnya mengarah ke cowok itu.
"Kenapa, Rel?"
"Enggak."
"Oh ya. Kalo gitu ambilin minuman dan snack dong." Pinta Nary membuat Keirel menatap Asta yang kini tengah menatap buku ditangannya.
"Ambil sendirilah. Lagian punya kaki dan tangan fungsinya buat apa coba."
Nary menghela napasnya. Kini ia menatap adiknya itu datar, "Keirel..."
Keirel kembali berdecak. "Iya-iya!"
Keirel bangkit dari duduknya. Memperhatikan kakaknya yang sudah sibuk mendengarkan penjelasan cowok disampingnya yang bahkan belum Keirel ketahui siapa namanya.
Saat berjalan kembali ke ruang keluarga dengan membawa beberapa snack dan minuman kaleng dingin, dia tak sengaja bertemu dengan Cita, membuat langkah cowok itu terhenti lalu menarik mamanya agar menghentikan langkahnya. "Mah! Laki-laki itu pacarnya Kak Nary?"
Cita mengintip kedalam ruang keluarga sambil mengangguk. "Iya. Namanya Asta. Ganteng ya? Kok bisa ya Nary dapet pacar ganteng kayak gitu? Mama masih belum percaya ih."
Keirel melotot. "Mama setuju gitu, Kak Nary sama cowok itu?"
Kali ini Cita mengernyit lalu mengangguk kemudian. "Setuju kok. Orang anaknya baik gitu. Kemarin kakakmu itu sakit, dan Asta yang anterin kakakmu pulang. Terus kasih makanan yang lagi kakakmu pengenin. Pacarable banget. Kamu jadi cowok harus gitu, Rel."
"Tampang bad gitu. Lagian dia itu dingin banget, Ma. Bisa-bisa kak Nary mati kedinginan kalo deket-deket dia terus." Cerca Keirel masih tak menerima jikalau cowok yang bernama Asta itu adalah pacar kakaknya.
Cita memukul punggung anaknya itu, membuatnya langsung mengaduh kesakitan. Ditatapnya anaknya itu gemas, "Jangan nilai orang dari covernya! Bisa aja diluar kayak yang kamu bilang, tapi didalemnya? Beuh. Perhatian dan anget."
"Bodo amat Mah. Pokoknya Keirel gak suka." Keirel beranjak sambil membawa makanan ditangannya kembali ke ruang keluarga. Dilihatnya Nary yang masih sibuk mendengar penjelasan Asta.
"Ini!"
Asta dan Nary kompak mendongak. Melihat Keirel yang kini kembali duduk dihadapan mereka lalu sedetik kemudian kembali menunduk memperhatikan apa yang ada didalam buku.
Keirel yang tadinya membuang muka sesekali melirik kearah dua orang yang sedang sibuk itu. Refleks mendelik melihat betapa dekat posisi Nary dan Asta.
Lagi-lagi ia berdecih. Menatap Nary yang kini tersenyum manis sambil menatap Asta yang dibalas senyuman tipis oleh Asta. Keirel membuang muka lalu mengambil satu snack yang ada diatas meja.
'Sok-sokan senyum. Jelek tau.' Batin Keirel sambil mendengus lalu kembali memandangi pemandang yang tak disukainya.
.
.
.
.
A/N :
Ciah ada yang cemburu >< ga deng.
Keirel itu tipe adik berasa kakak. Kalo aku jadi Nary mah dah baper. /ditabok rame-rame/
![](https://img.wattpad.com/cover/133913165-288-k697743.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTA'S ✓
Teen Fiction#1 in Teen Fiction (Sudah Terbit) Sebagian part sudah dihapus. Vaneriana Nary hanyalah salah satu dari ratusan siswi di sekolahnya yang bermodalkan sifat ceria, cerewet, dan rupanya yang manis. Semua orang yang melihat tingkahnya pasti berpikir dua...