[33] Peluk

3.1K 384 11
                                    

Lagi, hari ini Guanlin memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Kebiasaan Guanlin terulang lagi. Berangkat mengenakan seragam sampai pos satpam kompleks rumahnya ia membuka seragam lalu menggantinya dengan kaos dan jaket.

Woojin:
Hari ini Daniel sekolah, di rs cuma ada gue sm jisung

Guanlin:
Otw

Setelah membalas pesan dari Woojin, Guanlin langsung berangkat ke Rumah Sakit Graha Harapan untuk melihat kondisi Ong yang sama sekali dia belum tau seperti apa.

Tanpa basa-basi setelah memarkirkan motornya, Guanlin langsung ke ruang VIP 1 kamar nomor 5.

Guanlin mengetuk pintu putih tersebut. Woojin pun langsung membukakannya dan mempersilahkan Guanlin untuk masuk.

Guanlin langsung melihat Ong yang tertidur di atas ranjang dengan alat pengukur detak jantung terhubung ke dadanya. Selain kantong impus, ada juga kantong darah yang tergantung. Ditambah dengan tabung oksigen.

"Ada yang dendam sama dia. Menurut saksi mata, Ong ditusuk sama orang pake jaket item. Orang itu goncengan, setelah nusuk mereka langsung kabur, posisinya Ong lagi otw arah sekolah. Setelah di tusuk, Ong gak bisa jaga keseimbangan, dan dari arah depan ada mobil yang gak sengaja nabrak dia," Penjelasan Woojin membuat Guanlin langsung terduduk lemas di sofa.

"Ini bukan salah lo Lin," ucap Jisung menenangkan Guanlin.

"Terus sekarang gimana?"

"Ong belum sadar juga. Detak jantung dia lemah karena tubuh dia ngehantem jalan, gitu sih kata dokternya. Gue juga kurang paham," jawab Woojin.

"Orang tuanya?"

"Tadi malem sempet nelpon Daniel, kalo pagi ini mereka bakal kesini dari Australia."

Tiba-tiba saja pintu ruangan Ong di rawat terbuka dan Daniel berdiri disana menatap tajam ke arah Guanlin.

"Ngapain lo disini?" tanya Daniel masih di tempat dia berdiri.

"Gu-gue mau jenguk Ong," jawab Guanlin.

"Seberapa peduli sih lo sama kita?" tanya Daniel lalu melangkah mendekat ke arah Guanlin.

"Niel, udah niel," Jisung mencoba menenangkan Daniel.

Jisung yang meraih lengan Daniel langsung dihempaskan begitu saja olehnya.

"Peduli lo? Iya?" Daniel berdiri tepat di depan Guanlin.

"Gue minta maaf."

"Maaf? Enak banget lo bilang maaf."

Daniel mendorong pundak kanan Guanlin menggunakan jarinya, "eh! Asal lo tau, mulai detik ini jangan pernah lagi lo muncul di hadapan gue!" ucapnya penuh penekanan.

"Sekarang lo pergi, sebelum gue bener-bener bikin muka ganteng lo itu ancur!"

Guanlin menatap Woojin yang langsung membuang muka merasa tak enak, sedangkan Jisung menatapnya kasian.

"Lo temen gue, gue gak akan bisa benci sama lo," bisik Guanlin yang masih bisa didengar oleh Woojin maupun Jisung.

🐥🐣🐥

Hari ini Guanlin yang tidak masuk sekolah, sudah berkali-kali dihubungi oleh Shira. Bahkan pesan Line yang ia kirim juga tak kunjung dibalas. Sekarang Shira sedang duduk di bawah pohon dekat lapangan basket. Kebetulan jam kosong untuk menghilangkan rasa bisa, ia memutuskan untuk duduk disana sekedar mencari angin.

"Eh!" seseorang menendang kakinya dan membuat Shira mengangkat wajahnya.

"Untung aja Guanlin gak masuk ya, jadi gue bisa sesuka hati main-main sama lo," ucap Hayoung.

Dibelakangnya sudah ada Kyulkyung dan juga temen-temennya.

Shira berdiri, "lo kalo berani jangan rame-rame anjing!"

Hayoung dorong pundaknya membuat Shira mundur beberapa langkah ke belakang, "hebat banget lo berani ngatain gue anjing!"

"Emang lo pikir lo siapa? Lo pikir gue takut?!" Sinis Shira.

"Sialan!" Hayoung tiba-tiba saja menamparnya dan seseorang mendorong tubuh Shira sampai terjatuh.

"SEKARANG!" ucap Hayoung sedikit berteriak.

Shira bisa melihat teman-teman Hayoung sudah membawa ember berisi sesuatu yang entah apa. Shira hanya menundukkan wajahnya takut.

BYURRR

Tepat ketika mereka menyiramkan isi ember tersebut, Shira memejamkan matanya dan merasa seseorang sekarang sedang memeluknya dari depan. Ia sama sekali tidak merasakan air sedikitpun yang membasahi tubuhnya.

"Ada gue disini Ra. Selalu."

Shira mengenali suara itu, ia membuka matanya dan mendapati wajah Guanlin. Kepalanya basah bahkan ada tepung yang juga sudah mengenai wajahnya.

Guanlin tersenyum.

"GUANLIN!!!" teriakan Hayoung membuat Guanlin menoleh lalu berdiri.

Punggungnya basah dan penuh dengan tepung. Shira pun ikut berdiri di belakang Guanlin, ia melihat wajah Hayoung begitupun yang lainnya sudah panik.

"Udah puas?" tanya Guanlin datar.

Hayoung dan teman-temannya tidak menjawab. Guanlin menggenggam jemari Shira dan membawanya pergi dari tempat itu.

Mereka menuju toilet laki-laki, Shira meminta Guanlin untuk membersihkan tubuhnya. Shira berdiri tak jauh dari pintu, untungnya sekarang masih jam pelajaran jadi tidak ada siswa yang akan lewat dan menatapnya bingung.

Guanlin keluar dengan rambutnya yang masih basah. Ditangannya megang baju seragam yang sudah dia bilas. Untung saja ia mengenakan kaos di balik seragamnya.

"Lin, lo gak papa basah-basah gitu?" Tanya Shira yang merasa tidak enak pada Guanlin.

"Gakpapa kok. Lagian aku gak mau masuk kok, bentar lagi kan pulang." jawab Guanlin tersenyum.

Shira langsung melihat layar ponselnya yang sudah menunjukkan pulul 13.37.

Shira masih merasa tidak enak, "Iya sih. Baju lo gue cuciin aja ya?"

Guanlin mengangguk cepat, "Gak usah Ra. Gakpapa kok."

Shira mengangguk, "gimana keadaan Ong?"

"Belum sadar."

"Bantu doa, Lin. Semoga dia sehat lagi."

Guanlin mengangguk lalu tersenyum tipis dan memeluk Shira erat.

"Jangan pernah pergi Ra."

🐥🐣🐥

Voment juseyooooo
9/2/18

Always • Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang