[45] Siapa?

2.9K 400 32
                                    

"Kami sudah menemukan mobil yang menabrak teman saudara Jihoon di daerah Surabaya. Tapi, sayangnya kami belum menemukan pengemudinya." jelas Pak Polisi tersebut.

"Tapi Pak, yang punya mobil itu ada disini." kata Jihoon karena setau Jihoon itu mobil milik Daniel dan menurutnya sudah jelas pelaku itu Daniel.

"Iya, mobil itu milik Kang Daniel. Tapi sejak satu hari sebelum kejadian mobil itu tidak berada dengan sang pemilik."

"Jadi, maksud bapak, bukan Daniel pelakunya?"

"Bukan. Kami juga masih menyelediki sidik jari yang ada di stir mobil."

Jihoon lalu keluar dari ruangan dan mendapati Daniel berdiri bersandar pada tembok.

"Jihoon!"

"Mau apa lo?"

Daniel tadinya ingin mengatakan suatu hal saat Jihoon sedang berada di rooftop, tetapi ketika mendengar suara telponnya dengan seseorang, Daniel memutuskan untuk mengikutinya.

"Terserah lo mau percaya atau enggak. Tapi, mobil gue dipinjem sama Hayoung." ucap Daniel.

"Maksud lo?" Jihoon sedikit kaget mendengar ucapan Daniel.

"Iya. Hayoung yang pake mobil gue, jadi kemungkinan besar dia pelakunya."

"Dia kan sepupu lo, tapi kenapa lo malah aduin dia? Bukannya lo harusnya ngelindungin dia dari semua masalah?"

"Dia emang sepupu gue. Tapi, gue lebih peduli sama temen gue."










Shira hanya diam menatap Guanlin yang tertidur layaknya orang mati dengan banyak alat yang terhubung pada tubuhnya. Shira ingin sekali memegang tangan Guanlin, mencoba meraih Guanlin yang pergi sesaat.

"Pulang Lin. Demi aku, ayah kamu, dan juga sahabat kamu." lirih Shira.

"Kita sayang kamu, Guanlin."

Air mata Shira kembali jatuh, dia lalu menutup wajahnya menggunakan tangannya dan menangis. Somi yang berada di sampingnya langsung memeluk Shira, mengelus punggungnya mencoba menenangkan.

"Lo harus kuat, Ra. Apapun yang terjadi, lo harus terima itu dengan ikhlas." ucap Somi.

Shira melepaskan pelukan Somi, "Enggak Som! Guanlin gak boleh pergi!" ucap Shira setengah berteriak.

"Ra... "

"Enggak! Pokoknya gak boleh!"

"Tenang Ra!" Baejin yang tadinya duduk langsung menahan Shira yang ingin memberontak.

Shira lalu menangis sejadi-jadinya, membuat Somi langsung memeluknya. Meredakan Shira menangis sama saja membuat Shira menangis semakin menjadi. Percuma saja Somi melakukan hal itu, karena itu hanya membuat Shira semakin sedih. Berat untuk menerima, bahwa bisa saja Guanlin benar-benar pergi untuk selamanya. Bahkan, untuk menerima kenyataan bahwa Guanlin mengalami hal seperti ini saja sudah membuat Shira sangat ingin memutar waktu, dan membiarkan dirinya saja yang mengalami.

Bukan hanya Shira saja yang sedih, bahkan Somi ikut merasakannya. Sangat merasakan apa yang dirasakan oleh Shira. Terutama, Somi dan Guanlin juga berteman sudah lama.








Daniel berkali-kali mencoba menelpon Hayoung, tapi hasilnya nihil. Berkali-kali dia menerima sambungan kepada operator, bukan Hayoung. Daniel tau persis kalau itu ulah Hayoung, dan sekarang dia lagi kabur entah kemana.

"Ngapain lo nelpon dia? Lo mau bantu dia? Basi, Niel. Ujung-ujungnya juga lo tau kan bakal gimana?" sinis Seonho.

Daniel sudah memberitahu Seonho terkait Hayoung yang melakukan hal keji itu. Seonho juga kaget saat mengetahuinya.

"Walau gitu juga dia sepupu gue. Jadi, gue harus bantu dia." jawab Daniel yang masih berkutat dengan ponselnya.

"Terserah lo deh." jawab Seonho yang lalu pergi.

Daniel mendengus kesal ketika menerima jawaban yang malah dari operator. Dia melempar ponselnya ke kasur lalu menjambak rambutnya sendiri.

Beberapa detik kemudian, ponselnya berbunyi dan menampilkan panggilan dari nomor tak di kenal.

Tanpa berpikir panjang, Daniel langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Niel, bantu gue! Gue harus gimana?! Gue gak mau dipenjara!" pinta Hayoung dari seberang sana sambil menangis.

"Gue gak bisa bantu lo, Hay. Lo bener-bener kelewatan."

"Tapi, Niel. Itu gak disengaja, gue seharusnya nabrak Shira, bukan Guanlin!"

"Berarti lo udah rencanain kan? Lo kelewatan tau gak?!"

"Niel, gue mohon. Gue mohon, lo harus bantu gue. Lo harus ngaku kalo lo yang nabrak dan gue gak akan di penjara! Ayah lo pasti kan bakal ngeluarin lo dari penjara, Niel."

"Lo gila?"

"Niel, gue mohon..."

"Sayangnya polisi udah cek sidik jari di stir mobil. Dan sidik jari lo lebih dominan."

"Niel.."

"Mending lo ngaku aja. Biar urusan selesai. Lo tau, Guanlin sekarang koma di rumah sakit gara-gara ulah bodoh lo itu!"

"Tapi gue gak sengaja... "

"Gue gak peduli."

Daniel langsung memutuskan sambungannya. Mengumpat dalam hati betapa gilanya Hayoung sampai berbuat seperti ini. Daniel tidak akan mau menolong Hayoung, apalagi dalam kasus seperti ini. Ini akan membuat nama baiknya dan juga keluarganya tercemar karena dirinya pernah dipenjara hanya karena menolong Hayoung, sepupunya yang tidak tau diri itu.










































Maafin kalo pendek.

Udah ketauan kan siapa yang nabrak?

Itu tandanya sudah akan ending:"))

Makasih banyak yang sudah membaca cerita ini sampai sejauh ini. Dan makasih juga buat yang udah baca dari jaman doeloe sampe viewersnya banyak gini:"""
16/03/2018

Always • Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang